Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Selain Menteri Agama, Pembawa Acara Steve Irwin Korban Ikan Pari

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin terkena sengatan ikan pari. Selain Lukman, pembawa acara Steve Irwin juga korban sengatan ikan pari.

5 Februari 2018 | 13.05 WIB

Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin saat memimpin sidang isbat penentuan awal Ramadhan 2017 di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, 16 Mei 2017. Pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan awal Ramadan 1438 Hijriah pada Sabtu 27 Mei 2017. TEMPO/Subekti.
Perbesar
Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin saat memimpin sidang isbat penentuan awal Ramadhan 2017 di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, 16 Mei 2017. Pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan awal Ramadan 1438 Hijriah pada Sabtu 27 Mei 2017. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin membaik setelah disengat ekor ikan pari saat akan menaiki perahu di Pulau Derawan, Berau, Kalimantan Timur, Sabtu, 3 Februari 2018. Lukman bukan satu-satunya tokoh yang pernah tertusuk ikan pari.

Masih ingat dengan petualang dan pecinta binatang Steve Irwin? Dia merupakan pembawa acara program TV Australia Crocodile Hunter yang tewas saat sedang syuting program tersebut. Steve juga termasuk orang yang menjadi korban tertusuk ikan pari. Baca: Hari Kanker Sedunia: Simak Perjuangan Penyintas dengan 2 Kanker

Kameramen Justin Lyons tak bisa berbuat apa-apa ketika seekor ikan pari besar menyerang Steve Irwin. Kejadian delapan tahun lalu itu masih membekas dalam benak juru kamera itu. Lyons, yang tengah merekam, melihat Irwin, petualang dan pembawa acara televisi asal Australia yang dikenal sebagai "pemburu buaya", sekarat di air. Berniat membuat film dokumentasi di area Great Barrier Reef, sebelah utara Queensland, Australia, Irwin, yang saat itu berusia 44 tahun, akhirnya meninggal ketika melakukan aktivitas yang dicintainya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kameraku sudah menyala, kupikir saat itu bakal jadi rekaman yang luar biasa. Lalu tiba-tiba ikan itu muncul dari depan dan mulai menusuknya dengan liar, ratusan kali dalam waktu beberapa detik," kata Lyons yang akhirnya membuka tabir tragedi itu, 10 Maret 2014. Baca: Sate Kambing, Rahasia Chef Agar Daging Empuk dan Tak Bau Prengus

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kendati beracun, ikan pari sebenarnya bukan hewan agresif. Spesies hewan bertulang lunak kerabat hiu dan chimaera itu banyak menghabiskan waktu dengan mengubur diri di dalam pasir di dasar perairan guna menunggu mangsanya.

Pari memiliki tulang tajam bergerigi yang mencuat pada bagian ekornya yang mirip cemeti. Tulang itulah yang diselubungi cairan racun yang bisa mematikan jika korban terlambat ditangani. Racun pari mengandung enzim protease dan urea yang bisa merusak protein dan bagian tubuh korbannya. Baca: Baru Dua Bulan Main Instagram, Hotman Paris Terinspirasi Syahrini

Tipe racun pari sebenarnya tidak membunuh, namun kalau terlambat ditangani dan racunnya beredar hingga ke jantung, dapat berbahaya. "Para nelayan dalam kondisi darurat biasanya memakai air seni untuk mengurangi racun, setelah itu baru mencari pertolongan medis," kata Irma Shita Arlyza, peneliti dari Pusat Penelitian Oceanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Steve Irwin, yang dijuluki Crocodile Hunter, berpose dekat seekor buaya di Kebun Binatang Australia di Beerwah, Australia, 16 September 2006. Irwin tewas akibat terkena ekor Ikan Pari, pada 4 September 2006. Australia Zoo via Getty Images

Saat ini, ada sekitar 500 spesies ikan pari yang tersebar di perairan dangkal dan hangat di seluruh dunia. Uniknya, separuh dari jumlah total spesies ikan pari itu diperkirakan berada di perairan Indonesia. Wilayah persebarannya dimulai dari Selat Sunda hingga area Coral Triangle yang terentang sampai ke Kepulauan Solomon di bagian timur Pulau Papua. Baca: Murid Bunuh Guru: Anak Brutal Kurang Kasih Sayang? Cek 5 Hal Ini

Sebagian besar perairan timur Indonesia termasuk area taman laut internasional Coral Triangle yang menjadi habitat ikan pari. Irma mengatakan wilayah itu kaya akan keanekaragaman hayati dan banyak spesies yang belum terekam. Ada spesies ikan pari yang mungkin belum dikenali di sana. Dalam pemaparan temuan spesies baru pari tutul kecil, 3 April 2014, Irma mengatakan pari tutul kecil bisa terdesak oleh eksploitasi. Saat ini baru spesies ikan pari manta yang masuk daftar hewan dilindungi.

Meski beracun, ikan pari masih bisa dimanfaatkan dengan pengawasan ketat. "Seluruh bagian ikan pari itu bisa dimanfaatkan, tak ada yang terbuang," kata dia. "Ekornya itu bisa jadi pecut seperti yang dipakai di Lombok," kata Irma.

KORAN TEMPO

Gabriel Wahyu Titiyoga

Alumni Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta ini bergabung dengan Tempo sejak 2007. Menyelesaikan program magister di Universitas Federal Ural, Rusia, pada 2013. Penerima Anugerah Jurnalistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2014. Mengikuti Moscow Young Leaders' Forum 2015 dan DAAD Germany: Sea and Ocean Press Tour Program 2017.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus