Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Pentingnya Aktif Bergerak untuk Tumbuh Kembang Anak

Anak harus dirangsang untuk banyak bergerak karena akan berpengaruh positif terhadap tumbuh kembangnya.

1 September 2022 | 21.33 WIB

Ilustrasi dua anak perempuan sedang main air. Unsplash/Jelleke Vanooteghem
Perbesar
Ilustrasi dua anak perempuan sedang main air. Unsplash/Jelleke Vanooteghem

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Piprim Basarah Yanuarso, mengingatkan anak harus dirangsang untuk banyak bergerak karena akan berpengaruh positif terhadap tumbuh kembangnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Dari aspek tumbuh kembang anak, harus dirangsang untuk beraktivitas fisik, entah kejar-kejaran, main sepeda, bahkan nge-gym dan latihan beban," kata Piprim.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurutnya, dalam mengajak anak berolahraga, orang tua harus mengetahui minat dan kecenderungan anak terhadap aktivitas olahraga tertentu. Bahkan, tak masalah jika anak lebih menyukai olahraga berat seperti latihan beban selama intensitasnya tak berlebihan dan sesuai dengan usianya.

"Enggak usah kita paksa maunya kita, cukup mengarahkan saja. Tetapi, pada prinsipnya anak-anak itu boleh latihan beban sepanjang sesuai dengan usianya," ujar Piprim.

Ia kemudian mengambil contoh anak-anak di Rusia yang sudah latihan beban sejak dini. Mereka tumbuh menjadi anak yang sehat dan memiliki postur tubuh tinggi. Hal tersebut merupakan bukti tak ada masalah jika anak melakukan latihan beban. 

Sayangnya, pandemi telah membuat segala aktivitas fisik harus dilakukan di rumah dan menurut Piprim anak-anak jadi jarang bergerak sehingga tubuh mereka tidak bugar.

"Anak-anak yang dikurung terus di rumah ini sangat bermasalah karena kalau dikurung biasanya larinya ke gadget dan snacking," imbuh Piprim.

Menurutnya, terlalu banyak ngemil, apalagi makanan cepat saji, akan menyebabkan gula darah meningkat kemudian membuat orang berada dalam kondisi sugar crash.

"Akan ada sugar crash, gula darahnya menurun, pada saat itu kita lapar lagi, merangsang snacking lagi. Terus begitu. Padahal snack itu terus akan menimbun kalori di tubuh lebih banyak," kata Piprim.

Oleh karena itu, ia mengingatkan orang tua untuk mulai mengarahkan anak untuk aktif bergerak dan berolahraga agar tubuh tetap bugar, tak lupa dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan jika aktivitas dilakukan di luar rumah.

"Jangan sampai anak-anak itu dikurung saja dan ini nantinya akan ada banyak masalah, karena exercise itu is a treatment sebetulnya. Jadi sangat bagus (sebagai langkah) promotif, preventif, juga kuratif," tegasnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus