KABAR gembira ini untuk para pria yang mengalami lemah syahwat yang sudah berkepanjangan. Sejak dua bulan lalu, di Jakarta ada alat pembantu membangunkan "perkakas" yang bernama Erect Aid System. Alat berbentuk tabung gelas dengan perangkat pompa vakum dan gelang karet ini ternyata mampu membuat alat vitalnya yang unah itu menjadi ereksi ketika diperlukan, seperti dialami lelaki yang kelaminnya memang sehat walafiat. Cara kerja alat tersebut sederhana. Batang penis yang tidak mampu tegak lebih dahulu diolesi pelumas yang sudah tersedia, kemudian dimasukkan ke dalam tabung itu, hingga mentok. Antara mulut tabung dan pangkal batang penis melekat dengan ketat, karena di tempat itu ada "adapter" untuk menyesuaikan lingkar batang penis menurut besarnya mulut tabung. Kemudian, udara dalam tabung disedot keluar oleh pompa vakum. "Shhuuut," sehingga pembuluh darah di penis membesar. Darah melalui pembuluh membanjir masuk, hingga membuat batang kelamin mengembang. Penis itu tak bisa membesar seenaknya, karena ada batas tabung dan batas pemvakuman. Maka, jangan terlalu nafsu, bisa-bisa malah jadi celaka: penis tidak dapat dikeluarkan dari tabung tersebut. "Alat ini memang tidak boleh digunakan sembarangan," kata Dokter Djoko Rahardjo, Kepala SubBagian Urologi di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Alat ini bersifat lebih fisiologis, dan digunakan bila perlu saja. Dan tak disalahgunakan atau dipakai oleh mereka yang sehat, apalagi kalau tujuannya semata-mata untuk memperbesar penisnya. "Ini tindakan yang salah," kata Djoko Rahardjo. Setelah penis mencapai ukuran ereksi normal, kemudian pangkal penis dicekik dengan gelang karet. Ini dilakukan agar darah yang sudah memenuhi tubuh penis itu tertahan, sehingga bisa mengeras untuk digunakan berpenetrasi ke dalam vagina. Terapi ini, menurut Djoko, sesuai dengan mekanisme ereksi dalam keadaan normal. Makanya, alat ini cocok digunakan oleh penderita impotensi yang disebabkan kebocoran pada pembuluh vena, karena gangguan saraf, penderita diabetes, dan psikis. Namun, alat ini tidak cocok dipakai para penderita impotensi yang disebabkan pembuluh darah arteri di penisnya menyempit. Sebab, dengan adanya teknik pencekikan justru akan memperparah kemacetan pembuluh arteri. Walaupun sudah disetujui badan pengawasan makanan dan obat (FDA) di AS, bukan berarti Erect Aid System sudah terlepas dari kelemahannya. Menurut Djoko Rahardjo, masa pencekikan pangkal penis itu tak boleh lebih dari 30 menit. Jika kelamaan, dapat mengakibatkan kematian jaringan. Karena itu, setelah selesai bercumbu dengan istri, karet gelangnya harus segera dicopot. Dengan memakai alat tersebut, penis yang "tidur" tidak bisa dijamin langsung berubah gagah. Untuk memakai alat itu hingga mencapai optimal ternyata perlu latihan 5 - 6 kali. Misalnya, bagaimana menyedot tabung supaya vakum. Bila tidak mahir, wah, bisa kacau juga persiapannya. Dokter Fritz A. Kakialatu malah mengingatkan: dengan memakai alat ini tak mustahil menimbulkan stres bagi pemakainya, atau dapat mengurangi kenikmatan bagi si lawan berintim. Selain itu, menurut ahli urologi di RS Gatot Subroto Jakarta ini, penis yang terlalu lama dijepit juga bisa menyebabkan komplikasi yang lain. "Sebaiknya, ketika menggunakan alat itu tidak boleh berhubungan lama-lama," kata Fritz. Bukan itu saja. Erect Aid System bahkan kurang tepat dipakai oleh pria yang terlalu tua. Paling tidak untuk pria berumur 40 tahun. Sedangkan terhadap lelaki yang berpenyakit jantung atau berusia lanjut disarankan hati-hati memakainya. "Dikhawatirkan jantungnya berhenti kalau terlalu asyik," kata Djoko Rahardjo. Keadaan masyuk itu malah dapat berubah gawat kalau pemakainya lupa melepaskan karet penjepitnya itu. Padahal, penjepitan tadi juga bisa membuat ejakulasi tidak lancar. Bagi pemakai alat ini terkadang bisa pula tak mencapai ereksi sempurna -- seperti yang dialami pasien yang mempunyai pembuluh arterinya tidak beres. Untuk pasien dengan keluhan seperti ini, alat ini biasanya memperbesar dan mengeraskan batang kelaminnya saja, sedangkan "topi" atau kepala penisnya tetap lembek. Ini disebut tumescence. Namun, walaupun kondisi ujung tombaknya itu tetap lunak, menurut Djoko, ia bisa melakukan penetrasi ke vagina. Karena ada kekurangannya, penggunaan alat ini harus hati-hati dan hanya dipakai dua kali dalam seminggu -- seperti disebutkan dalam petunjuk penggunaannya. Jika terlalu sering digunakan malah akan mengakibatkan perubahan jaringan pada batang penis. "Ibarat balon, sesudah ditiup lantas dikempesi. Ya, tentu saja kondor, dan tidak akan bisa kembali pada keadaan semula," kata Djoko Rahardjo. Lain lagi jika alat tersebut sering digunakan. Menurut urulog dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu, "senjata" lelaki itu malah rusak, atau tambah memperparah impotensinya. "Saya sendiri menggunakannya baru terbatas hanya kepada lima pasien," katanya. Di Indonesia belum ada data jumlah penderita impotensi. Hanya diperkirakan sekitar 4-7% pria dewasa yang alat kejantanannya lunglai. Dan dari semua kasus impotensi yang pernah diperiksa para dokter, ditemukan 40% karena faktor psikologis, dan 20% karena kelainan metabolisme, seperti diabetes, kelainan saraf, serta penyebab lain. Untuk membangkitkan kembali kegagahan kelamin para pria yang bernasib sial itu, selama ini memang berbagai macam cara telah ditawarkan. Misalnya, lewat pijat, menginjeksikan obat-obatan, atau dengan menanamkan tabung silikon. Sedangkan untuk memakai Erect Aid System, 2 harganya seperangkat sekitar Rp 1,3 juta. Gatot Triyanto dan Indrawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini