Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Psikolog Sebut Dampak Pilih Kasih Orang Tua pada Anak

Psikolog mengatakan tindakan pilih kasih orang tua dalam jangka panjang bisa berdampak negatif terhadap perkembangan anak.

30 Oktober 2024 | 15.55 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua sering tidak sadar mereka bertindak pilih kasih pada anak-anak. Misalnya, orang tua memberikan lebih banyak perhatian kepada anak yang dianggap lebih lemah dari yang lain karena menilai ia butuh perhatian ekstra. Psikolog klinis anak dan keluarga Anna Surti Ariani mengatakan tindakan pilih kasih orang tua dalam jangka panjang bisa berdampak negatif terhadap perkembangan anak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Dampaknya macam-macam, ada yang kemudian membuat anak jadi enggak percaya diri," kata pemilik sapaan Nina itu. "Dalam jangka panjang seringkali juga berdampak dalam perkembangan mereka. Misalnya salah satu anak lebih berprestasi dibandingkan anak yang lain." 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Psikolog di Lembaga Psikologi Terapan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu mengungkapkan ada pula orang tua yang merasa lebih nyaman dengan anak tertentu sehingga tanpa sadar memberi perhatian lebih kepadanya. Selain itu, orang tua yang belum siap punya anak lagi kadang secara tidak sadar lebih fokus memperhatikan anak yang baru lahir sehingga anak yang lain bisa merasa diabaikan. 

Ketika orang tua terus memberikan perhatian lebih banyak kepada anak tertentu, anak yang kurang diperhatikan bisa merasa tidak disayang. Nina mengatakan memberikan kasih sayang yang sama bagi anak-anak tidak berarti menyamaratakan perhatian kepada anak pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.

"Tetapi, perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan ada feedback, baik dari anak ataupun orang lain yang mengenal kita," kata lulusan Universitas Indonesia itu.

Perlunya introspeksi diri
Nina menjelaskan orang tua perlu introspeksi diri jika merasa pilih kasih dalam memperlakukan anak-anak. Setelah melakukan introspeksi, orang tua perlu mengajak masing-masing anak berbicara agar dapat mendengar isi hati mereka serta menemukan solusi untuk memperbaiki hubungan.

"Perlu ada waktu untuk berbicara one by one dengan masing-masing anak, misal saya lagi sendirian sama anak kedua, coba ajak bicara," sarannya.

Kalaupun harus memberikan perhatian lebih kepada salah satu anak karena kondisi tertentu, seperti masalah kesehatan yang butuh perhatian lebih, orang tua harus tetap berupaya memberikan perhatian yang dibutuhkan anak lain. Menurut Nina, orang tua bisa melibatkan anggota keluarga yang lain seperti nenek dan kakek dalam pengasuhan dan perawatan anak.

"Misalnya ada anak yang perlu terapi untuk kesehatan mentalnya, jangan kita terus yang menemani. Kita bisa berdayakan orang terdekat lainnya secara bergantian," saran Nina.

Dalam upaya untuk membangun hubungan yang harmonis dengan anak, ia mengatakan orang tua bisa memperhatikan dan menyampaikan kelebihan dan keunikan masing-masing anak. "Usahakan menemukan keunikan, kelebihan masing-masing anak, dan menyampaikan keunikan dan kelebihan tersebut. Jangan cuma memberitahu yang jeleknya saja supaya dia betul-betul paham apa kelebihannya, bukan cuma kekurangannya," katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus