Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Siapa mau organ mayat

Organ mayat kini bisa menjadi sumber donor transplantasi. yang jadi soal adalah teknik pengawetan, dan etika.

14 Agustus 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TANGAN dan kaki manusia bisa digantikan organ mayat? Ini bukan mustahil setelah ahli bedah plastik dari Inggris punya kebolehan menyambungkan beberapa organ tubuh, seperti tangan, paha, atau jempol dengan memanfaatkan organ mayat. Transplantasi yang sukses ini, seperti dikutip The Straits Times akhir bulan lalu, bisa dilakukan terhadap seorang pasien yang kehilangan lengannya. Lengan pasien yang telah disambung dengan lengan mayat mampu berfungsi normal. Ini operasi yang pertama kali dilakukan di Inggris. Para ahli menilai sukses besar ini sebagai suatu ''revolusi'' pada bedah organ tubuh. Maka, stok organ donor, yang selama ini pengadaannya agak seret, bisa dipastikan akan lancar. Tapi ada soal, terutama menyangkut faktor etis. Apalagi penyambungan organ tubuh, seperti tangan dan kaki, akan gampang dilihat orang. Lain halnya dengan transplantasi hati, atau ginjal, misalnya, yang ada di dalam perut. Salah seorang yang sudah menikmati transplantasi ini adalah Bob Window. Lengan kiri anggota polisi ini patah kena tebas samurai. Kini tangan Window telah dapat disambung lagi lewat operasi bedah mikro. Sekarang hampir rutin bagi pasien yang kehilangan jempol akibat kecelakaan, atau anak-anak yang sejak lahir cacat tanpa jempol tangan. Mereka bisa mempunyai jempol lagi setelah disambung dengan jari baru yang diambilkan dari jari kakinya. ''Jari kaki yang disambungkan mampu berfungsi sebagai jempol tangan,'' kata Dokter Simon Kay. Kay adalah konsultan bedah plastik dan bedah mikro di St. James University Hospital, Inggris, yang berhasil memindahkan 70 jari kaki menjadi jempol tangan. Sebagian besar pada anak- anak. Hingga sekarang tampaknya transplantasi ini yang paling mudah dilakukan karena hanya memindahkan organnya sendiri. Seperti, ya itu tadi, dari jari kaki dipindahkan ke tangan. Ini sangat mengurangi risiko munculnya faktor penolakan tubuh. Para ahli kini sedang mempertimbangkan transplantasi pada wajah. Terutama bagi yang rusak mukanya akibat kecelakaan atau kebakaran. ''Secara teknis bisa dilakukan pergantian wajah tersebut,'' kata Dokter James Frame, konsultan bedah plastik, St. Andrew's Hospital, Inggris. Menurut Dokter Bisono, Ketua Program Studi Ilmu Bedah Plastik FK UI, pada prinsipnya transplantasi organ tubuh, seperti tangan, atau jempol dari orang lain, mirip dengan transplantasi ginjal. Faktor kesulitannya sama: soal kecocokan dari organ yang disambung. Kalaupun harus diambil dari organ orang lain, perlu diusahakan secocok mungkin. Tindakan transplantasi selama ini dilaksanakan terutama untuk menyelamatkan jiwa pasien. Seperti pada kasus-kasus gagal ginjal, jantungnya payah, atau kanker hati. Lain dengan pelaksanaan transplantasi pada organ tangan, kaki, atau wajah. Sebab, kalau orang tersebut tangannya putung, misalnya, toh mereka masih mampu hidup. Dan yang perlu dipikirkan dalam proses transplantasi adalah perhitungan antara risiko dibandingkan dengan hasil yang akan dicapai. Dalam transplantasi, selain risiko munculnya kasus penolakan tubuh terhadap organ donor, juga faktor kebersihan organ donor. Apalagi kalau organ donor tersebut dari mayat. Mengapa? Pada tubuh yang masih hidup, masih terdapat sistem pengeluaran racun yang baik. Misalnya dengan membuang lewat ginjal, tinja, atau keringat. Nah, pada jaringan yang sudah mati, sistem pembuangan racun ikut macet. Maka, sebelum organ tersebut ditransplantasikan, harus bebas dari bahan beracun. Dalam hal ini, Bisono memberikan ilustrasi. Jika organ yang disambungkan mengandung racun, maka racun dari organ donor bisa menyebar ke tubuh penerima. Apa yang terjadi mudah ditebak: pasien akan mati akibat keracunan. Apalagi kesegaran sel-sel pada mayat ada batas waktunya. Lamanya organ tubuh dapat disimpan tergantung jumlah jaringan yang ada pada organ itu, dan kebutuhan kehidupan dari sel-sel organ. Ambil contoh kornea mata, yang jumlah selnya relatif sedikit, hingga dapat disimpan lebih lama pada suhu tertentu. Demikian pula kulit. Jika dibandingkan dengan lengan, kornea dan kulit jelas mampu bertahan lebih lama. Penyebabnya adalah jumlah jaringan pada lengan lebih banyak. Memang dengan kemajuan teknologi kedokteran, kini sudah ada upaya untuk memperpanjang usia jaringan mayat. Menurut Bisono, salah satunya dengan sebuah alat yang mampu mengalirkan oksigen ke dalam jaringan tersebut sehingga kehidupan jaringan mampu bertahan lama. ''Tapi kalau mayat hanya disimpan pada tempat yang dingin, saya meragukan mampu bertahan lama,'' kata konsultan bedah plastik di beberapa rumah sakit swasta di Jakarta ini. Tentang operasi ganti wajah atau operasi penggantian kulit akibat luka bakar, menurut Bisono, memang bisa dilakukan. Jika tubuh mengalami luka, katanya, maka bagian yang luka tersebut bisa ditambal dengan kulit orang lain atau mayat. Namun, penempelan itu sifatnya sementara. Terutama untuk mencegah infeksi, cairan supaya tidak mengalir keluar, dan mampu mengurangi rasa sakit. Jika aliran darah kembali normal, lama-kelamaan kulit asli akan tumbuh lagi, sedangkan kulit yang ditransplantasikan akan rontok. Tentang transplantasi organ, menurut Bisono, kalau penyambungan itu sukses, artinya pasien mampu menggerakkan organ donor seperti organ asli. Suatu kerja yang, menurut dia, rumit sekali. Gatot Triyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus