Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Satu jenis ikan yang hidup di dasar Samudera Atlantik telah berevolusi menumbuhkan bagian tubuh mirip kaki namun fungsinya tidak untuk berjalan. Apendiks itu sejatinya adalah organ perasa seperti halnya lidah, yang mereka gunakan untuk menemukan mangsa yang bersembunyi atau terkubur di balik lantai laut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jenis ikan ini dikenal memiliki sayap seperti burung dan kaki-kaki seperti kepiting. Itu sebabnya dia disebut burung berkicau di laut utara atau northern sea robins (Prionotus carolinus). Jumlah kakinya ada tiga di setiap sisi tubuhnya, muncul dari bagian bawah struktur yang ada di dalam sirip pektoral (sirip di belakang insang).
Di sebuah perjalanan riset ke Woods Hole, Massachusetts, peneliti biologi seluler dan molekuler dari Harvard University, Nicholas Bellono, dan sejumlah koleganya mendengar kisah mengenai keterampilan berburu dari sea robin ini. Mereka kemudian memutuskan membawa beberapa spesimen hidupnya ke laboratorium saat perjalanan pulang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bellono dan timnya ingin membuktikan kemampuan berburu jenis ikan ini apakah sesuai dengan reputasinya. "Yang mengejutkan kami adalah kemampuan mereka ternyata sangat, sangat baik," katanya yang bersama timnya itu telah mempublikasikan hasil studi kaki sea robins itu pada 26 September 2024.
Ditambahkan Bellono, ikan itu bahkan bisa menemukan sejumlah kapsul yang diisi dengan ekstrak kerang asli yang telah disaring, dan asam amino tunggal.
Tim peneliti itu kemudian mengumpulkan lebih banyak spesimen hidup ikan itu. Tapi di kelompok yang kedua mereka hanya mendapati ikan-ikan itu sangat baik dalam berjalan tapi tidak dalam hal mengendus dan menggali mangsa dari dalam pasir. "Kali ini sea robin yang baru tidak bisa menemukan apa-apa, meski ada disediakan mangsa siap santap," kata Bellono.
Semula tim berpikir telah melakukan kesalahan sebelum menyadari mereka telah secara tidak sengaja membawa spesies yang berbeda. Yang mereka kumpulkan adalah striped sea robin (Prionotus evolans), yang bisa berjalan tapi tidak mmiliki spesialisasi berburu mangsa yang terkubur.
"Ketika kami mengamati jenis yang menggali dan tak menggali, kaki-kakinya jelas berbeda," kata Bellono menunjuk bintil-bintil saraf perasa yang ada di kaki-kaki yang menggali yang jelas terlihat pakai mata telanjang. Bintil mengandung saraf reseptor rasa dan neuron-neuron yang peka-sentuhan, mirip dengan yang ada pada lidah manusia.
Banyak jenis ikan lainnya mempunyai sirip pektoral dan pelvik yang berevolusi hingga memungkinkan mereka bisa berjalan atau merayap. Namun yang ada pada sea robin unik.
"Kaki-kaki sea robin bisa bergerak bebas--dan cukup cepat--membuat mereka secara khusus mengadaptai kemampuan berjalan dan menggali sekaligus," kata anggota tim, Amy Herbert, dari Stanford University, California.
Tim peneliti yang sama juga menelaah ke susunan gen yang mendorong evolusi kaki unik sea robin itu. Mereka menemukan kalau evolusi itu dikendalikan gen regulator kuno yang disebut tbx3a.
NEW SCIENTIST, CELL, HARVARD