Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Stres mematikan sel otak

Stres bisa mengakibatkan tingginya produksi hormon adrenalin. mempercepat pematangan jaringan otak serta melemahkan daya ingat dan belajar. bila usia makin lanjut, stres membuat lekas pikun.

18 Mei 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sering stres mempertinggi produksi hormon adrenalin. Akibatnya, orang lekas pikun. HIDUP di kota besar seperti Jakarta, yang hiruk-pikuk dengan lalu lintas dan penuh kemacetan ini, memang gampang mengundang orang stres. Tapi jangan biarkan diri dilanda ketegangan. Keadaan terus-menerus stres tentu membuat lekas pikun. Stres bisa mengakibatkan tingginya produksi hormon adrenalin. Hal tersebut sudah dibuktikan pada tikus percobaan oleh beberapa peneliti dari Kentucky di Amerika Serikat. Laporan mereka dalam Journal of Neuroscience itu kemudian disiarkan International Herald Tribune pekan silam. Percobaan pada tikus menunjukkan, stres menyebabkan tingginya produksi hormon adrenalin -- sebagai bagian dari reaksi tubuh untuk mengatasi ketegangan. Padahal, ini bakal mempercepat pematangan jaringan otak serta melemahkan daya ingat dan belajar. Bahkan pada tikus yang lebih tua, tingginya hormon stres justru mematikan sel-sel otaknya. Kerusakan sel yang terjadi di daerah otak itu disebut hippocampus. Bagian ini antara lain berguna untuk menyimpan memori. Jadi, kalau sel-sel otak rusak dan mati, orang bisa berubah jadi pelupa. Semakin berat kepikunannya, itu kalau kian banyak jumlah sel otak yang mati. Pada penderita alzheimer (penyakit kepikunan yang hingga kini belum diketahui sebabnya) juga dijumpai banyak sel otaknya yang sudah mati. Ketika stres, menurut Zevan Khachaturian dari The National Institute on Aging, Los Angeles, sel-sel di hippocampus itu terpaksa bekerja lebih keras. Akibatnya, otak menjadi lelah dan lebih gampang rusak. Bahkan pada beberapa orang bisa melemahkan daya tahannya terhadap demam dan flu. Dan kalau sel otak sudah rusak, itu tidak bisa diganti seperti sel-sel tubuh yang lain. Jutaan sel otak itu terdiri dari sel saraf yang disebut neuron, dan dihubungkan oleh dendrit. "Neuron ini dari sejak lahir jumlahnya sudah tetap," kata Teguh Ranakusuma, Ketua Persatuan Neurolog Indonesia. Yang mengalami pematangan adalah dendrit-nya. Itu yang berkembang terus dari usia 0 hingga 40 tahun. Secara alamiah neuron malah akan berkurang jumlahnya mulai saat seseorang berumur 40 tahun. Atau bahkan mati. "Neuron bisa mati, padahal tidak bisa tambah," ujar Teguh lagi. Kematian sel bisa disebabkan terkena benturan, jatuh, atau karena panas demam yang lama. Dan kematian sel itu semakin dipercepat oleh stres. Begitu orang terserang stres, karena diproduksi adrenalin, semua jaringan tubuh akan meningkat kerjanya. Termasuk jaringan otak. Itu sebabnya kebutuhan jaringan otak meningkat ketika seseorang stres. Kebutuhan energinya, berupa oksigen dan glukosa darah, dipasok dari pembuluh darah. Tetapi adrenalin dapat menyebabkan menciutnya pembuluh darah yang membawa oksigen dan glukosa darah itu. Sehingga pemasokan pembuluh darah ke otak berkurang. Itu tanpa berlangsung lama, karena otak hanya mampu bertahan dalam keadaan kurang oksigen selama tiga detik. Lebih dari itu, otak pun terganggu. "Dan orang bisa menjadi bodoh, pusing, atau nggliyeng," tambah Teguh. Tapi keadaan tersebut akan pulih, asal gangguan itu berlangsung tidak lebih dari tiga menit. Bila lebih, maka gangguannya akan menetap dan menyebabkan kematian jaringan otak. Jika jumlah sel hidup masih dalam batas minimal, otak masih bisa normal. Tetapi begitu tiba pada titik tertentu di bawah batas tadi, kepikunan langsung akan muncul. Pada akhirnya, ketika usia makin merambat, maka orang menjadi pikun. Memang, stres tak langsung membuat pikun. Dan siapa yang ingin pikun sebelum waktunya? G. Sugrahetty Dyan K.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus