Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Jika tidak ditangani, virus ini dapat berkembang menjadi Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Deteksi dini HIV pada anak sangat penting karena dapat meningkatkan efektivitas pengobatan dan kualitas hidup mereka. Meskipun kasus HIV pada anak menurun, pemantauan dan deteksi yang tepat tetap krusial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tanda-Tanda HIV pada Anak
Gejala HIV pada anak bisa bervariasi tergantung pada tahap infeksi. Beberapa tanda awal yang umum dapat muncul antara lain:
1. Infeksi Berulang
Anak yang terinfeksi HIV sering mengalami infeksi berulang, seperti infeksi saluran pernapasan, diare, dan infeksi jamur.
2. Pertumbuhan yang Terhambat
Anak dengan HIV mungkin mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan, termasuk berat badan yang tidak meningkat sesuai dengan usia.
3. Ruam Kulit
Ruam yang tidak biasa atau perubahan warna kulit juga bisa menjadi tanda.
4. Demam yang Berkepanjangan
Suhu tubuh yang meningkat selama lebih dari 10 hari tanpa alasan yang jelas.
5. Pembengkakan Kelenjar Getah Bening
Pembengkakan kelenjar di leher, ketiak, atau selangkangan yang tidak kunjung sembuh.
6. Kelelahan
Anak mungkin terlihat sangat lelah dan kurang energik.
Penting untuk dicatat bahwa tidak semua anak yang mengalami gejala di atas terinfeksi HIV. Namun, jika gejala ini muncul, penting untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Cara Deteksi Dini
Deteksi dini HIV pada anak melibatkan beberapa metode. Sangat penting dilakukan terutama pada anak-anak yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV. Berikut adalah beberapa metode yang digunakan untuk diagnosis:
1. Tes Antibodi
Pada anak yang berusia di atas 18 bulan, tes antibodi dapat dilakukan untuk menentukan apakah anak tersebut terinfeksi. Namun, hasil ini tidak bisa diandalkan pada bayi di bawah 18 bulan karena antibodi dari ibu dapat bertahan dalam tubuh anak.
2. Tes Virusologis
Tes ini dapat dilakukan pada bayi di bawah 18 bulan. Dengan menggunakan teknik seperti PCR (Polymerase Chain Reaction), tes ini dapat mendeteksi keberadaan virus dalam darah bayi dalam waktu beberapa minggu setelah kelahiran. Metode ini adalah yang paling akurat untuk mendeteksi HIV pada bayi.
3. Tes Genetik: Pengujian genetik juga dapat dilakukan untuk mengetahui apakah anak memiliki HIV, meskipun metode ini lebih jarang digunakan dibandingkan dengan tes virusologis.
Langkah Selanjutnya Setelah Deteksi
Setelah diagnosis HIV, penting untuk segera memulai pengobatan. Antiretroviral Therapy (ART) dapat membantu anak yang terinfeksi untuk hidup lebih lama dan lebih sehat. Pengobatan ini bekerja dengan mengendalikan jumlah virus dalam tubuh dan membantu sistem kekebalan tubuh untuk berfungsi dengan baik.
Selain itu, anak yang terinfeksi juga harus diawasi secara rutin untuk memastikan bahwa pengobatan efektif dan tidak ada komplikasi yang terjadi. Pendidikan tentang cara menjaga kesehatan, seperti kebersihan dan pola makan yang baik, juga penting untuk membantu anak hidup dengan HIV.
HEALTHLINE | WHO.INT | HIVINFO.NIH.GOV
Pilihan Editor: Pakar Ungkap Proses Penularan HIV dari Ibu ke Anak