Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
OPERASI jantung dikenal bisa menyebabkan berbagai dampak pada tubuh. Ada luka operasi yang sakit, risiko infeksi, bahkan potensi pendarahan. Hal itu disebut-sebut berpotensi muncul jika pasien sakit jantung dioperasi melalui metode konvensional dengan sayatan yang lebar.
Namun seiring kemajuan teknologi di bidang kesehatan, operasi jantung dengan sayatan lebar tak selalu jadi pilihan. Sayatan lebar bisa dihindari dengan operasi jantung menggunakan metode robotik. Dengan metode canggih tersebut, berbagai dampak pasca operasi bisa dihindari.
Metode robotik ini dilakukan sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa teknologi ini mampu meningkatkan kualitas hidup pasien karena bersifat minim invasif. Ia menambahkan, teknik ini menggunakan pendekatan endoskopi yang menghasilkan sayatan lebih kecil.
"Jadi kan, itu kualitas yang lebih baik untuk pasien. Yang kedua, saya harapkan ini bisa mempersingkat prosedur. Karena kan, tidak perlu membelah dada. Harusnya bisa lebih cepat. Kalau dia bisa lebih cepat, dalam satu hari, dokter-dokternya bisa menangani lebih banyak pasien," kata Budi, dikutip dari Antara Jumat, 15 November 2024 di Jakarta.
Menurutnya, penyakit jantung menempati posisi kedua sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia, tepat setelah stroke. Berdasarkan data yang ada, penyakit jantung bertanggung jawab atas sekitar 250 ribu kematian setiap tahunnya, sementara stroke bahkan lebih tinggi, mencapai 300 ribu kematian per tahun.
Dengan angka yang sangat signifikan ini, pengembangan teknologi robotik dalam operasi jantung diharapkan dapat memberikan dampak positif yang besar. Teknologi ini memungkinkan peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia, yang jumlahnya mencapai 280 juta jiwa, termasuk melalui pelaksanaan operasi jarak jauh yang lebih praktis dan efisien.
Operasi jantung metode robotik tersebut sudah ada di Indonesia, tepatnya di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita. Metode robotik dalam operasi jantung pertama kali dilakukan di indonesia pada Rabu, 13 November 2024.
Operasi ini dipimpin oleh dr. Dudy Hanafy dengan pendampingan dari seorang proktor oleh dokter asal India, yang memiliki pengalaman luas dalam operasi robotik dan minimal invasif di Amerika Serikat serta merupakan pendiri Alliance Hospital di Texas Barat.
Direktur Utama RSJPD Harapan Kita, Iwan Dakota, menyatakan rasa bangga dan gembira atas keberhasilan pelaksanaan operasi bedah jantung robotik pertama di Indonesia oleh timnya.
"Ini merupakan operasi bedah jantung di Indonesia lebih khusus ada berbagai macam operasi robotik jantung, baik katup jantung, lubang jantung, maupun bypass jantung koroner secara total (TECAB)," tutur Iwan.
Iwan menjelaskan berbagai keunggulan metode robotik dibandingkan dengan teknik bedah konvensional, termasuk kemampuan untuk mengurangi rasa sakit pascaoperasi dan mempercepat pemulihan pasien dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Hal ini dimungkinkan karena metode ini tidak melibatkan pembelahan tulang atau pelebaran sela iga.
Ia juga menyoroti bahwa pasien yang menjalani operasi konvensional biasanya membutuhkan waktu hingga tiga bulan untuk kembali beraktivitas normal. Lebih lanjut, Iwan menyebutkan bahwa setidaknya lima pasien telah dijadwalkan untuk menjalani prosedur bedah jantung terbaru ini dalam minggu ini.
"Semua jenis teknik operasi khususnya pergantian dan perbaikan katup, kasus ASD dan VSD yang bukan pediatrik dan bedah pintas arteri koroner bisa dilakukan dengan teknik robotik jantung ini," kata Dudy.
Dudy menjelaskan bahwa dalam teknik bedah konvensional, luka sayatan biasanya memiliki panjang sekitar 25-30 cm. Namun, dengan metode robotik, sayatan yang diperlukan jauh lebih kecil, hanya sekitar 2 cm di beberapa titik. Hal ini, menurutnya, secara signifikan mengurangi risiko infeksi pada luka operasi.
Ia juga menambahkan bahwa waktu pemulihan pasien menjadi lebih cepat, hanya sekitar 3,2 hari, dibandingkan dengan waktu pemulihan metode konvensional yang bisa mencapai satu minggu. Keunggulan lainnya meliputi tingkat presisi dan kontrol yang lebih tinggi, visualisasi area operasi yang lebih baik, serta mengurangi kelelahan pada ahli bedah selama prosedur.
Dudy optimis bahwa penerapan sistem operasi jantung robotik ini akan membuka jalan menuju pengembangan telebedah, yaitu operasi jantung jarak jauh. Hal ini diyakininya dapat memperluas akses layanan kesehatan hingga ke wilayah-wilayah terpencil di masa depan.
RACHEL CAROLINE L.TORUAN | ANTARA
Pilihan Editor: Operasi Jantung Metode Robotik Disebut Lebih Murah, Diusulkan Masuk Layanan BPJS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini