Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Hormon Pecandu Alkohol

Dr gordon melakukan penelitian atas 11 orang suka- relawan. sifat feminisasi pada pria peminum alkohol terjadi karena alkohol menekan produksi hormon pria, tidak tergantung rusaknya jaringan hati. (ksh)

11 Desember 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM tahun 1974, majalah The New England Journal of Medicine yang diterbitkan Massachusetts Medical Society mengungkapkan bahwa berkurangnya sifat kelaki-lakian pada pria peminum alkohol adalah karena adanya gangguan pada jaringan hatinya. Pada waktu itu Dr. Adlercreutz dalam majalah tersebut mengatakan bahwa kerusakan hati menyebabkan terganggunya metabolisme hormon estrogen, yaitu hormon kelamin wanita. Pada dasarnya, setiap manusia baik pria maupun wanita mempunyai kadar hormon lawan jenisnya dalam tubuhnya. Hanya jumlahnya sangat kecil sehingga tidak mempunyai pengaruh yang nyata dibanding dengan hormon jenisnya sendiri. Jadi pada pria selain terdapat hormon teststeron yang menampil kan sifat laki laki, juga terdapat sedikit hormon estrogen yang sebenarnya milih wanita. Pada pria peminum alkohol yang sudah kronis, menurut Dr. Adler creutz jaringan hatinya mengalami kerl sakan sehingga tidak mampu membuang hormon estrogen yang berlebihan. Maka kadarnya menjadi meningkat sehingga dapat menampilkan sifat-sifat wanita pada pria tersebut. Yaitu buah dada yang semakin besar, impotensi, mandul, menyusutnya bulu-bulu badan, dan perubahan-perubahan pada pembuluh darah kulitnya. Hal itu lebih nyata lagi karena penyerapan hormon pria--tetosteron - menjadi tidak baik akibat hati yang rusak tadi. Menekan Produksi Hormon Tetapi dalam edisi bulan Oktober 1976, majalah yang sama memunculkan pendapat baru tentang terjadinya proses feminisasi pada pria peminum alkohol Pendapat itu merupakan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Dr. Gary G. Gordon dan kawan-kawannya terhadap sebelas pria yang secara sukarela mengajukan diri untuk dijadikan kelinci percobaan. Selain diberi minum alkohol, para sukarelawan itu juga dibiopsi jaringan hatinya, diperiksa kadar hormon darahnya, diperiksa kemampuan hati untuk mengolah hormon, dan mendapat makanan dengan cukup gizi. Dari hasil penelitian itu Dr. Gordon, berkesimpulan, bahwa kurang gizi seperti yang biasanya dijumpai pada peminum alkohol, dan juga suhosis (kerusakan sel-sel hati yang parah) bukan faktor yang paling menentukan dalam feminisasi. Ternyata alkohol itu sendiri secara langsung juga dapat mempercepat pembuangan hormon testosteron dari darah serta mempertinggi kemampuan hati untuk menghancurkannya. Alkohol juga ternyata telah menekan produksi hormon pria itu. Sebaliknya, alkohol tidak merubah kadar hormon estrogen yang sedang beredar. Hal itu berbeda dengan mereka yang sudah terlanjur menderita sirhosis, di mana hormon wanita itu beredar lebih banyak dari biasanya. Selanjutnya juga dibuktikan bahwa alkohol juga mempunyai efek langsung terhadap pusat penghasil hormon di alat kelamin pria, dan juga pusat pengatur hormon di otak. Dengan demikian Dr. Gordon berkeyakinan bahwa proses feminisasi pada pria peminum alkohol tidak tergantung pada rusak tidaknya jaringan hatinya sepertiyang diduga sebelumnya. Itu pendapat Gordon, tapi bagaimana pengalaman anda sendiri?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus