SELAMA ini pengaruh hormonal dituding penyebab rasa mual pada perempuan yang hamil. Kini, soal itu ditanggapi oleh pengikut Charles Darwin, bapak teori evolusi dan seleksi alamiah. Dia adalah Dr. Margie Profet dari Universitas California, AS. "Mual dan muntah dalam kehamilan pada seorang ibu merupakan bentuk penyesuaian diri yang berkembang untuk melindungi janin terhadap racun yang menyebabkan cacat bentuk atau keguguran," katanya. Pandangan Profet yang dimuat di koran International Herald Tribune, 26 Desember lalu, mengungkapkan bahwa rasa mual pada pagi hari sebenarnya membantu wanita hamil menghindari makanan yang mengandung toksin alamiah. Makanan itu termasuk sejenis sayuran, rempah-rempah, dan buah-buahan yang mengandung zat kimia alamiah yang digunakan bahan itu untuk melindungi dirinya dari hama. Ia menasihatkan agar ibu hamil memilih makanan yang rendah toksinnya, seperti roti, makanan biji-bijian, dan keju yang tampaknya membantu menghilangkan rasa mual. Pada ibu hamil muda juga dianjurkan tidak makan terlalu banyak, sebab membahayakan janin. Beberapa studi selama tiga puluh tahun terakhir, menurut Profet, menunjukkan wanita yang sedikit atau sama sekali tidak ada rasa mual di pagi hari memiliki angka keguguran dua sampai tiga kali lebih banyak dibanding yang mengalami rasa mual. Tapi perbedaan antara perempuan yang punya rasa mual dan angka keguguran, katanya, masih harus diteliti lebih lanjut. Mual dianggap sebagai suatu mekanisme pelindung yang tidak semua wanita mengalaminya. "Bahkan, bila ada obat menghilangkan rasa mual itu, saya tak menganjurkan untuk makan obat tersebut karena kemualan itu ada gunanya," katanya. Tentang rasa mual untuk melindungi janin dari racun dan keguguran, menurut Profesor Sudraji Sumapraja, itu hanya menerangkan salah satu dari fungsi mual pada kehamilan. Munculnya mual adalah pengaruh hadirnya hormon estrogen. "Supaya ibu hamil itu tidak makan makanan semaunya saja," kata ahli kebidanan dan kandungan itu. Jika pada saat hamil muda dan si ibu makannya dilos saja, dikhawatirkan muncul cacat bawaan. Karena pada saat usia janin masih merangkak pada bulan pertama, saat itu sedang melewati masa rawan, yaitu masa pembentukan organ tubuh. Mekanisme mual, menurut Wakil Direktur Medik Kebidanan RS Anak dan Bersalin Harapan Kita, Jakarta, itu adalah untuk mengerem si ibu tidak makan seenaknya. Ini juga mencegah keracunan yang diakibatkan pengaruh makanan yang masuk ke perutnya. Jika janin sudah melewati masa pembentukan organ -- setelah usia kandungan lebih dari tiga bulan -- rasa mual sedikit demi sedikit lenyap. Kemudian, barulah bangkit nafsu makan hingga makanan itu bisa dipakai untuk pembesaran janin. Walaupun begitu, menurut Sudraji, seorang ibu hamil diharapkan tidak makan berlebihan karena dalam masa kehamilannya ia harus mampu menjaga berat badan. Patokannya, tiap ibu hamil harus mengalami pertambahan berat badan sekitar 10 kilogram. Jika berlebihan, itu akan mengundang penyakit lain, misalnya tekanan darah tinggi. Sudraji juga kurang sepakat yang menyebutkan mual ada hubungan dengan keguguran. Mual, katanya, merupakan khasiat hormon estrogen. Jika hormon itu sedikit dikeluarkan tubuh, rasa mual biasanya tidak hadir. Ini membuat kehamilan tidak baik. Kalau ibu hamil itu tidak mual, jangan pula digeneralisasi bahwa kehamilannya itu jelek. Begitu pula kalau tidak mual lantas dia akan mengalami keguguran karena ketika hormon estrogen itu muncul ada yang menimbulkan rasa mual, ada yang tidak. Tiap orang punya bakat sendiri terhadap ketahanan zat tertentu dalam tubuhnya. Gatot Triyanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini