Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LEWAT novel berjudul Vegetarian, penulis berkebangsaan Korea, Han Kang, menyabet Man Booker International Prize pada 2016. Novel yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Deborah Smith itu mengalahkan lima finalis lain, yakni Elena Ferrante dari Italia, Orhan Pamuk (Turki), José Eduardo Agualusa (Angola), Yan Lianke (Cina), dan Robert Seethaler (Austria).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mendengar kabar kemenangan Han Kang itu, penerbit Baca di Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten, memutuskan menerjemahkan dan menerbitkan novel Vegetarian dalam bahasa Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Awalnya Anton Kurnia, salah satu co-founder Baca, bertemu dengan agen literasi yang menangani karya Han Kang. Dalam pertemuan itu, Baca mendapat tawaran menerbitkan naskah tersebut.
"Vegetarian juga yang membuat nama Baca makin dikenal di benak pembaca Indonesia," kata Aniesah Hasan Syihab, yang juga pendiri penerbit Baca, kepada Tempo, 22 Desember 2023.
Aniesah menuturkan, novel Vegetarian menjadi pintu gerbang maraknya karya sastra Korea yang masuk ke Indonesia. Buku ini menceritakan seorang perempuan yang ingin menolak kekerasan dan memutuskan berhenti makan daging.
Sampul buku "Dallergut: Toko Penjual Mimpi" karya Lee Miye.
Kim Yeong Hye, tokoh utama dalam novel itu, mengalami perubahan perilaku setelah menjadi vegetarian lantaran diganggu mimpi buruk berkepanjangan. Potongan-potongan mimpi menyeramkan yang menyelinap dalam tidurnya membuat dia memutuskan menjadi vegetarian.
Bahkan dia membuang semua makanan berbahan daging dan telur dari dalam kulkas. Hubungan Kim dengan suaminya menjadi bermasalah lantaran obsesinya menjadi vegetarian.
Selain Vegetarian, novel berjudul Dallergut: Toko Penjual Mimpi karya Lee Miye menjadi buku Korea terjemahan yang terbitan Baca yang laris di pasar. Sejak pertama kali diterbitkan Baca pada 2021, novel ini sudah dicetak ulang hingga tujuh kali.
Di tengah kesulitan masa pandemi Covid-19, Baca mencoba menghadirkan novel ringan yang diharapkan mampu menghibur dan menghangatkan pembaca—bukan buku-buku sastra yang berat. "Dallergut: Toko Penjual Mimpi menjawab itu,” ujar Aniesah. “Novel ini juga dinobatkan sebagai the best healing fantasy di Korea.”
Dallergut bercerita mengenai tokoh bernama Penny yang akhirnya mendapatkan pekerjaan yang diinginkan: karyawan di toko bernama Dallergut. Toko ini berada di sebuah desa yang hanya bisa dikunjungi dalam tidur.
Bukan sembarang toko, Dallergut khusus menjual mimpi. Di setiap lantai toko itu tersedia berbagai mimpi dengan tema berbeda. Toko itu juga selalu ramai oleh pengunjung, dari manusia hingga binatang.
Ada beberapa tema di toko yang menjual mimpi itu. Di lantai 1, Dallergut menjual mimpi khusus yang harganya sangat tinggi. Contohnya mimpi dengan pesan atau pertanda khusus. Di lantai 2, tersaji mimpi-mimpi yang sangat umum, seperti kenangan masa kecil dan liburan.
Sampul buku I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki karya Baek Se-hee.
Adapun lantai 3 berisi mimpi yang atraktif, inovatif, dan imajinatif—serta cenderung tidak masuk akal. Misalnya mimpi menjadi pahlawan super. Kemudian lantai 4 berisi mimpi untuk anak kecil dan hewan, seperti mimpi tidur siang. Terakhir, lantai 5 berisi mimpi-mimpi sisa dan kedaluwarsa, yang samar-samar. Mimpi di lantai 5 itu diobral.
Selain bergenre sastra, buku Korea yang laris di pasar Indonesia adalah buku nonfiksi berjudul I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki karya Baek Se-hee. Buku terbitan penerbit Haru dari Ponorogo, Jawa Timur, yang diterjemahkan Hyacinta Louisa pada 2019 itu telah dicetak ulang lebih dari 20 kali.
Buku itu bercerita mengenai pengalaman sang penulis bercakap-cakap dengan psikiaternya. Baek mengalami depresi berkepanjangan. Dia telah mengunjungi sejumlah psikolog dan psikiater. Namun upaya itu tidak membuahkan hasil. Pada 2017, dia menemukan rumah sakit yang cocok untuk menjalani pengobatan.
Judul buku itu diambil dari apa yang ia rasakan. Saat merasa sedih dan ingin menangis, Baek merasakan suatu kekosongan dalam hatinya. Meski demikian, dia tetap pergi untuk makan tteokpokki, makanan khas Korea berupa kue beras yang dimasak dalam bumbu pasta cabai.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Yang Laris dan Dicetak Berulang Kali"