Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Stroke menempati penyakit kedua sebagai penyebab kematian terbanyak di dunia dan pertama di Indonesia. Penderita terkena serangan otak yang menyebabkan lemas setengah badan hingga buta pada satu mata secara mendadak. Spesialis saraf di RSUD Tanjung Priok, Jakarta Utara, Priyanka Ganesha Utami, mengatakan pasien stroke butuh fisioterapi rutin untuk dapat memperbaiki kondisi kesehatannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Jadi, di dalam tubuh kita ada pembuluh darah besar dan kecil. Kalau kita kenanya pembuluh darah yang kecil mungkin bisa membaik fungsinya,” kata Priyanka dalam diskusi daring pada Jumat, 1 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam proses penyembuhannya, tenaga medis perlu melihat terlebih dahulu penyebab stroke yang diderita pasien. Apabila serangan stroke akibat pecah pembuluh darah kecil di otak maka proses fisioterapi akan jauh lebih mudah dilakukan.
“Kalau kita kenanya di pembuluh darah yang kecil, mungkin kita bisa membaik fungsinya (dengan fisioterapi). Tapi di dalam otaknya masih ada bekas luka dan kita bisa reparasi itu, caranya dengan fisioterapi,” jelasnya.
Tergantung gejala stroke
Ia mengatakan semakin rutin fisioterapi dilakukan akan ada perubahan fungsi pada otak pasien stroke sehingga sel-sel di dalamnya akan tumbuh secara perlahan. “Kita katakan sebagai neuroplastisitas. Jadi otak kita tumbuh, kita bisa memolding seperti plastisin,” ujarnya.
Selain fisioterapi, tolok ukur lain yang dokter lihat dalam proses penyembuhan pasien stroke tergantung pada gejala stroke secara fungsional. Biasanya dokter akan melakukan penilaian menggunakan National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS), yakni skala nilai yang digunakan untuk menilai keparahan stroke dan respons terhadap terapi trombolisis. Priyanka mengatakan semakin kecil nilai yang tertera pada NIHSS maka pasien akan lebih mudah direhabilitasi.
“Sebaliknya, kalau semakin berat, dia stroke berkali-kali sampai disabilitas berat yang dia tiduran saja, itu akan lebih sulit melakukan rehabilitasinya,” papar Priyanka.