Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEJAK 2014, Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) menggelar program penerjemahan dan penerbitan buku Seri Sastra Abad Ke-20. Tujuannya adalah memperkenalkan karya sastra modern Korea kepada masyarakat Indonesia sekaligus merespons gelombang sastra Korea yang makin menyebar dari hari ke hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Program itu juga merespons masifnya penerbitan buku sastra Korea—baik populer maupun klasik—yang diterjemahkan oleh beberapa penerbit di Indonesia, seperti Gramedia, Haru, dan Baca. “Seri Sastra Korea Abad Ke-20 juga merupakan karya untuk menginformasikan sejarah dan akar Hallyu—gelombang Korea—di bidang sastra kepada masyarakat Indonesia,” kata Direktur KCCI Kim Yong-woon kepada wartawan Tempo, Yosea Arga Pramudita, di kantornya di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 20 Desember 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagaimana awal program penerjemahan dan penerbitan Seri Sastra Korea Abad Ke-20 dan apa tujuannya?
Kami mempunyai beberapa ambisi. Salah satunya mempromosikan bahasa Korea di Indonesia. Usahanya dengan menerjemahkan karya sastra Korea ke bahasa Indonesia. Universitas Indonesia pada 2006 dan Universitas Gadjah Mada pada sekitar 2007 membuka program studi bahasa dan budaya Korea. Saat itu materi pengajaran di program studi Korea di kedua universitas tersebut masih sedikit. Makanya kami berusaha mempersiapkan materi yang lebih, di antaranya melalui program penerjemahan dan penerbitan ini.
Hasil program penerjemahan dan penerbitan ini tidak dijual kepada umum. Apakah banyak mahasiswa atau warga yang berkunjung untuk membaca karya-karya ini?
āØ
Banyak, sih. Mereka yang datang untuk membaca adalah yang sedang menempuh studi bahasa Korea, karena hal itu mungkin sulit untuk mahasiswa program studi Korea di UGM dan UI. Ada juga dosen dari Korea, mereka yang mengajar sastra Korea sebagai materi dan rujukan.
Apa strategi KCCI dalam memperkenalkan karya-karya sastra Korea tersebut?
āØ
Kalau bisa kami membawa dan mencari penulis baru. Kami mendukung mereka untuk penerbitan di sini, atau penulis kecil dan menengah di Korea. Itu yang kami cari. Di Indonesia, mereka yang kemampuannya masih terbatas juga akan kami dukung. Termasuk beberapa penerbit Korea yang bekerja sama dengan penerbit di Indonesia.
Yang paling penting kan sumber daya manusianya, yaitu penerjemahnya. Sebab, penerjemahan sastra bukan hanya menerjemahkan, tapi harus menjelaskan perasaan atau muatan dalam naskahnya. Penerjemah di Indonesia masih minim, peningkatan sumber daya manusianya sangat lambat karena program studi Korea di Indonesia hanya sedikit. Percepatan pengajaran bahasa Korea di Indonesia masih terlalu lambat.
Bagaimana langkah penyebaran sastra Korea yang ditempuh KCCI di Indonesia?
āØ
Tahun ini, kami mengadakan beberapa kegiatan yang berhubungan dengan sastra Korea di Indonesia. Jadi kami sudah mengadakan dua acara besar tentang sastra Korea. Kami mengundang salah satu penulis dan penerjemahnya langsung. Lalu ada Indonesian International Book Fair 2023, Korea menjadi guest of under-nya. Jadi kami undang beberapa penulis dan desainernya, penulis webtoon dan buku. Kami memberikan kesempatan kepada penggemar agar bisa bertemu dengan penulis. Tahun depan, kami berencana mengundang penulis Korea ke Indonesia. Selain itu, kami sudah mengadakan acara untuk menumbuhkan jumlah penerjemah, semacam semiopen call.
Pada tahun ini kami juga menggelar kelas penerjemahan, pengampunya penerjemah di Kedutaan Besar Republik Korea untuk Indonesia. Tujuannya adalah membina bahasa Korea. Pemerintah Korea juga mengadakan program itu bukan hanya untuk penerbit, tapi juga buat masyarakat umum yang berminat. Di Indonesia pun sudah ada empat universitas dengan program studi Korea. Diharapkan lebih banyak lulusan program studi Korea yang akan menjadi penerjemah serta jembatan antara Korea dan Indonesia.
āØ
Bagaimana bentuk dukungan terhadap penerbit yang turut menyebarkan karya literasi Korea?
Pertama, sistem dukungan penerjemah yang diselenggarakan oleh Literature Translation Institute of Korea. Itu sistemnya terbuka. Semua pengumuman tentang proyek penerjemahan sastra Korea ke bahasa asing bisa diakses melalui situs resminya. Tapi, karena dana bantuan terbatas untuk setiap penerbit, sekitar US$ 40 ribu, ada juri yang menyeleksi.
Kedua, di bidang swasta. Saya masih kurang tahu bagaimana penerbit Korea mau masuk ke pasar Indonesia. Kalau ada kesempatan, kami mau merangkul pihak swasta. Kalau mereka mau mencari agensi di Indonesia, bisa kami bantu, juga marketing untuk yang luar negeri.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Awalnya Ingin Mempromosikan Bahasa Korea"