Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Berita Tempo Plus

Petualangan Meniti Ombak

Inilah nikmatnya mengarungi lautan menggunakan jetski. Terkaman ombak dan badai justru menjadi tantangan.

6 Juni 2005 | 00.00 WIB

Petualangan Meniti Ombak
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dari balik Bukit Barisan, matahari masih malu-malu mengintip. Danau Toba tampak seperti putri jelita yang sedang tidur tenang. Permukaannya berpendar memantulkan sinar lampu dari hotel dan rumah-rumah penduduk di atas bukit.

Toh, pada pagi yang masih perawan itu, kehidupan mulai berdenyut. Di sebuah lapangan di tepi danau, sekelompok orang sedang memanaskan mesin jetski yang kebanyakan merek SeaDoo atau Yamaha. Suaranya meraung-raung mengoyak keheningan. Sesaat kemudian satu demi satu jetski itu berloncatan ke danau, lalu mengiris-iris permukaan air.

Rupanya mereka melakukan pemanasan, bersiap-siap melakukan perjalanan mengelilingi danau. Sabtu pagi tiga pekan lalu itu, Danau Toba menjadi ajang para pejetski memamerkan kebolehannya. Mereka datang dari seluruh Indonesia memenuhi undangan panitia "Lake Toba Ecotourism".

Di keramaian peserta terlihat Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Adyaksa Dault dan Menteri Kehutanan M.S. Kaban. Adyaksa bahkan spontan mencoba SeaDoo milik seorang peserta. Mencangklong ke sadelnya dan, wusss..., langsung ngebut sambil sesekali berzig-zag di permukaan danau yang datar.

Adyaksa memang tergolong pemain jetski berpengalaman. Perairan sekitar Kepulauan Seribu di Teluk Jakarta sudah sering ia jelajahi. Sayang, kali itu ia urung mengikuti perjalanan mengelilingi danau. "Saya mesti pulang ke Jakarta karena ada tugas lain pergi ke Manado," katanya.

Tur dimulai dari depan Tomok di tepi Pulau Samosir, dibuka dengan penjelasan singkat Gubernur Sumatera Utara Rizal Nurdin tentang rute dan kondisi danau yang akan dilewati. Berbekal peta Danau Toba ukuran besar, Rizal yang juga penggemar berat jetski menerangkan ada perairan dangkal atau bagan ikan milik nelayan yang perlu dihindari para pejetski. Tapi secara umum jalur sejauh 240 kilometer itu cukup aman dan nyaman untuk ditempuh.

Setelah mendengar petuah Gubernur, sekitar 40 jetski segera berhamburan ke tengah danau. Beberapa jetski dinaiki dua orang. Tapi sebagian besar merupakan jetski tunggal berpenumpang satu orang. Di antara pejetski dewasa itu terselip beberapa pejetski anak-anak. Salah satunya Aero, 10 tahun, putra sulung Syaiful Ihsan, Ketua Indonesia Jetsport Boating Association (IJBA).

Aero, yang masih duduk di kelas empat sekolah dasar, asyik meliuk-liukkan jetskinya menikmati jernihnya Danau Toba. Sekejap kemudian ia melesat di depan rombongan seakan tak mau kalah dengan peserta dewasa. Jarak 240 kilometer itu mereka lalap hanya dalam tempo empat jam. Artinya, para peserta memacu jetskinya pada kecepatan rata-rata 60 kilometer per jam. "Kami jalan santai saja, banyak berhenti," kata Riki Turisno, Ketua IJBA Makassar, Sulawesi Selatan.

Berjetski ria menempuh jarak yang cukup jauh bukan hal baru bagi Riki. Di daerah asalnya, ia pernah mengarungi rute Makassar-Parepare, yang jaraknya sekitar 300 kilometer, dengan kawan-kawannya sesama pencinta jetski. Di daerah Barru, mendekati Parepare, jetski yang mereka tunggangi sempat dihantam ombak besar. Tapi Riki dan kawan-kawan mampu melewatinya dan sampai ke tujuan dengan selamat.

Justru tantangan alam seperti itu yang membuat Riki terpincut oleh jetski. Sejak muda ia memang sudah tergila-gila pada olahraga kecepatan. Kendati namanya tak terlalu mencuri perhatian, dulu ia pernah menjadi pembalap gokart dan motokros.

Namun tingkat kesulitan olahraga di darat, menurut Riki, masih dapat diukur. "Paling-paling medan berubah lebih berat karena hujan," ujarnya. Situasi berbeda ditemuinya di laut. Soalnya, setiap waktu alam bisa meniupkan badai dan mendatangkan ombak besar. "Itu semua tak bisa diperhitungkan," kata pengusaha yang telah lama menjadi dealer Pertamina itu.

Petualangan lebih gila pernah dilakukan Syaiful Ihsan dan Theo Rompis, seorang pegawai negeri. Tahun lalu, bersama 13 teman yang lain, termasuk seorang wanita, mereka berjetski mengarungi lautan dari Pantai Mutiara, Jakarta, sampai ke Singapura.

Menggunakan jetski bertenaga 800 cc dan 1.200 cc, mereka menempuh jalur melewati Pulau Genteng, Lampung, Bangka, Belitung, Batam, dan berakhir di negeri jiran Singapura. Dalam perjalanan, mereka sempat tiga kali diterkam badai di perairan Belitung-Batam. "Ombaknya setinggi lima meter," kata Theo, yang sehari-hari bekerja di kantor imigrasi Bandara Soekarno-Hatta.

Petualangan jarak jauh seperti itu memerlukan persiapan matang dan biaya yang tak sedikit. Setiap peserta harus memiliki kekuatan fisik dan kesiapan mental. Itu mereka latih dengan melakukan senam kebugaran dan mengasah keterampilan berjetski secara teratur setiap Sabtu-Minggu di Ancol.

Untuk logistik dan bahan bakar, setiap peserta mesti merogoh kantong tak kurang dari Rp 12,5 juta. Logistik dan bahan bakar itu biasanya diangkut boat yang setia mendampingi rombongan dalam perjalanan. "Kalau untuk air minum, sih, bisa kita simpan sendiri di bagasi jetski," kata Theo, yang juga pernah mengarungi Jakarta-Carita selama empat jam.

Perlengkapan standar untuk petualangan jarak jauh biasanya berupa penggunaan light stick di punggung dan dada setiap peserta. Badan jetski juga dilekati scottlight. Lazimnya dengan warna-warna mencolok seperti biru, hijau, atau merah agar mudah terlihat dari kejauhan. Di setiap rombongan juga wajib ada senter dan telepon satelit.

Sebagai pemimpin rombongan, Syaiful, yang akrab disapa Fully, biasa mengingatkan kawan-kawannya agar tidak gugup dan panik bila menghadapi situasi berbahaya. Sebaliknya ia juga minta mereka tak malu mengakui bila sudah merasa lelah. Sehingga mereka bisa beristirahat. "Justru bisa berbahaya kalau badan capek tapi masih ngotot jalan terus," katanya.

Fully juga rajin berpesan kepada teman-temannya supaya berhati-hati, terutama bila melewati jalur berbahaya atau menghadapi badai. Dia mengaku harus berani menegur bila ada kawan serombongan yang mengemudi secara ugal-ugalan. Tak peduli kawan itu pejabat atau konglomerat. "Sebelum terjadi musibah, lebih baik saya tegur," kata lelaki tambun yang memiliki banyak jetski itu.

Dalam melakukan perjalanan jarak jauh, rombongan sebisa mungkin menghindari jalan pada waktu malam. "Tapi, kalau situasi darurat, mau tak mau harus jalan," ujar pengusaha di bidang komunikasi dan perminyakan itu. Itu pun dengan kecepatan ekstra-rendah. Biasanya hanya 20-30 kilometer per jam. Padahal, pada siang hari, jetski bisa dipacu hingga mencapai kecepatan 75 kilometer per jam.

Situasi darurat itulah yang ia temui saat bertualang ke Singapura. Ketika itu rombongannya sudah meninggalkan Pulau Bangka pagi buta pukul 04.00. Tak dinyana di tengah laut ada sebuah jetski mogok. Anggota rombongan lain otomatis harus menunggu dan saling memberikan bantuan.

Jetski yang mogok itu ditarik bergantian. Akibatnya, kecepatan rombongan menjadi jauh berkurang. Dan mereka harus terus berjalan kendati malam telah menyergap. Akhirnya, pada pukul 02.00 mereka baru bisa mencapai Batam. Itu berarti mereka berada di laut selama 22 jam.

Risiko di laut yang serba tak terduga juga pernah dialami Adyaksa. Dua tahun lalu ia pernah bernasib nahas. Lantaran sudah ditunggu keluarga, ia melejit cepat meninggalkan rombongan ketika berjetski di sekitar Pulau Pantara di perairan Kepulauan Seribu. Malang menimpa. Jetskinya tiba-tiba terbalik dihantam ombak. Ia terpelanting dan jatuh ke air tanpa ada seorang pun yang tahu. "Saya hampir mati saat itu," ujarnya.

Sempat terapung-apung sendirian, beruntung pada saat kritis, rekan-rekan Adyaksa sesama penunggang jetski berdatangan. Mereka serentak memberikan bantuan. Adyaksa, yang sudah lemas dan mengalami dehidrasi, diangkut ke Pantai Ancol. Di sana ia segera mendapat pertolongan oksigen agar kembali segar.

Kendati kadang mencekam, Theo mengakui perjalanan jarak jauh seperti itu sangat menyenangkan. Anggota rombongan bisa melihat dari dekat bermacam-macam pulau yang dimiliki Indonesia, yang sebelumnya tak pernah mereka lihat. "Indonesia memang kaya," ujar pria bertubuh kekar yang pernah berada di peringkat dua dalam kejuaraan internasional jetski di Penang, Malaysia, September tahun lalu itu.

Tak cuma asyik untuk petualangan jarak jauh, jetski juga menarik untuk dipertandingkan. Jenis permainan jetski yang kerap diperlombakan adalah offshore dan close course. Sederhananya, offshore adalah adu cepat menempuh jarak tertentu. Ada varian lain dari offshore yaitu time rally. Di sini yang diutamakan adalah ketepatan waktu dalam menempuh jarak tertentu.

Adapun close course mirip pertandingan slalom test dalam balap mobil dan motor atau ski. Ada satu arena yang dipersiapkan oleh panitia dengan menempatkan balon-balon karet di atas permukaan air. Kemudian peserta lomba harus adu cepat meliuk-liuk di antara balon-balon tersebut. Sungguh mengasyikkan. Jadi, tunggu apa lagi? Ayo berjetski.

Nugroho Dewanto (Danau Toba)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus