Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mencurahkan perhatian dan kasih sayang pada anak adalah hal umum bagi orang tua. Bentuknya bisa berupa pelukan, ciuman, dan belaian sebagai tanda rasa sayang dan dukungan. Namun, semua perhatian fisik itu bisa memicu masalah saat anak beranjak dewasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akan tetapi, psikolog mengingatkan orang tua untuk tidak mencium anak di bibir, yang disebutnya tidak pantas dan membingungkan. Dr. Charlotte Reznick, psikolog anak dan penulis The Power of Your Child’s Imagination: How to Transform Stress and Anxiety Into Joy and Success, mengatakan kepada CafeMom kebiasaan orang tua mencium anak di bibir tak pantas atau menunjukkan rasa sayang secara berlebihan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kapan Anda berhenti mencium bibir anak? Sangat membingungkan," katanya, dikutip dari Bolde.
Ia memberi contoh seorang bocah perempuan berumur 6 tahun yang biasa mendapat ciuman bibir dari ayahnya dan berusaha melakukan hal sama pada teman sekelasnya lalu disebut sebagai pelecehan seksual.
Pentingnya menetapkan batasan
Reznick tak menganggap hal itu terlalu dramatis. Ia khawatir jika anak terbiasa dicium di bibir akan meninggalkan perasaan seksual yang bisa membuatnya kecewa. Tak hanya itu, bisa jadi anak tak pernah bisa menetapkan batasan sehat, yang sangat penting dalam hidup.
"Ketika anak berumur 4, 5, atau 6 dan kepedulian seksual mereka mulai tumbuh (dan bila mengalaminya lebih dini -- ketika mereka bisa melakukan masturbasi pada umur 2 atau 3 -- mereka akan menemukan kenikmatan bagian tubuh pribadi), ciuman di bibir bisa menjadi rangsangan," paparnya.
Meski demkian, tak semua psikolog anak sependapat dengan Reznick. Dr. Paul Hokemeyer menegaskan ciuman di bibir itu wajar dan tak ada yang salah sama sekali.
"Orang tua perlu menjaga batasan dengan anak, itu pasti. Tapi dalam hal mengekspresikan kasih sayang, ciuman itu normal saja," ujarnya.