Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Uang sebesar Rp 17 juta terbilang besar buat Dulloh, seorang peternak ayam di Desa Cipedang, Kabupaten Indramayu. Duit itu diperolehnya se-bagai kompensasi pemusnahan 1.700 ekor ayam negeri peliharaannya. Pada-hal, ganti rugi itu masih di bawah harga pasar.
Tak ada yang bisa dilakukan Dulloh kecuali merelakan unggasnya dimusnahkan. Ia mengaku khawatir virus flu burung akan merenggut korban berikutnya. Sebelumnya, dua anak tetangga mereka dinyatakan meninggal akibat flu burung.
”Saya rela memusnahkan unggas, meski semua unggas saya tidak terlihat sakit,” katanya. Bukan hanya ayam yang dilibas. Kandang dan peralatan ternak lainnya yang berada di halaman rumahnya juga ikut dimusnahkan.
Pilihan serupa dilakukan Kodir, tetangga Dulloh yang bersebelahan rumah de-ngan dua korban flu burung itu. Kodir merelakan 15 ayam bangkok kesayang-annya dimusnahkan. Uang kompensasi total Rp 150 ribu yang diterima Kodir tak sebanding dengan harga ayamnya, yang bisa mencapai Rp 2 juta per ekor.
”Mau bilang apa? Ini perintah. Saya juga takut tertular virus,” kata lelaki 42 tahun itu. Untuk sementara waktu, Kodir mengaku tak akan memelihara ayam, yang sudah menjadi hobinya sejak remaja.
Kepala Subdinas Peternakan Kabupaten Indramayu, Nandang Hidayat, me-ngatakan, hampir 9.000 unggas milik 497 keluarga di Desa Cipedang sudah dimusnahkan. Tewasnya dua warga mereka akibat penyakit flu burung masih menjadi trauma bersama.
Ivansyah (Indramayu)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo