PENYAKIT infeksi merupakan penyakit yang terbanyak menyerang di
sini. Menurut survei yang dilakukan Departemen Kesehatan
penyakit tersebut meliputi dua-pertiga dari seluruh jenis
penyakit yang dikenal. Karena itu penggunaan obat antibiotika
menduduki tempat teratas dari seluruh jenis obat. Tetapi memilih
antibiotika yang alam sejarah pengobatan memang telah
menunjukkan prestasi yang besar dalam mengalahkan berbagai
penyakit infeksi - buat para dokter ternyata bukanlah pilihan
yang gampang, karena efek-samping yang telah ditunjukkannya.
Mereka sebenarnya haruslah secara saksama menggunakan obat
tersebut. Didorong oleh kenyataan tersebut Bagian Farmakologi
UI, Jakarta, disponsori Kalbe Farma tanggal 30 Nopember dan 1
Desember telah mengadakan Simposium Antibiotika dengan tema:
Penggunaan anti-biotika secara masuk-akal, tepat & aman.
Simposium yang dilangsungkan di salah sebuah ruangan Hotel
Hilton yang mewah itu mendapat sambutan yang melimpah dari para
dokter dan ahli farmasi terutama, juga pengusaha yang tak mau
ketinggalan. Seluruhnya berjumlah lebih kurang 500. Dari Jakarta
saja peserta yang harus menebus kursi peserta sebesar Rp 4000
berikut minum kecil dan makan siang, lebih dari 300 orang.
Tampaknya dr Suharti Suherman yang membawakan kertas hasil kerja
kolektif dia sendiri dengan dr Iwan Darmansjah, dr SL Purwanto,
dr VHS Gan dan dr B Suharto yang memaparkan laporan tentang
efek-samping obat, merupakan pembicara yang menarik. "Dengan
7000 lebih macam obat obatan sekarang ini maka akan lebih banyak
lagi terjadi efek-samping obat", katanya. Dia juga menguraikan
tentang pengaruh ras, makanan dan berat badan terhadap
efek-samping obat. Dan apa yang berlaku untuk orang luar negeri,
katanya, belum tentu tepat untuk orang Indonesia.
Untuk mengamati bagaimana besarnya efek-samping obat, di Jakarta
sudah ada lembaga pencatat-efek samping, hasil kerjasama antara
Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan dengan
Bagian Farmakologi FKUI dan mendapat bantuan WH0 Laporan tentang
efek-samping obat itu datang dari dokter yang melakukannya
secara sukarela. Sejak usaha pencatatan itu dimulai bulan April
1975 sampai September 1976 terkumpul 676 laporan. "Ternyata dari
laporan tersebut efek-samping akbat pemakaian antibiotika
mempunyai angka persentase paling tinggi. Keadaan ini sesuai
dengan hasil survei lentang penulisan resep di Jakarta, yang
menunjukkan bahwa antibiotika merupakan golongan obat yang
paling sering ditulis dokter", katanya. Menurut penelitian tadi
dari 4.815 resep yang masuk ternyata 2.224. adalah obat
antibiotika, atau sekitar 46%.
Menurut Suharti dari 225 resep antibiotika 37,3% mengakibatkan
efek-samping, sedangkan dari 105 resep obat analgesik 15,8%
ber-efek-samping. Streptomisin dan penisilin paling banyak
membawa efek-samping terhadap kulit. Dia juga mengungkapkan
tentang adanya laporan mengenai dicampurnya penisilin dengan
obat antihistamin untuk mencegah efek-samping penisilin. "ini
sebaiknya dihentikan, karena dia hanya akan mengaburkan kegunaan
obat-obat antihistamin ", katanya. Efek samping antibiotika yang
terberat adalah anaphylactic shock (goncangan yang bisa
mengakibatkan semaput dan pingsan), leukopenia (berkurangnya sel
darah putih) dan anemia a plastik (terhentinya produksi sel
darah baru). Namun Suharti agak menunjukkan sedikit keheranannya
mengapa laporan tentang efek jelek klorampenikol tidak banyak di
sini, padahal di Amerika Serikat obat ini dianggap penyebab
terpenting dari anemia plastik.
Hasil-hasil penelitian yang menggunakan tehnik maju
diperdengarkan, tetapi tehnik pengamatan yang primitif seperti
di puskesmas yang terpencil tak kalah menarik perhatian dalam
simposium itu. "Penggunaan antibiotika di puskesmas lebih banyak
bersifat menduga-duga saja". urai dr Yahya Wardoyo SKM dari
Puskesmas Klampok. Jawa Tengah. Ketika orang bertanya kepadanya
apakah obat-obatan yang kadaluwarsa banyak ditemukannya, dengan
cerdasnya dokter muda ini menjawab: "Saya jadi heran dengan
pertanyaan ini, sebab sebagian besar dari obat-obat yang ada di
puskesmas adalah obat yang expired (daluwarsa)".
Peserta-peserta yang sudah ngantuk menghadapi slide penuh
angka-angka dari pembicara lain jadi tersentak dengan jawabannya
itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini