DALAM tahun 1974, majalah The New England Journal of Medicine
yang diterbitkan Massachusetts Medical Society mengungkapkan
bahwa berkurangnya sifat kelaki-lakian pada pria peminum alkohol
adalah karena adanya gangguan pada jaringan hatinya. Pada waktu
itu Dr. Adlercreutz dalam majalah tersebut mengatakan bahwa
kerusakan hati menyebabkan terganggunya metabolisme hormon
estrogen, yaitu hormon kelamin wanita.
Pada dasarnya, setiap manusia baik pria maupun wanita mempunyai
kadar hormon lawan jenisnya dalam tubuhnya. Hanya jumlahnya
sangat kecil sehingga tidak mempunyai pengaruh yang nyata
dibanding dengan hormon jenisnya sendiri. Jadi pada pria selain
terdapat hormon teststeron yang menampil kan sifat laki laki,
juga terdapat sedikit hormon estrogen yang sebenarnya milih
wanita. Pada pria peminum alkohol yang sudah kronis, menurut Dr.
Adler creutz jaringan hatinya mengalami kerl sakan sehingga
tidak mampu membuang hormon estrogen yang berlebihan. Maka
kadarnya menjadi meningkat sehingga dapat menampilkan
sifat-sifat wanita pada pria tersebut. Yaitu buah dada yang
semakin besar, impotensi, mandul, menyusutnya bulu-bulu badan,
dan perubahan-perubahan pada pembuluh darah kulitnya. Hal itu
lebih nyata lagi karena penyerapan hormon pria--tetosteron -
menjadi tidak baik akibat hati yang rusak tadi.
Menekan Produksi Hormon
Tetapi dalam edisi bulan Oktober 1976, majalah yang sama
memunculkan pendapat baru tentang terjadinya proses feminisasi
pada pria peminum alkohol Pendapat itu merupakan hasil
penyelidikan yang dilakukan oleh Dr. Gary G. Gordon dan
kawan-kawannya terhadap sebelas pria yang secara sukarela
mengajukan diri untuk dijadikan kelinci percobaan. Selain diberi
minum alkohol, para sukarelawan itu juga dibiopsi jaringan
hatinya, diperiksa kadar hormon darahnya, diperiksa kemampuan
hati untuk mengolah hormon, dan mendapat makanan dengan cukup
gizi.
Dari hasil penelitian itu Dr. Gordon, berkesimpulan, bahwa
kurang gizi seperti yang biasanya dijumpai pada peminum alkohol,
dan juga suhosis (kerusakan sel-sel hati yang parah) bukan
faktor yang paling menentukan dalam feminisasi. Ternyata alkohol
itu sendiri secara langsung juga dapat mempercepat pembuangan
hormon testosteron dari darah serta mempertinggi kemampuan hati
untuk menghancurkannya. Alkohol juga ternyata telah menekan
produksi hormon pria itu.
Sebaliknya, alkohol tidak merubah kadar hormon estrogen yang
sedang beredar. Hal itu berbeda dengan mereka yang sudah
terlanjur menderita sirhosis, di mana hormon wanita itu beredar
lebih banyak dari biasanya. Selanjutnya juga dibuktikan bahwa
alkohol juga mempunyai efek langsung terhadap pusat penghasil
hormon di alat kelamin pria, dan juga pusat pengatur hormon di
otak. Dengan demikian Dr. Gordon berkeyakinan bahwa proses
feminisasi pada pria peminum alkohol tidak tergantung pada rusak
tidaknya jaringan hatinya sepertiyang diduga sebelumnya. Itu
pendapat Gordon, tapi bagaimana pengalaman anda sendiri?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini