Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Apa perlu diskusi

Diskusi hasil perlombaan penulisan naskah drama dkj diselenggarakan menjelang festival teater remaja. sapardi djoko damono dan goenawan mohammad membacakan kertas kerja. pengunjung pasif. (ter)

11 Desember 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

YANG sudah-sudah diskusi hasil-hasil perlombaan penulisan naskah drama yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta dilaksanakan sesudah kerepotan Festival Teater Remaja. Naskah-naskah tersebut yang sekaligus dijadikan naskah wajib dalam tingkat final, seyogyanya hendak dibeberkan oleh fihak penelaah untuk dihadapkan pada para pemain dan sutradara yang mengerjakannya di atas pementasan. Hasilnya diharapkan menjadi bagian dari peristiwa teater yang menghasilkan dokumen-dokumen tahunan. Tetapi ternyata kemudian bahwa minat dari para pengikut festival untuk berdiskusi kurang sekali. Meskipun mereka suka juga hadir tetapi mereka lebih suka diam. Salah seorang malah berkata: "Bagi saya diskusi tidak penting, yang penting adalah pementasan". Akibatnya setiap, diskusi hanya merupakan medan bagi mereka yang biasa ngomong dan ternyata orangnya itu-itu juga. 27 Nopember yang lalu diskusi tersebut diubah: diadakan menjelang festival. Rupanya ada kandungan maksud untuk memancing orang bicara, karena para pengikut festival mungkin butuh informasi untuk penggarapan yang sedang dipersiapkannya. Dalam kesempatan ini Sapardi Djoko Damono dan Goenawan Mohamad telah membacakan kertas kerjanya yang meneliti naskah itu baik secara umum maupun satu per satu. Sejumlah besar remaja, para pengikut festival muncul dan mendengarkan dengan tertib kedua pembicara. Tetapi sampai pada kesempatan diskusi, tak terkabul harapan tercapainya dialog timbal balik. Malahan seorang dari yang hadir menyatakan keheranannya kenapa diskusi diadakan sebelum festival. "Kan hal tersebut bisa mempengaruhi nanti penggarapan mereka, padahal mereka diharapkan tidak hanya menyusu tapi mencari sendiri?" tanyanya. Tak Peduli Wahyu Sihombing moderator dan juga anggota Dewan Pekerja Harian DKJ menjelaskan bahwa diskusi tersebut diadakan dengan alasan yang sangat praktis, yakni menolong memberikan informasi untuk memudahkan para pengikut festival bekerja. Sama sekali tidak dimaksudkan untuk harus diikuti. "Setiap grup masih tetap bebas untuk melakukan penafsiran", kata Hombing. Dijelaskan pula bahwa diskusi yang dilakukan sesudah festival dianggap tidak mencapai maksudnya. "Kalau sekarang juga kurang efektif nanti akan dilakukan 2 bulan sebelum festival kalau itu juga tidak efektif mungkin tidak usah ada diskusi", katanya. Lalu muncul pula salah seorang sutradara remaja yang menyatakan betapa perlunya diskusi. "Tidak begitu soal apa diskusi diadakan sesudah atau sebelum pementasan. Yang penting bahwa diskusi itu perlu sekali", katanya. Sementara itu Ikranagara dari Teater Saja menyokong diadakannya diskusi sebelum festival, hanya saja ia mengeluh karena kertas kerja baru dibagikan pagi itu juga. "Kebanyakan yang hadir diam karena belum siap untuk bicara", kata Ikra. Ia juga mengusulkan agar lembaga diskusi dikukuhkan dan diperluas menjadi diskusi di mana pengarang-pengarang naskah juga diajak untuk berbicara. "Kenapa mereka tidak terlibat untuk bicara, apakah mereka segan atau tidak peduli", tanya salah seorang yang hadir setelah kerepotan yang memakan waktu 3 jam itu berakhir. Ada beberapa kemungkinan untuk jawaban pertanyaan tersebut. Mungkin karena telaah yang dilakukan lebih bersifat telaah sastra yang pasti akan memikat perhatian pengarang-pengarang atau pembaca naskah sandiwara. Sedangkan yang hadir kebanyakan sutradara dan para pemain yang perhatiannya tertuju bagaimana mengangkat naskah itu dalam pementasan khususnya ke Teater Tertutup dan Teater Arena - sesuai dengan undian yang ada di tangan mereka atau mungkin juga karena belum biasa dengan lembaga diskusi, meskipun banyak yang hendak mereka tentang atau usulkan atau setujui.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus