Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Kondom penangkal aids

Depkes ri akan menyebarkan kondom gratis ketempat yg diduga rawan aids, di dki jakarta, yogya, jatim dan bali.diharapkan dapat mencegah penularan aids. menelan biaya sekitar rp 40 juta.

18 Mei 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perang melawan AIDS belum selesai. Penyakit akibat hubungan seks dengan pasangan yang gonta-ganti. Departemen Kesehatan RI menyebarkan kondom gratis. DI tempat-tempat yang menjual "jasa" pelampiasan syahwat akan disediakan kondom gratis. Ini salah satu penangkal menghambat berkembangnya HIV (Human Immunodeficiency Virus), virus yang menyebabkan seseorang bisa diserang AIDS. Karenanya, penyebaran sarung karet tersebut dipilih ke tempat yang diduga rawan AIDS (Acquired Immune Deficiency Sindrome), seperti lokalisasi dan panti-panti pijat yang berfungsi untuk begituan. "Tapi pemberian kondom gratis itu hanya sebagai perangsang. Kami berharap kelak para pemilik tempat hiburan menyediakannya dari dana mereka sendiri," kata Dr. Nyoman Suesen, Kepala Subdirektorat Penyakit Kelamin dan Frambusia Departemen Kesehatan RI. Menurut rencana, karet KB ini dibagikan sekitar Juni oleh Subdirektorat Penyakit Kelamin dan Frambusia, lembaga di bawah Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (P2M&PLP), yang menangani soal penyakit kelamin, termasuk AIDS. Ide penyebaran kondom gratis adalah bagian dari program antara (jangka pendek dan menengah) Departemen Kesehatan memerangi AIDS. Penyakit yang menyebabkan seseorang kehilangan daya tahan tubuh ini akibat melakukan hubungan seks dengan pasangan yang gonta-ganti. Dan dengan pemakaian kondom, diharapkan HIV tidak menyebar ke mana-mana. Untuk tahap pertama, bantuan kondom yang menelan biaya 40 juta rupiah itu dibagikan di DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali. Jika program yang dananya dari WHO itu sudah mencukupi, kemudian penyebaran selanjutnya diteruskan ke kota-kota lain. Keempat kota besar tadi dipilih karena berkaitan dengan kondisi tersebarnya AIDS di Indonesia. Kasus AIDS memang baru dijumpai di tiga provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Bali. Dan Yogyakarta juga dipilih tak lain karena wilayah tersebut merupakan arus keluar-masuk turis. "Sampai saat ini penderita AIDS atau pengidap HIV positif baru orang asing, atau mereka yang pernah berhubungan dengan orang asing," kata Nyoman Suesen. Kesimpulannya ini berdasar hasil tes darah yang dilakukan selama ini terhadap 23.000 orang yang berisiko tinggi terkena AIDS, seperti pelacur, homo, lesbian, waria, dan pekerja di tempat-tempat hiburan. Hingga April lalu telah diketahui ada 35 orang terserang HIV -- di antaranya 16 terkena AIDS -- serta yang lain baru dalam kategori mengidap HIV positif. Mereka berasal dari negara asing atau ada juga yang mendapatnya dari orang asing. Karena itu, Nyoman Suesen mengingatkan bahwa kecenderungan angka penderita AIDS atau pengidap HIV bakal tambah dari tahun ke tahun. Bahkan sampai Mei ini sudah ditemukan tujuh pengidap AIDS dan seorang pengidap virus HIV. Tahun silam hanya empat orang. "Jadi, kita harus makin waspada," katanya. Memang, perang melawan AIDS belum selesai. Apalagi sampai saat ini belum ditemukan obatnya yang ampuh. Karena itu, Juni nanti, Konperensi Internasional AIDS ke-7 di Florence memilih temanya "AIDS -- Tantangan Dunia Ilmu Pengetahuan". Di bidang ilmu pengetahuan para ahli terus mencari senjata pamungkas melawan AIDS. Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan antibiotik yang bisa melawan Pneumocystis carinii pneumonia (PCP), salah satu penyebab kematian paling besar di tengah penderita AIDS. Walau masih ditunggu perkembangan lanjutannya, antibiotik yang dikemas dalam merek dagang Bactrim dan Septra ini sudah mulai digunakan oleh dokter. Belakangan ini juga terjadi revolusi dalam penelitian AIDS. Sebelumnya para ahli menitikberatkan kajiannya pada masa terjangkit infeksi AIDS. Kini mereka beranjak dari pertanyaan mengapa yang terserang penyakit ini selalu menemui ajal akibat kanker, terserang infeksi, dan kelumpuhan saraf. Makanya, dua kelompok ilmuwan dari Universitas California dan Universitas Alabama di AS dalam dua tahun belakangan mencoba mencari sudut lain dalam meneliti penyakit ini. Mereka mencari tahu tentang pasien yang terserang HIV, beberapa di antaranya menjalani hidupnya tanpa gangguan dan malah sampai 12 tahun. Dalam sebuah pemeriksaan, peneliti pernah menjumpai kasus pada seorang homoseks. Dalam tiap liter darahnya justru ditemukan 10 juta virus. "Ini pertama kalinya ditemukan jumlah virus yang begitu banyak dalam masa-masa permulaan," kata Dr. Eric Daar, salah seorang peneliti dari Universitas California. Sehari setelah serangan virus besar-besaran tadi, si peneliti lalu mengukur kecepatan berkembangnya antibodi HIV. Ternyata, antibodi yang disebut protein-Y itu menyerang dan melumpuhkan virus tersebut. Pada penelitian berikutnya bahkan jumlah virus dalam darah diketahui menurun tajam. Dan dalam dua-tiga minggu kemudian, dalam darah pasien tersebut hanya tersisa sedikit virus, dan malah sudah tak ada sama sekali. Tanda tanya tadi kemudian menemukan jawabannya: tubuh manusia punya daya tahan yang tinggi terhadap virus HIV sebelum infeksi. "Artinya, dalam keadaan normal, sistem kekebalan tubuh bisa melumpuhkan virus AIDS," kata Dr. Stephen Clark, peneliti dari Alabama. Karena wabah AIDS bakal tak henti menyerang, tugas ahli untuk menemukan cara kerja tubuh manusia dalam melumpuhkan AIDS di tahap awal, tetapi bagaimana kemudian antibodinya keok pada ronde berikutnya. Jadi, "sedia kondom sebelum kena AIDS" yang kini disiapkan di Indonesia memang perlu para pendukungnya. Rustam F. Mandayun

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus