Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
The Twilight Saga: Eclipse
Sutradara: David Slade
Skenario: Melissa Rossenberg
(berdasarkan novel karya Stephenie Meyer)
Pemain: Kristen Stewart, Robert Pattinson, Taylor Lautner, Peter Facinelli
”Dia tidak punya baju?”
EDWARD Cullen menahan api cemburu. Jacob Black berdiri menanti Bella Swan dengan dada telanjang, gagah, dan seperti biasa: merasa diri ganteng betul. Ini acara serah-terima Edward kepada Jacob. Lucu kan? Memang ini adegan yang lucu sekaligus bagus, karena pertanyaan sinis Edward Cullen itu mewakili kejengkelan penonton. Meski Jacob Black (Taylor Lautner) sejak film New Moon sudah diungkap identitasnya sebagai werewolf (serigala jadi-jadian), mbok ya menahan diri dari acara pamer dada six-pack itu.
Baiklah. Ini sekuel ketiga The Twilight Saga: Eclipse yang sudah dinanti jutaan penonton remaja dan ibu-ibu sosialita. Kini Bella dan Edward sudah hampir lulus SMA. Tanpa memperlihatkan sedetik pun adegan akademis kelas, buku, atau belajar mati-matian, kita disodori keinginan Edward mengajak Bella menikah, sedangkan Bella hanya ingin menikah dengan Edward jika dia juga masuk dalam dunia Edward sebagai vampir. Jacob, si telanjang dada, dengan suara serak-serak basah menentang hasrat Bella karena, ”Saya lebih baik daripada dia. Saya tak ingin mengubahmu.” Lalu Jacob mencoba mencium Bella. Bella kemudian langsung menonjoknya.
Mari kita singkirkan dulu kisah segitiga remaja ini. Meski novelis Stephenie Meyer yang menulis 600 halaman ihwal hati duka lara Bella—entah kenapa dia berduka lara, saya juga tak kunjung paham—untung saja penulis skenario Melissa Rossenberg (penulis skenario serial Dexter) dan sutradara David Slade juga menekankan bagian lain yang lebih menonjok: pertempuran antarvampir.
Film ini memang dimulai dengan adegan pembunuhan penduduk biasa di setiap pojok Seattle. Berita media mengumumkannya sebagai korban pembunuh berantai. Tapi keluarga Cullen tahu, ini pembunuhan yang dilakukan ”newborn”, vampir baru yang masih sangat haus darah segar manusia dan membunuh tanpa perhitungan. ”Yang penting sebetulnya, siapakah yang berada di balatentara vampir baru ini,” kata dr Carlisle Cullen (Peter Facinelli).
Kini serial Twilight sudah memasuki arena politik dan pertempuran. Mereka sudah menduga di belakang semua kegilaan banjir darah ini pasti ada Victoria (Bryce Dallas Howard), yang dendam karena kekasihnya dihajar hingga tewas oleh Edward Cullen (pada Twilight pertama).
Menjelang peperangan, Bella harus disembunyikan nun jauh di atas pegunungan, di dalam sebuah tenda yang kok ya tipis banget. Pantas saja dia menggigil. Dan Edward si vampir itu tentu tak bisa menghangatkan tubuh Bella. Datanglah Jacob si telanjang dada yang menghangatkan tubuhnya itu. ”Akan lebih cepat hangat lagi kalau dia menanggalkan bajunya. Itu namanya survival 101,” kata Jacob dengan tenang, sekaligus memancing kemarahan Edward.
Perang saraf gaya begini terus-menerus berulang. Tentu saja kita tahu, selama Jacob kerjanya hanya memburuk-burukkan Edward, Bella tak akan pernah berpaling. Siapa yang suka kepada lelaki nyinyir seperti itu, meski dia berdada seperti parutan keju?
Jika kita bosan (atau mual) dengan kalimat cinta yang berulang-ulang diucapkan antara Bella dan Edward (”Kau bagian dari hidupku”, ”Kau selalu menjadi Bella-ku”, dan seterusnya itu)—sembari berpikir mengapa mereka tak punya ungkapan cinta yang lebih orisinal, yang lebih segar dan baru—sebaiknya berkonsentrasi pada adegan-adegan laga yang seru. Munculnya vampir baru bernama Riley (Xavier Samuel) yang penampilannya menyegarkan layar itu keputusan penting.
Riley adalah vampir hitam yang dikendalikan oleh Victoria. Keluarga Cullen adalah vampir putih yang hanya memburu binatang untuk makanan mereka. Dan yang menarik, keluarga Cullen kini berkolaborasi dengan geng serigala (yang di masa lalu adalah musuh besar). Mereka berperang di tengah belantara untuk menguasai kawasan barat Amerika. Tubuh-tubuh keluarga Cullen berkelebat, melayang, dan menghantam para vampir hitam.
Taktik dan strategi mereka adalah keluarga Cullen mengincar leher vampir jahat untuk ditekuk; dan jika tak berhasil, kelompok serigala akan menghajar dari depan. Peperangan ini tentu saja mudah dibereskan. Tapi peperangan Edward Cullen versus Riley dan Victoria menjadi berat. Bella yang selama ini cuma berdesah dan berwajah duka akhirnya menggunakan sebuah taktik yang dia kenal dari sejarah peperangan di masa lalu.
Daya tarik sekuel ini juga terletak pada beberapa adegan kilas balik sejarah Jasper Hale (Jackson Rathbone) dan Rosalie Hale (Nikki Reed) yang menjelaskan kepada pembaca bahwa menjadi vampir bagi anggota keluarga Cullen bukanlah sebuah pilihan. Mungkin karena persoalan sudah beranjak pada hal yang lebih serius dan gelap, sekuel ketiga ini jadi lebih menarik (kecuali dialog-dialog cinta yang sebaiknya dibuang ke laut selama-lamanya sampai akhir hayat). Untuk film keempat, Breaking Down, nanti, sudah waktunya Kristen Stewart mencari ekspresi lain di luar wajah duka lara yang tampil tak berkesudahan dalam Twilight Saga ini.
Leila S. Chudori
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo