Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
FILM berseri Live to 100: Secrets of the Blue Zones di Netflix menunjukkan bahwa hidup yang panjang bisa diciptakan, bahkan direkayasa. Wartawan National Geographic, Dan Buettner, melacak rahasia umur panjang di lima komunitas selama 20 tahun. Hasilnya sebuah dokumentasi penting tentang bagaimana penduduk di lima tempat itu punya usia harapan hidup lebih panjang dibanding rata-rata penduduk dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari tiap-tiap komunitas itu, Buettner menyimpulkan benang merah manusia berusia lebih dari 100 tahun adalah diet nabati, gerak intensitas rendah, komunitas yang saling mendukung, dan teknologi madya. Di Okinawa, Jepang, penduduk berusia hampir seabad masih melakukan seni kriya, yoga, bahkan menjahit dan menyulam. Buettner menemukan bahwa rahasia umur panjang orang Okinawa adalah makanan ubi merah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sewaktu saya mengunjungi Ishigaki dan Okinawa pada 2017, penganan beni imo itu ada di hampir semua toko. Dikemas dengan cantik, kue-kue berbahan ubi merah diolah menjadi pelbagai jenis makanan. Penjaga toko di bandar udara atau toko-toko di pusat kota serempak mengatakan bahwa beni imo adalah makanan khas dan oleh-oleh Jepang selatan itu.
Adegan Live to 100: Secrets of the Blue Zones/Netflix
Juga tahu campur atau tofu chanpuru. Di kafe kecil atau besar, juga di restoran tradisional atau modern, tahu campur selalu ada dalam daftar menu. Tapi jangan bayangkan tahu campur itu sama seperti masakan tahu di Indonesia yang dicampur dengan daging. Tahu campur Okinawa hanya tahu sutra yang disiram dengan kuah sayuran segar. Tak ada bahan kimia, tak ada minyak. Menurut seorang penjaga kafe di Ishigaki, tak ada orang yang tak bisa membuat tahu campur karena mudah dan praktis.
Yang mengejutkan dan luput dari dokumentasi Dan Buettner adalah ubi merah yang menjadi bahan makanan pokok dan oleh-oleh khas Okinawa itu diekspor dari Kuningan, Jawa Barat. “Di Okinawa tak ada ubi merah,” kata Budi Firmansyah, orang Kuningan yang bekerja dan beristri orang Okinawa. Ia bekerja sama dengan pengusaha Jepang mengekspor ubi dari kampung kelahirannya.
Ubi merah Kuningan pas sebagai penganan beni imo, karena kadar kemanisannya 20-24 persen. Ubi Cilembu, meski terkenal, kurang manis sehingga tak cocok sebagai bahan baku penganan yang tak memakai bahan pemanis. Rupanya, ubi merah itu, menurut temuan Buettner, menjadi rahasia panjang umur orang Okinawa. Di empat komunitas lain, penduduk yang berusia panjang juga memakan ubi sebagai sumber karbohidrat mereka.
Juga polanya. Orang Okinawa yang diwawancarai Buettner mempraktikkan pola makan “hara hachi bu”. Artinya, berhenti makan ketika perut terisi 80 persen. Orang Okinawa yang panjang umur tak makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang. Dengan pola itu, penduduk Okinawa menjadi bijak dalam memperlakukan makanan.
Adegan Live to 100: Secrets of the Blue Zones/Netflix
Kebijakan pola makan orang Okinawa ditopang oleh gerakan alami. Rumah orang Okinawa umumnya tak punya kursi. Mereka duduk lesehan sehingga dalam sehari, Buettner menghitung, orang Okinawa seperti melakukan squat 20-30 kali. Gerak intensitas rendah ini pula yang membuat orang Okinawa bugar.
Buettner menemukan orang-orang panjang umur di empat komunitas lain juga suka berjalan kaki seperti di Okinawa. Meski semua penduduk di komunitas-komunitas itu tak berolahraga ke gym secara rutin, tubuh mereka jauh lebih sehat dibanding mereka yang berolahraga dengan sengaja.
Bahkan Dan Buettner menyimpulkan bahwa olahraga di gym dan suplemen kesehatan adalah penyebab usia harapan hidup menurun. Di Amerika Serikat, negeri asal Buettner, usia penduduknya makin pendek akibat penyakit mematikan, seperti obesitas dan gangguan jantung, seiring dengan naiknya tren industri makanan sehat dan suplemen serta pusat-pusat olahraga. Di zona biru, sebutan untuk tempat-tempat dengan manusia berusia panjang dan sehat, kebugaran terjadi secara alamiah.
Temuan selama 20 tahun itu mendorong Buettner berusaha menciptakannya di Amerika. Buettner bekerja sama dengan pemerintah daerah Albert Lea, kota berpenduduk 18 ribu jiwa di Minnesota, menciptakan suasana dan kebiasaan hidup penduduk zona biru: makan dengan bijak, bergerak secara alami, punya pandangan hidup yang benar, dan menciptakan hubungan sosial.
Adegan Live to 100: Secrets of the Blue Zones/Netflix
Pemerintah daerah membangun trotoar di tepi danau, melebarkan jalur pedestrian, dan membuat gerak jalan bersama agar setiap orang terkoneksi. Setelah setahun, jalan-jalan utama sepi karena semua orang bersepeda dan berjalan kaki. Pertemanan penduduk dalam acara gerak jalan bertahan di luar acara resmi dan meluas dengan acara-acara penduduk secara mandiri. Setahun setelah tes awal kesehatan proyek zona biru Buettner tersebut, harapan hidup orang Albert Lea meningkat dua tahun.
Karena itu, dalam serial Netflix ini, Buettner menambahkan Singapura dalam komunitas panjang umur sebagai contoh rekayasa panjang usia. Pemerintah Singapura punya kebijakan melalui peraturan dan undang-undang meningkatkan usia harapan hidup. Pemerintah membuat aturan kandungan gula dalam makanan maksimal 12 persen, mematok pajak mobil tinggi, membangun perkampungan orang tua secara khusus, dan menyediakan insentif bagi anak muda yang mau tinggal dekat dengan ayah-ibu mereka.
Dengan “rekayasa” kebijakan itu, usia harapan hidup orang Singapura bertambah 25 tahun. Di Singapura, taman-taman dengan pelbagai fasilitas gerak badan dibuat dekat dengan permukiman berupa apartemen yang terkoneksi dengan semua layanan dan transportasi publik. Taman-taman publik pun dipenuhi orang tua. Mereka juga tak kesepian karena ada cucu dan anak-anak yang hidup tak jauh dari tempat tinggal mereka.
Live to 100: Secrets of the Blue Zones/Netflix
Hidup harmonis, menerapkan diet nabati, banyak bergerak, dan menjaga relasi sosial adalah cara-cara alami yang membuat manusia berbahagia. Temuan panjang umur Dan Buettner memang terkesan berlawanan dengan modernisme, kemapanan, dan teknologi tinggi. Namun semua itu memang membuat hidup manusia tergesa-gesa. Akibatnya adalah stres dan manusia seperti asing dalam keramaian.
Kota-kota yang menciptakan persaingan melahirkan hidup penuh persaingan. Akibatnya, udara kotor, lingkungan rusak, hidup tergesa-gesa, makanan tak sehat, dan penduduknya berpenyakitan. Angka kejahatan pun meningkat. Hidup menjadi tak aman dan tenang.
Hidup aman dan tenang adalah kunci hidup yang harmonis di semua zona biru. Dari Sardinia, Italia; Okinawa; Nicoya, Kosta Rika; Ikaria, Yunani; hingga Loma Linda, Amerika Serikat, penduduk yang berusia panjang menjalani hidup secara sederhana dengan tetap bergembira.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Rekayasa Panjang Usia"