Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tips Kesehatan

6 Maret 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jantung Sehat Berkat Cokelat

Sejak abad ke-18, co-ke-lat diyakini berpengaruh ba-ik bagi kesehatan- jantung. Namun baru be-lakangan para peneliti- menyelidiki- pengaruh ter-se-but. Pekan lalu, sekelom-pok peneliti di Belanda me-nemukan bahwa cokelat me-ngandung zat yang dapat menjaga sirkulasi darah ber-jalan lancar, sehingga me-ngurangi risiko gangguan jantung dan koroner.

Zat itu disebut minyak flavan-3. Zat kimia inilah yang diyakini mempengaruhi tekanan darah dan mening-katkan fungsi sel-sel pada sa-luran darah. Selain itu, pa-ra peneliti menemukan cokelat kaya akan antioksidan, zat yang mengurangi efek radikal bebas akibat reak-si kimia pada tubuh.

Tim peneliti dari Natio-nal Institute for Public Health and the Environment,- Bil-tho-ven, meneliti para manula secara berkala sejak 1985, 1990, dan 1995. Responden terdiri atas 470 lelaki ber-usia 65-84 tahun. Hasilnya,- setelah le-bih 15 tahun kemu-dian, para manula yang meng-konsumsi cokelat secara teratur memiliki tekanan darah le-bih normal.

Se-panjang penelitian, sebanyak 314 ma-nu-la me-ninggal dunia,- 152 di anta-ra-nya ka-rena gang-guan jan-tung.- Adapun para pemakan cokelat tidak ter-masuk da-lam 152 orang itu. Mereka meninggal dunia karena usia yang telah lanjut atau akibat serang-an pe-nyakit lainnya. Pa-ra pemakan cokelat aman dari risiko gangguan jantung, meski mereka jarang ber-olahraga, su-ka me-nenggak- minuman keras, dan merokok.

Stres Mengganjal Pembekuan Darah

Stres diketahui bisa me-micu sakit jantung. Tapi, se-belum ini, bagaimana rantai- proses dari stres menjadi sa-kit jantung, masih menjadi mis-teri bagi para ahli. Bulan lalu peneliti dari University College London (UCL) me-nguak misteri itu.

Lewat penelitian yang di-ter-bitkan Proceedings of the National Academy of Scien-ces,- Februari 2006, mereka- menjelaskan stres bisa me-na-ikkan tekanan darah da-lam jangka panjang. Naik-nya tekanan darah memicu pelepasan platelet atau sel da-rah yang berfungsi sebagai pembeku dalam jumlah yang banyak.

Platelet berkumpul dan ber-tugas menghentikan per-da-rah-an di pembuluh akibat- derasnya tekanan darah. Ta-pi platelet juga yang memblo-kir pembuluh darah dan menghalangi aliran darah menuju jantung.

Tim UCL meneliti 34 orang yang mengidap sakit jantung- dan sakit dada selama 15 bulan sebelumnya. Dari jumlah- itu diidentifikasi ada 14 orang- yang mengalami ge-ja-la stres, ditandai dengan stres akut, kemarahan, dan depresi. Semua pasien diberi tes berseri, termasuk membayangkan situasi yang memicu stres dan berpidato. Penilaian kemudian dilakukan dengan memeriksa tekanan darah dan tes laboratorium.

Pada kelompok yang punya risiko besar mengalami stres tinggi, tekanan darah yang naik itu butuh waktu lebih lama untuk kembali ke level normal. ”Stres emosional ter-bukti bisa memicu serangan jantung hanya pada mere-ka- yang memang berisiko ting-gi,” kata Andrew Steptoe, peneliti utama dan profesor di bidang psikologi di UCL.

Menekan Hepatitis C

Dibanding hepatitis A dan B, jumlah pengidap hepa-titis C memang lebih rendah. Namun jangan anggap enteng- hepatitis C, karena virusnya sangat mudah bermutasi. Vaksin-nya pun hingga kini belum ditemukan.

Tak mengherankan bila he-patitis C—biasa disebut HVC—cenderung lebih sulit di-obati. Di Indonesia hingga kini diperkirakan ada 6,6 ju-ta orang terjangkit HVC dan 90 persen dari mereka tak menyadarinya.

Penyebaran HVC sedikit ba-nyak mirip dengan penularan HIV/AIDS, yaitu 85 persen lantaran penggunaan jarum suntik secara bergantian. Bisa pula melalui penggunaan alat medis yang bukan sekali pakai atau kurang ste-ril, termasuk untuk sun-tikan, kedokteran gigi, dan khitan. Juga donor darah yang belum ditapiskan.

Penampakan HVC dalam tu-buh baru akan terlihat mi-nimal tiga bulan setelah infeksi. Dalam jangka wak-tu ter-tentu, tanpa pengobat-an, hepatitis C akan berkembang- menjadi sirosis atau penge-rasan hati, yang berujung pada kanker hati.

Hingga kini tes darah di-akui satu-satunya cara untuk mengenali apakah seseorang mengidap hepatitis C karena gejalanya sangat tidak khas. ”Hanya 10 persen yang tampak gejala-nya, dan biasanya juga ketahuan SGPT jauh di atas normal dan me-ngandung HVC sa-at pe-meriksaan kesehatan yang men-cakup tes darah,” kata Unggul Budhisantoso, ahli pe-nyakit dalam dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Untuk menekan angka pen-derita HVC, Perkumpul-an Peneliti Hati Indonesia (PPHI) bebe-rapa waktu lalu mengadakan pelatihan bagi te-naga medis- tentang cara menangani pasien HVC. Peng-obatan bia-sanya dilakukan de-ngan kom-binasi suntikan peg-In-terferon alfa-2a dan meminum Ribavirin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus