Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Sering Memicu Konflik, Perlukah Larangan Merebahkan Kursi Pesawat?

Merebahkan kursi pesawat kerap menjadi konflik antar penumpang, apakah harus dilarang? Bagaimana cara merebahkan kursi dengan benar?

21 November 2024 | 08.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Perjalanan udara salah satu cara bepergian yang diminati banyak orang. Meski begitu sering terjadi konflik antar penumpang, terutama tentang kesopanan merebahkan kursi pesawat. Tak sedikit konflik ini menjadi viral di media sosial.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kursi pesawat kini tampak semakin kecil dan sempit, sehingga merebahkan kursi bisa menambah sedikit kenyamanan. Tapi tidak semudah itu, karena jika kursi di depan bersandar sepenuhnya akan terasa sempit dan tidak nyaman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hal ini sempat terjadi pada penerbangan Cathay Pacific Airways, September lalu, dan menimbulkan konflik besar. Saat itu, seorang wanita menolak untuk menegakkan kursinya agar pasangan di belakangnya dapat menonton layar televisi, sehingga mereka menendang dan menggoyang kursinya.

Merebahkan kursi pesawat pada penerbangan domestik

Menurut survei yang dilakukan oleh The Harris Poll atas nama La-Z-Boy pada bulan Oktober, 41 persen orang dewasa Amerika mendukung larangan merebahkan kursi pesawat selama penerbangan domestik. Dari 2.051 responden survei, secara demografi yang mendukung adalah mereka yang berusia di atas 65 tahun dan mereka yang berusia antara 18 dan 34 tahun.

Christy Hoskins, CMO La-Z-Boy, mengatakan, merebahkan kursi pesawat adalah topik yang menimbulkan polarisasi. "Kami tahu beberapa orang menyukai kemiringan lima derajat yang mereka dapatkan pada ketinggian 35 ribu kaki, namun cara hal tersebut melanggar ruang orang lain dapat menimbulkan kekacauan dan ketidaknyamanan," ujarnya kepada USA Today.

Rupaya larangan merebahkan kursi pesawat pada penerbangan domestik juga didukung wisatawan dan pakar perjalanan Hawaii, Bryan Murphy. Menurut dia larangan tersebut akan menetapkan standar yang jelas, dan menghormati kenyamanan semua orang, serta menjaga perdamaian di dalam pesawat. “Sejujurnya, pelarangan kursi reclining pada penerbangan domestik merupakan hal yang masuk akal,” katanya. 

Namun  Maria Opatz, perempuan berusia 32 tahun dari Minneapolis yang sering bepergian untuk bekerja, berpendapat sebaliknya. "Anda membayar untuk kursi itu dan semua fungsinya, termasuk tombol sandarannya. Jangan merasa buruk menggunakannya," katanya, 

Cara merebahkan kursi pesawat yang sopan

Meski tidak ada larangan resmi tentang merebahkan kursi pesawat di maskapai penerbangan mana pun, ada beberapa hal yang perlu diingat saat ingin melakukannya. Jo Hayes, pakar etiket yang berbasis di Australia, mengatakan, hal pertama yang harus diakui adalah merebahkan kursi akan berdampak pada penumpang di belakang.  “Meskipun kita berhak untuk merebahkan kursi, hal itu dapat sedikit mengganggu orang di belakang kita," ujarnya. 

Hayes merekomendasikan wisatawan untuk merebahkan kursi dengan pelan-pelan. Ini agar tidak mengagetkan penumpang di belakang atau menumpahkan kopi dan mengenai laptop mereka.  “Merupakan kesopanan umum juga untuk berbalik dan menyapa penumpang di belakang dengan senyuman minta maaf, disertai dengan 'maafkan saya',” katanya.

Begitu pun saat mengembalikan kursi ke posisi tegak. Lakukan dengan perlahan agar tidak mengganggu penumpang di belakang. Sebaiknya jangan mengabaikan pengumuman untuk menaikkan tempat duduk selama layanan makan. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus