Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Poker Maya di Dunia Nyata

Permainan di situs jejaring sosial sudah ”menjajah” hingga ke kehidupan sehari-hari. Para pemain bertemu langsung, berteman, hingga melakukan kegiatan sosial.

5 Juli 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SARAPAN pagi saja belum dikudap, tapi ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance, Mochamad Ikhsan Modjo, sudah online di depan layar laptopnya. ”Sarapan” paginya bukan mengecek harga saham. Laki-laki 38 tahun itu siap bertanding secara virtual. Delapan lawan mainnya juga sudah siap.

Setahun belakangan, Ikhsan, yang juga Komisaris Bank Negara Indonesia, keranjingan game di jejaring sosial Facebook, Texas Hold’em Poker. ”Game itu enggak membuat bad mood, malah menambah semangat pagi hari,” ujarnya. Permainan itu ibarat pemanasan otak sebelum Ikhsan tampil di sebuah stasiun televisi swasta mengomentari perkembangan pasar bursa saham setiap pagi. ”Memang permainan ini bikin ketagihan,” katanya.

Ikhsan tak sendirian ketagihan. Dalam situs Facebook, permainan Texas Poker itu menempati peringkat pertama dari 10 permainan terpopuler di dunia maya, seperti FarmVille, YoVille, FishVille, PetVille, Cafe World, Mafia Wars, dan Vampire Wars. Data terbaru dari PokerAnalytics menyebutkan bahwa Texas Hold’em Poker dimainkan oleh 87 persen pemain berbagai game online di dunia.

Kepopulerannya pun berpengaruh di dunia nyata. Pertandingan Texas Poker internasional yang dimulai 30 Juni lalu, yang dimainkan dengan jasa pemancar satelit, berani mematok taruhan—uang sebenarnya—hingga US$ 100 ribu. Penyelenggara Texas Poker, Zynga, bulan lalu mengumpulkan jagoan permainan itu di pusat judi di Amerika Serikat, Las Vegas, untuk bertanding di dunia nyata dalam ZyngaTexas Hold’em Poker Tournament.

Nah, kenapa demikian menyedot perhatian orang? ”Selain ada seninya, kita enggak main dengan komputer saja, tapi dengan orang-orang lain di tempat lain,” Ikhsan memberikan alasan. Bahkan besaran uang maya yang dapat dimenangi selama pertandingan juga menjadi pemikat. Ikhsan, yang kini menjadi Ketua Departemen Keuangan Partai Demokrat, pernah memiliki harta US$ 120 juta. ”Tapi sayangnya cuma di dunia maya, enggak beneran,” ujarnya.

Texas Hold’em Poker dapat dimainkan di enam jenis situs pertemanan: Facebook, Tagged, Hi5, Bebo, My Space, dan My Yahoo. Namun, di antara situs jejaring sosial, kebanyakan memilih Facebook. Dari sinilah permainan di dunia maya berubah menjadi ajang pertemanan di dunia nyata. Di antara pemain yang biasa menjadi musuh secara virtual kemudian malah berteman. Yang kemudian menjadi tren adalah kopi darat—istilah bertemu secara fisik—di antara pemain game online situs jejaring sosial.

Aturan dalam permainan juga menjadi pendorong terjadinya pertemuan di dunia nyata. Misalnya dalam Texas Poker. Setelah bergabung, seseorang hanya bisa mendapatkan gratis satu juta kepingan (chip)—uang untuk bermain poker. Jumlah ini sangat kurang. Nah, kekurangan itu yang membuat para pemain game ini memilih membeli dari luar ketimbang membeli langsung dari Zynga, pembuat game ini, untuk bisa terus bermain. Terjadilah tukar-menukar kepingan antarteman dan bahkan berujung menjadi ajang bisnis dengan uang sebenarnya. Kepingan dalam permainan Texas Poker itulah yang memperluas pertemanan dan pertemuan.

Lihat saja di Kedai Kopi Pelita di Makassar. Setiap hari penggemar Texas Poker bertemu. Di situlah terjadi transaksi tukar-menukar atau pembelian kepingan. Harga 10 juta chip ditukar dengan uang senilai Rp 10 ribu. Transaksi kepingan kadang sampai triliunan chip. Bahkan ada yang gara-gara bisnis tersebut mampu membeli mobil Grand Livina seharga Rp 170 juta. ”Saat bertemu, kami juga membahas soal jumlah chip dan hasil penjualan,” ujar Firman, 21 tahun, mahasiswa Universitas Indonesia Timur.

Di tempat itu, menurut Firman, bertemu berbagai profesi, seperti pegawai negeri, swasta, dan mahasiswa. Tema kopi darat pun berkembang menjadi urusan di luar Texas Poker, seperti bursa tenaga kerja, jual-beli kendaraan bermotor, sampai rencana mengisi waktu liburan dengan menyelam bersama di dekat Pulau Selayar.

Di Makassar tumbuh kafe-kafe Internet yang menyediakan Wi-Fi gratis. Tetamu datang membawa komputer jinjing masing-masing memesan kopi seharga Rp 7.000-Rp 10 ribu. Di tempat itu mereka berinteraksi sesuai dengan permainan masing-masing seperti tak kenal waktu. Sebuah warung kopi bahkan menulis besar-besar di dindingnya, ”Buka 24 jam kecuali hari kiamat”. ”Di sini saya biasanya main dari pagi hingga pagi lagi,” kata Mustari, 36 tahun, bekas asisten manajer sebuah tempat hiburan malam di Makassar.

Di Bandung, penggemar poker maya bergabung dengan kelompok bernama Kozy alias Komunitas Zynga Poker. Sejak dibentuk dua bulan lalu, anggotanya kini berjumlah 50 orang. Anggotanya—yang sebagian besar tinggal di kawasan Dago dan Kopo—sering bertemu di sebuah warung Internet di Jalan Merdeka, Bandung. Pertemuan berkembang menjadi kerja sosial.

Adapun Malang Poker Community adalah perkumpulan penggemar permainan tersebut di Malang. Selain nongkrong, mereka melakukan arisan dan kegiatan sosial, seperti donor darah atau bakti sosial di desa yang memerlukan bantuan.

Di Jakarta, berbagai profesi sering bertemu dalam turnamen Texas Hold’em Poker. GameSphere Cyber Cafe di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan, merupakan salah satu tempat pertemuan yang paling sering dikunjungi penggemar Texas Poker.

Bukan hanya penggemar permainan poker yang sering bertemu, Komunitas Mafia Wars Yogyakarta juga kerap kopi darat. ”Biasanya kami main bareng setelah pekerjaan selesai,” kata Kristanto Nugroho. Komunitas yang terbentuk sejak setahun lalu itu beranggota 168 orang.

Pertemuan biasanya dilakukan di tempat angkringan sembari ngopi bareng. ”Topik pembicaraan mulai ngobrol ngalor-ngidul sampai membicarakan perkembangan teknologi Internet terbaru,” katanya. Pertemuan dengan para penggemar permainan Mafia Wars diakui Kristanto semula menjadi pengusir sepi setelah lelah bekerja seharian. ”Asyik, seru, dan kadang menegangkan,” ujarnya. Belakangan pertemuan berubah menjadi saluran kepentingan pribadi atau bisnis.

Samuel Henry, Ketua Asosiasi Games Development Indonesia untuk Wilayah Yogyakarta, penggagas Komunitas Games Development dan penggiat Forum Games Development Indonesia, juga punya cerita. Hasil kopi darat dengan penggemar game online ini menjadi ajang tukar-menukar bisnis antaranggota. ”Kami sampai membuat festival dan seminar,” ujar Samuel, pemilik salah satu studio games development di Yogyakarta. ”Hasil kopi darat banyak menumbuhkan hal positif.”

Cerita sebaliknya, alias negatif, menimpa Butet Kartaredjasa. Pada akhir Mei lalu, budayawan asal Yogyakarta itu mengirim uang Rp 2 juta kepada seseorang yang mengaku sebagai ”Jajang C. Noer”, kawan sesama seniman. Transfer itu berawal dari chatting Butet dengan ”Jajang” yang minta kiriman uang untuk pengobatan. Ternyata kiriman itu bukan benar-benar mampir ke rekening Jajang, tapi milik Uding Sancoko.

Rupanya uang untuk ”Jajang” itu digunakan untuk membeli chip Texas Poker dari Uding. ”Chip sudah kami berikan kepada orang yang konfirmasi datanya tepat. Dari mana sumber uangnya, kami tidak bertanggung jawab,” kata Uding melalui surat elektronik kepada Butet. ”Saya enggak suka main game tapi menjadi korban penipuan,” kata Butet. Uding mengaku sama seperti Butet, menjadi korban penipuan. Untuk tak memperpanjang persoalan, Uding mengembalikan uang tersebut, walaupun ia harus kehilangan kepingan.

Penipuan seperti itu memang biasa terjadi di permainan online, terutama Texas Poker. ”Kozy dibentuk awalnya karena makin maraknya pemain Zynga Poker yang menjadi korban penipuan perdagangan chip,” kata Indra Yuniarta Syam, wiraswasta asal Bandung berusia 28 tahun. Kozy membuat daftar hitam penjual kepingan, juga hacker yang suka menipu atau membobol simpanan chip.

Ahmad Taufik, Bernada Rurit (Yogyakarta), Anwar Siswati (Bandung), Abdul Azis (Makassar)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus