DUA tahun yang lalu general check-up hampir-hampir jadi mode.
Pejabat eselon I pemerintah dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan lengkap tersebut. Orang-orang swasta berduit tak,
mau ketingalan. Arus permintaan untuk pemeriksaan kesehatan itu
kemudian mengundang para dokter untuk mendirikan klinik- klinik
spesialis di berbagai tempat di Jakarta. Mereka yang kurang
percaya terhadap Pelayanan dokter di sini, banyak pula yang
terbang ke Singapura dan Taiwan. Beberapa biro perjalanan panen
hasil pula dari keinginan ini, dengan menempelkan general
medical check-up pada penerbangan rombongan yang mereka
selenggarakan.
Tetapi sekarang minat untuk pemeriksaan kesehatan tersebut
nampak menurun. Di Klinik Spesialis Ciliman yang terletak di
Jalan Ciliman 3, Jakarta, angka pasien untuk general chek-up ini
turun tajam dari 134 orang pada bulan Oktober '77 jadi hanya
tinggal 59 orang pada akhir Maret '7. Angka di Metropolitan
Medical Centre yang mengambil tempat di lantai I Hotel Wisata
International juga menunjukkan penurunan yang sama, dengan
kekecualian bulan Maret ini angkanya tiba-tiba naik jadi 55
orang dibandingkan dengan hanya 27 orang bulan Pebruari dan 35
bulan Januari.
Ikut-ikutan?
"Angka pengunjung untuk general check-up menurun mungkin karena
banyaknya pengeluaran uang yang dilakukan orang untuk tiap awal
tahun, hingga pemeriksaan kesehatan bisa ditunda. Tapi mungkin
juga karena sikap orang kita yang suka ikut-ikutan saja.
Mula-mula ramai kemudian sepi," kata dr Ny Lies Hoedijono dari
Klinik Ciliman.
Biro perjalanan yang juga menampung pelancong yang mau
memeriksakan kesehatannya di luar negeri juga mengeluh. Meskipun
jumlah langganan mereka tidak menurun, tapi turunnya angka
peserta medical check-up cukup membuat si pengusaha jadi
bertanya-tanya. "Pertengahan tahun "77 ketika general check-up
tour kita buka, di antara rombongan yang berangkat ke Taiwan
paling tidak ada 5 orang yang tercatat sebagai peserta general
check-up. Tapi sejak Januari '78 tak seorang pun yang ikut,"
kata Hadi Susanto dari Vaya Tour.
Paket perjalanan dengan general check-up tersebut menurut
beberapa biro perjalanan merupakan permintaan langganan. "Waktu
itu banyak yang minta. Kalau tak dilayani nanti dikira kami
kurang hebat," jawab Eddy Djaja dari Musi Holiday Travel
Service. Paket perjalanan itu harganya Rp 325.000. Biaya ini
sudah termasuk karcis pesawat terbang, biaya pemeriksaan
kesehatan selama 3 hari di sebuah rumah sakit di Taiwan dan
beberapa hari ikut dalam perjalanan wisata. Hasil pemeriksaan
kesehatan tersebut akan dikirimkan dari Taiwan ke alamat si
pasien di Indonesia dua minggu kemudian. Di Jakarta pemeriksaan
kesehatan lengkap sekitar Rp 50.000 sedangkan hasilnya bisa
diterima segera setelah pemeriksaan.
Penjualan Berlebihan
Mengenai perlu tidaknya general check-up yang meliputi
pemeriksaan penyakit dalam, jantung, mata, telinga,
hidung-tenggorokan, kandungan, gigi dan lain-lain, para
ahli nampaknya tidaklah menyuarakan suara senada.
Pada pertengahan tahun 1976 majalah Annals of Internal Medicine
yang di asuh oleh para dokter ahli penyakit dalam Amerika
Serikat, mengecam general check-up dengan menyebutkannya sebagai
"satu kecenderungan penjualan yang berlebihan dari profesi
kedokteran dan penghargaan yang berlebihan atas rawatan dokter."
Tetapi dokter spesialis yang berkerumun dalam perhimpunan ahli
penyakit dalam Amerika Serikat tidaklah mengesampingkan perlunya
pemeriksaan rutin.Mereka malahan menganggap amat perlu untuk
melakukan pemeriksaan rutin terhadap penyakit tertentu. Misalnya
tekanan darah untuk menghindari hipertensi yang jadi salahsatu
sebab serangan jantung. Begitu pula suntik percobaan untuk
mengetahui kena TBC atau tidaknya seseorang. Percobaan Papsmear
untuk mengetahui kanker rahim sedini mungkin, bagi wanita di
atas 25 tahun. Pemeriksaan glaucoma untuk mereka yang berumur
lebih 40. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut penting terutama buat
mereka yang dalam garis keturunannya memang ada yang menderita.
Mereka tidak menganjurkan diadakannya penyinaran sinar X,
electrocardigram dan telaah darah secara rutin, kecuali dengan
alasan yang benar-benar memaksa, misalnya suara serak dan sakit
dada yang berkepanjangan bagi mereka yang suka merokok.
Dokter ahli penyakit dalam melalui Annals of Internal Medicine
tersebut menyarankan agar orang jangan membuang-buang uang untuk
pemeriksaan lengkap dan berkala, tapi kalau toh mau
memeriksakan, pergunakanlah pemeriksaan yang murah yang dapat
dilakukan oleh seorang bidan atau para medis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini