MULA-mula heboh penyakit aneh itu muncul dari Amerika Serikat, lima tahun lalu. Dua tahun lalu, teror Aquired Immune Deficiency Syndrome, yang terkenal dengan singkatan AIDS itu menyebar ke seluruh dunia karena di sejumlah negeri, ternyata ditemukan pula. Namun, baru hari-hari ini, kontak ketakutan mendekati kita di Indonesia karena AIDS, positif, ditemukan juga. Sebenarnya, perkiraan munculnya AIDS di Indonesia sudah lama diramalkan para dokter. "Soalnya, karena Indonesia adalah negara terbuka," ujar dr. Kartono Mohamad, Ketua Umum PB IDI, "dan frekuensi orang kita yang bolak-balik ke luar negeri 'kan cukup besar." Maka, cepat atau lambat, seperti di banyak negara, termasuk sejumlah negara tetangga kita, AIDS pasti datang. Penyebaran penyakitnya sendiri, kemungkinan besar, lebih cepat daripada ditemukannya penderita. Masalahnya karena pemeriksaan terhadap AIDS tidak mudah. Selain memerlukan peralatan canggih, penegakan diagnosa pun masih tahap coba-coba. Pangkal kelambatan itu, khususnya di banyak negara berkembang, sederhana saja: berbagai pedoman AIDS - baik penyebab maupun gejalanya -- masih dicari hingga kini. Kepastian adanya penderita AIDS di Indonesia pun tak bisa dilepaskan dari datangnya peralatan dan reagensia untuk pemeriksaan darah di RSCM, Jakarta tahun lalu. Dan, adanya sejumlah ahli yang sudah lama mengikuti AIDS. Di banyak negara berkembang lain, kedua faktor itu masih merupakan kemewahan -- dan AIDS belum terdeteksi. Akhir tahun lalu, WHO, organisasi kesehatan sedunia, secara resmi meminta semua negara di dunia melaporkan kasus-kasus AIDS. Organisasi kesehatan itu mengatakan pula, AIDS merupakan ancaman dunia yang tak bisa diabaikan, kendati di banyak negara kasus-kasusnya belum menunjukkan epidemi. Sementara belum ditemukan obatnya WHO berpendapat, satu-satunya cara mencegah AIDS adalah penjelasan dan usaha preventif yang dikoordinasikan negara masing-masing. Mempertimbangkan kepanikan yang timbul, diskusi panel WHO tahun lalu cenderung berpendapat, munculnya teror pun banyak diakibatkan kurangnya penjelasan medis. Dalam sejarah penyakit, AIDS termasuk sindrom yang paling banyak menyerap perhatian -- tentu sepadan dengan kecepatannya merajalela. Dalam jangka lima tahun, media massa tak henti-hentinya menyoroti seluruh perkembangan penelitian perihal penyakit itu. Sejumlah penelitian yang belum teguh pun sering sudah bocor keluar, dan akibatnya keterangan yang tumpang tindih riuh diperdebatkan. Beberapa kali terdengar cara penyembuhan AIDS ditemukan. Beberapa kesembuhan juga diberitakan. Tapi, kemudian, keterangan-keterangan itu harus diralat kembali. Kenapa heboh AIDS dimulai di Amerika Serikat? Sebab, jumlah penderita terbesar hingga kini terdapat di negara itu. Dan negara itu pula yang paling awal menemukan AIDS, di tahun 1981 -- juga menentukannya sebagai sindrom yang menghancurkan sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi penyakit. Memang, AIDS mengerikan, dan membunuh, karena penyakit itu meruntuhkan mekanisme pertahanan tubuh menghadapi serangan bibit-bibit penyakit. Maka, AIDS bukan suatu penyakit tunggal, melainkan sindrom yang membuahkan serentetan penyakit yang dengan gampang masuk ke dalam tubuh dan akhirnya membunuh. Sudah pada awalnya ketika ditemukan di tahun 1981, AIDS diketahui mengakibatkan penderitanya terkena kanker ganas sarcoma kaposi -- yang menimbulkan benjolan-benjolan di sekujur tubuh -- dan berbagai infeksi lain. Dan daftar penyakit akibat AIDS ini kian hari menjadi kian panjang. Di tahun 1984, Amerika Serikat dan Prancis secara hampir bersamaan menemukan penyebab AIDS, yaitu virus vang kemudian diberi nama HTLV III (Human T Lymphotropic Virus-III). Virus ini secara khas menyerang sel-T, unsur paling utama dan pokok dalam mekanisme pertahanan tubuh. Dalam keadaan normal, sel-T, unsur yang seolah-olah berfungsi sebagai "jenderal" itu, adalah pemberi komando, sekaligus pemimpin pasukan komando dalam menyerang bibit penyakit yang masuk umumnya jasad renik. Begitu suatu virus atau bakteri memasuki tubuh, sel-sel makrofagus memberitakan invasi pada sel T. Dan sang jenderal, selain memimpin pasukan komando menyerang virus, juga melepaskan pasukan lain yang disebut sel-sel T pembantu. Divisi yang dilepas belakangan, kemudian merangsang sel lain, yaitu sel-B, untuk menurunkan pasukan selanjutnya yaitu sel-sel B pembuat antibodi. Yang kemudian terjadi, sel-sel B yang berjumlah cukup banyak itulah yang memproduksi antibodi. Dan antibodi ini seperti sudah umum diketahui -- sekali lagi menyerang virus penimbul penyakit. Inilah sebabnya, tubuh yang sehat, sebenarnya, bisa mengatasi penyakit tanpa obat. Terdapat jutaan jenis antibodi, yang dipersiapkan untuk menghadapi berbagai bibit penyakit. Dan suatu keajaiban alam, sel-T, jenderal itu, kenal betul satu per satu jenis antibodi dan bagaimana memberi komando pada sel-B dan pasukan antibodi mana yang harus dimobilisasikan. Maka, nyata benar, bila sang jenderal ditaklukkan, seluruh pertahanan akan segera lumpuh. Virus, secara umum, adalah jasad renik satu sel yang tak memiliki protein untuk membelah diri dan berkembang biak. Karena itu, cara virus mempertahankan kehidupan dan keturunannya adalah dengan menduduki sebuah sel suatu jaringan, kemudian memanfaatkan kemampuan sel itu membelah diri, untuk berkembang biak. Sel yang diduduki, dengan sendirinya, hancur dan tak berfungsi. Inilah pula yang terjadi pada sel-T, bila HTLV III mendudukinya. Di dalam inti sel-T virus HTLV III akan mengambil alih komando. Karena virus penyebab AIDS ini tergolong retrovirus, ia tak hanya menumpang untuk berkembang biak. Semua retrovirus memiliki sejenis enzim yang disebut transkriptase yang mampu mengubah dan memalsukan perintah pembelahan sel. Maka, sang jenderal, yang sudah dikuasai musuh, berbalik -- mau tak mau -- menjadi pengkhianat. Divisi sel-sel T yang kemudian diturunkan membawa virus-virus HTLV III, yang bila sudah merasa cukup berkembang biak akan lepas dan mencari sel-T lain. Karena itu, pada penderita AIDS, jumlah sel-T mengalami penurunan yang sangat drastis. Inilah pertanda kehancuran pertahanan tubuh. HTLV III, yang ternyata memiliki pula ketangkasan genetik menembus berbagai isolasi, adalah virus dari jenis baru. Ia, menurut teori, adalah bagian dari regenerasi "bangsa virus" untuk bertahan. Bagaimana evolusi itu terjadi, hingga kini masih misterius. Dari hasil pelacakan sementara, HTLV III diduga kuat berasal dari sejenis kera di Afrika -- yang dinamai kera hijau. Ketika arsip dibuka, jejak infeksi virus itu sudah tampak di sejumlah negara Afrika, Zaire, Rwanda, Uganda, dan Zambia, pada sekitar 1973. Diduga pada sekitar tahun 1978 virus-virus ini dibawa para pelacur homoseks Zaire ke Haiti, tempat mereka biasanya berpraktek tempat bertemunya pelacur-pelacur homoseks Afrika dengan pelanggan mereka dari Amerika Serikat, khususnya Miami dan Florida, tak jauh dari Haiti. Memang, hal yang menarik perhatian, sejak ditemukan, jumlah terbesar penderita AIDS adalah kaum homoseks. Diduga keras, kelompok inilah yang merupakan faktor penting menyebarnya secara cepat AIDS. Dari segi kuantitas, penyebaran terjadi karena kaum homoseks, selain umumnya melakukan hubungan dengan sesama jenis, juga tidak dengan pasangan tetap. Dari segi medis, belakangan diketahui virus HTLV III banyak ditemukan pada cairan tubuh -- ludah, keringat, air mata, air seni, dan sejumlah lagi. Konsentrasinya yang terbesar terdapat pada darah dan sperma. Dan penularan terjadi bila virus langsung memasuki darah. Pada kaum homoseks, hubungan anal (melalui dubur) umumnya menimbulkan luka-luka kecil di sekitar anus. HTLV III yang terdapat pada sperma melakukan penetrasi ke darah melalui luka-luka ini. Selain melalui kaum homoseks, belakangan diketahui pula penularan juga terjadi melalui transfusi darah. Di samping itu, lewat jarum suntik yang digunakan bergantian di kalangan pecandu narkotik. Ciuman, dan hubungan seks, walau tercatat merupakan cara penularan pula, persentasenya kecil saja. Jumlah kaum homoseks dan pecandu narkotik ternyata besar di Amerika Serikat. Maka, melalui Haiti, Miami, dan Florida, jumlah penderita AIDS kemudian meledak di seantero Amerika. Di negara itu, dalam jangka lima tahun, pertambahan jumlah senantiasa melipat dua kali hampir setiap 6 bulan. Di akhir tahun 1985, penderitanya berjumlah 8.406 orang. Pada akhir Januari tahun ini, angkanya mencapai 14.700. Yang lebih mencemaskan, tingkat kejangkitan -- yang tidak menimbulkan penyakit -- diperkirakan bisa mencapai 1 juta orang. Sejumlah di antaranya menampakkan gejala samar-samar -- dikenal sebagai ARC (Aids Related Complex). Dari Amerika Serikat, AIDS menyebar ke seluruh dunia. Negara- negara yang memiliki penderita antara 250 dan 450, adalah Brasil, Prancis, Haiti, Kanada, Jerman Barat, dan Inggris. Sementara itu, Jepang, tempat bermukim sekitar 100.000 homoseks, tercatat hanya memiliki 11 kasus. Negara tetangga kita, Muangthai, yang memiliki sejumlah bar homoseks yang melayani turis asing, mencatat 5 kasus AIDS. Di Singapura 2, dan di Malaysia terungkap hanya 1 kasus ARC. Pada catatan WHO, satu-satunya negara yang menyatakan bebas AIDS adalah Uni Soviet -- pernyataan resmi departemen kesehatannya. "Di negara Barat, petualangan seks sudah suatu kebiasaan, di negara kami hal itu sangat janggal," ujar Pyotr N. Burgasov, deputi menteri kesehatan. Tetapi para dokter di Uni Soviet sebelumnya sudah memberikan kesaksian - melalui jalur tak resmi -- kasus AIDS ditemukan juga di negara itu. Jim Supangkat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini