Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SAMBIL menatap halaman yang asri, Ratna Habsari menyanyikan “Lansia Dahlia Senja Tangguh”. Perempuan 72 tahun itu menciptakan lagu ini untuk dinyanyikan bersama oleh komunitas orang lanjut usia Dahlia Senja jika mereka berkumpul atau berkegiatan bersama. “Saya ciptakan lagu ini agar mereka merasa berguna,” katanya di teras rumahnya di Depok, Jawa Barat, pada Selasa, 17 Oktober lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ratna mendirikan Dahlia Senja pada 2009. Anggotanya perempuan berusia 60 tahun ke atas di beberapa rukun warga Kelurahan Limo, Depok. Kini jumlah anggotanya 50 orang. Secara rutin mereka bertemu untuk melakukan senam, memeriksakan kesehatan, lalu belajar tentang kesehatan bersama-sama. Dari pengetahuan alzheimer, kesehatan tulang, mencegah hipertensi, hingga kiat-kiat menjaga kesehatan jantung, semua mereka pelajari. “Slogan kami, ‘lansia peduli kesehatan dan kesejahteraan’,” ujar Ratna.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Ratna, kegiatan mereka dirancang santai dan gembira sehingga para anggota yang datang merasa nyaman. Bagi orang tua, Ratna mengungkapkan, rasa nyaman penting karena mengurangi beban pikiran. Hal terpenting: mereka tetap punya teman sehingga tak kesepian dalam usia panjang.
Ibu-ibu lansia memainkan angklung di komunitas Dahlia Senja di Limo, Depok, Jawa Barat, 20 Oktober 2023/TEMPO/M Taufan Rengganis
Pada Hari Lanjut Usia Internasional, 1 Oktober lalu, Badan Pusat Statistik mengumumkan angka harapan hidup orang Indonesia pada 2022 adalah 73,6 tahun, naik 0,1 tahun dibanding pada 2021. Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi provinsi dengan angka harapan hidup tertinggi. Untuk perempuan, rata-rata angka harapan hidup 76,93 tahun. Adapun laki-laki 73,28 tahun.
Dibanding negara-negara tetangga, angka harapan hidup orang Indonesia memang tidak istimewa. Di Asia Tenggara, juara usia panjang adalah orang Singapura yang mencapai 84 tahun, lalu Malaysia 76 tahun. Menurut Sari Seftiani, peneliti Pusat Riset Kependudukan Badan Riset dan Inovasi Nasional, angka harapan hidup yang meningkat didorong oleh perkembangan dan pembangunan kesehatan. “Juga naiknya pendidikan pada perempuan dan turunnya angka kematian bayi,” ucap Sari.
Tri Saktiyana, pelaksana tugas Kepala Badan Perencanaan Pembangunan DI Yogyakarta, menambahkan, usia harapan hidup orang Yogya panjang karena kesehatan fisik dan psikis penduduk makin baik. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kematian ibu melahirkan dan bayi turun. Angka kontet (stunting) pada bayi merosot dan jumlah penderita tuberkulosis juga berkurang drastis.
Ratna Habsari di Limo, Depok, Jawa Barat, 20 Oktober 2023/TEMPO/M Taufan Rengganis
Tri mengatakan salah satu penunjang kesehatan bagi orang tua adalah pendirian pos pelayanan terpadu (posyandu) khusus orang lanjut usia hingga di dusun-dusun dalam sepuluh tahun terakhir. Dulu, Tri menjelaskan, hanya posyandu bayi yang ramai dikunjungi. “Kini posyandu lansia sama ramainya,” ucapnya.
Sementara itu, kesehatan psikis orang Yogya, kata Tri, muncul dari pandangan hidup yang sederhana, yakni menerima dan mensyukuri hidup. Nerimo ing pandum. Dengan filosofi ini, penduduk DI Yogyakarta tak memiliki beban kendati 11,49 persen penduduknya, atau 463 ribu orang, hidup dalam garis kemiskinan, termasuk para orang tua.
Karena itu, pemerintah DI Yogyakarta menyiapkan program khusus kesejahteraan orang tua melalui program Silver Economy. Program yang akan berlaku pada 2024 tersebut adalah layanan ekonomi bagi orang lanjut usia melalui layanan kesehatan dan sosial serta bantuan ekonomi.
Untuk tahap awal, program ini akan menyasar 8.000 orang lansia. Mereka akan menerima kupon senilai Rp 300 ribu per bulan. Voucher itu bisa ditukarkan dengan aneka bahan makanan pokok, seperti beras, telur, dan sayuran. “Bentuknya bukan uang tunai agar tidak dibelanjakan untuk jajan cucu atau membeli rokok,” tutur Tri.
Augustinus Solichin, 75 tahun, saat berada di tokonya di Pasar Santa, Jakarta, 11 Oktober 2023/Tempo/Ecka Pramita
Undang-Undang Kesejahteraan Lanjut Usia menyebutkan kelompok lansia adalah orang yang berusia di atas 60 tahun. Dengan kriteria ini, naiknya usia harapan hidup penduduk Indonesia dari tahun ke tahun akan menimbulkan ledakan populasi orang tua. Karena itu, Tri menambahkan, pemerintah DI Yogyakarta bersiap membuat program khusus guna mengurus mereka.
Sasarannya adalah menjaga agar para orang tua tetap sehat. Menurut studi geriatri—ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit kelompok usia tua—penopang menua yang sukses adalah aktivitas fisik yang teratur. Misalnya berolahraga dan berkegiatan dengan intensitas rendah untuk menjaga keseimbangan serapan kalori melalui makanan dengan pembakarannya. “Keseimbangan ini menunjang fungsi organ sehingga tetap bugar,” ujar konsultan geriatri Rumah Sakit Umum Daerah Dr Saiful Anwar Malang, Jawa Timur, Sri Soenarti, pada Senin, 16 Oktober lalu.
Keseimbangan dan kebugaran, Sri melanjutkan, berperan menjaga dan memperbaiki kondisi psikologis serta suasana hati. Karena itu, gerak tubuh dan hubungan sosial menjadi kombinasi yang dianjurkan untuk menjaga kesehatan para orang tua. Banyak studi menyebutkan kesepian menjadi pemicu rasa rendah diri dan depresi yang berakhir dengan menurunnya kesehatan fisik dan mental, bahkan bunuh diri.
Resep itu yang dijalankan oleh Augustinus Solichin. Setiap hari, pria 75 tahun itu bertemu dengan banyak orang di kedai miliknya, Senior Coffee Stall, di Pasar Santa, Jakarta Selatan, yang menyajikan menu puding karamel dan roti tangkup.
Di media sosial, kedai Solichin terkenal karena menyajikan menu karamel enak tapi terbatas. Anak-anak muda harus mendaftar untuk bisa menikmati sajian Om Solichin dalam makan malam privat di rumahnya. “Setiap hari bertemu orang baru, kami mengobrol sehingga jadi semangat,” tutur Solichin. “Jadi semacam recall memori yang membantu ingatan saya di usia sekarang.”
Semangat serupa dirasakan Rustinah. Perempuan 81 tahun itu kini bekerja sebagai pramusaji di Kafe Uma Oma di Melawai, Jakarta Selatan. Tiap kali masuk kerja, ia merasa gembira dan lebih sehat. “Yang fit bukan hanya badan, juga pikiran,” ucapnya.
Sebelum menjadi pramusaji di kafe khusus yang mempekerjakan orang lansia itu, Rustinah jenuh sehari penuh berada di rumah. Kegiatannya sebatas memasak, mencuci baju, dan menyetrika. Bekerja di kafe membuatnya bertemu dengan banyak orang. Ia anggap upah hanya nilai tambah. “Waktu muda, saya bekerja untuk anak. Sekarang saya bekerja untuk saya sendiri,” ujar nenek tujuh cucu ini.
Penyediaan lapangan kerja khusus orang tua di Indonesia memang belum umum. Di Jepang, yang usia harapan hidup penduduknya 84,3 tahun, pemerintahnya punya program khusus menyediakan pekerjaan bagi orang tua. Mereka yang sudah pensiun menjadi penjaga parkiran sepeda, pengatur lalu lintas kendaraan proyek, atau penjaga karcis di taman-taman hiburan.
Selain itu, pembangunan ruang tinggal sudah memasukkan penunjang orang lansia. Menurut data BPS, 56,05 persen orang lanjut usia kini tinggal di perkotaan. Karena itu, menurut Direktur Eksekutif Pusat Studi Perkotaan Nirwono Joga, pembangunan kota yang ramah orang tua kian penting. Sayangnya, dia menerangkan, belum ada kota di Indonesia yang dibangun dengan orientasi melayani para warga lansia. “Kota kita baru dibangun melayani orang sehat, muda, dan penyandang disabilitas,” kata Nirwono.
Di Singapura, pemerintah secara khusus membangun perkampungan orang tua. Pembangunan apartemen khusus warga lansia ini terintegrasi dengan layanan transportasi publik, mal, dan taman. Pemerintah Singapura bahkan menyediakan insentif pajak bagi keluarga muda yang mau tinggal berdekatan dengan orang tua mereka.
Angka harapan hidup penduduk Singapura melonjak 25 tahun setelah pemerintah memiliki program pencegahan diabetes melalui pembatasan kadar gula dalam makanan. Akibatnya, penduduk menjadi sehat. Mereka juga terdorong aktif bergerak dengan berjalan kaki setelah pajak untuk mengemudi kendaraan bermotor diberlakukan sangat tinggi.
Rustinah, 81 tahun (kanan) dan Suminem, 74 tahun, pekerja di Kafe Uma Oma, Melawai, Jakarta Selatan, 24 Spetember 2023/Tempo/Ilona Esterina
Menurut Lilis Heri Mis Cicih, peneliti Lembaga Demografi Universitas Indonesia, ledakan populasi orang tua sebetulnya bisa menjadi bonus demografi bagi Indonesia. Namun pemerintah Indonesia belum memiliki program untuk menunjangnya. Kesehatan, partisipasi, dan keamanan belum menjadi prioritas kebijakan. “Menjadi tua belum terjamin secara lingkungan dan ekonomi,” tuturnya.
Ketidakseriusan pemerintah terhadap orang lanjut usia terlihat ketika mereka membubarkan Komisi Nasional Lanjut Usia pada 2020 karena dianggap tidak efektif dan efisien. Padahal, menurut anggota Komnas Lansia 2008-2011 dan 2012-2014, Adhi Santika, komisi itu punya dua tugas: memberi saran kepada presiden dalam membuat kebijakan dan mengkoordinasikan program-program peningkatan kesejahteraan orang lansia. “Setelah dibubarkan, hilang jembatan antara pemerintah dan kebutuhan masyarakat,” ucapnya, merujuk pada contoh kelompok Dahlia Senja.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Ilona Estherina Piri, Ecka Pramita, Pito Agustin Rudiana dari Yogyakarta berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Rahasia Panjang Umur"