Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis jantung dan pembuluh darah Detrianae menganjurkan pelari untuk melakukan tes kesehatan khusus setidaknya dua bulan sebelum mengikuti lomba maraton untuk mencegah risiko, termasuk henti jantung mendadak. Ia mengingatkan pelari mungkin saja tidak mengetahui memiliki faktor risiko tertentu atau merasakan gejala tertentu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karena itu, cek kesehatan atau MCU tidak boleh dilewatkan para pelari, khususnya pelari rekreasional dengan intensitas latihan kurang dari empat jam per minggu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Jangan langsung minggu depan mau olahraga, MCU dulu, tidak begitu. Takutnya nanti ada hal-hal yang kita dapatkan, butuh waktu untuk ada pemeriksaan tambahan yang tidak hanya standar. Sebulan atau dua bulan sebelumnya itu lebih baik,” kata Detrianae dalam siaran sehat Kemenkes, Senin, 4 November 2024.
Berbeda dengan MCU biasa, ia menjelaskan pemeriksaan kesehatan untuk pelari maraton tidak hanya sebatas pemeriksaan dasar seperti anamnesis, pemeriksaan fisik, dan tes darah tapi juga mencakup pemeriksaan penunjang seperti tes elektrokardiogram (EKG) dan cardiopulmonary exercise testing (CPET).
“CPET itu lebih advanced dibanding treadmill biasa karena kalau treadmill biasa para atlet maraton sudah jago. Dia sudah biasa dengan kecepatan dan protokol itu. Ini kita menggunakan yang lebih advanced lagi, yang lebih golden standard,” kata dokter di RS Fatmawati Jakarta itu.
Ia mengatakan MCU khusus pelari maraton dapat dilakukan di RS Fatmawati dengan melibatkan beberapa dokter spesialis konsultan, seperti spesialis jantung dan ortopedi yang saling bekerja sama untuk memeriksa pulsasi kaki, kekuatan otot, dan seterusnya. Pada aspek pemeriksaan dasar, dokter akan memastikan apakah denyut nadi atau denyut jantung pelari termasuk teratur atau tidak.
Menurutnya, denyut nadi atlet rata-rata kurang dari 60 per menit dan bukan merupakan kelainan. Pemeriksaan ini dilakukan dalam kondisi relaks atau istirahat. Detrianae mengingatkan tekanan darah yang ideal untuk pelari maraton tidak boleh lebih dari 140/90 mmHg. Kadar gula darah juga harus dipastikan dalam kondisi normal dengan indikator HbA1c di bawah 5,7 persen atau kadar gula darah puasa kurang dari 126 mg/dL dan kadar gula darah setelah makan kurang dari 140 mg/dL.
Lakukan tes tambahan
Apabila ditemukan tekanan darah tinggi ataupun gula darah tinggi, ia meminta pasien untuk melakukan konsultasi lebih lanjut. Selama tekanan darah tinggi atau gula darah tinggi tetap terkontrol, pasien masih diperbolehkan berolahraga sesuai rekomendasi dokter.
Tes darah juga mencakup pemeriksaan kadar vitamin D untuk memastikan kekuatan tulang dan lainnya serta kadar kalsium untuk mendeteksi risiko gangguan irama jantung. Tes tambahan seperti pemeriksaan tiroid mungkin diperlukan jika dokter mencurigai adanya indikasi gangguan irama jantung yang disebabkan hipertiroid atau hipotiroid.
Detrianae mengatakan MCU memang tidak sepenuhnya menjamin 100 persen mencegah risiko saat pelari mengikuti lomba maraton. Namun dengan MCU, pelari dapat mengetahui kondisi fisik sehingga dapat mengatur dan menyesuaikan latihan sebelum berpartisipasi.
“Saya rasa aman (MCU dua bulan sebelum maraton). Tidak ada rekomendasi di dalam guideline kami bahwa setelah MCU kemudian dia harus medical check up lagi dalam jarak dekat. Biasanya enam bulan sampai 1 tahun untuk jarak pengulangan medical check up, rekomendasinya demikian,” paparnya.
Pilihan Editor: Ragam Hal yang Perlu Disiapkan untuk Ikut Lomba Lari Maraton