Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Terlambat 1 Jam Atau Mati

Keterangan dr. iwan darmansyah, kabag farmakologi fkui mengenai efek sampingan dari obat yang dimakan & obat suntik, terutama penisilin. obat yang dimakan kerjanya lebih lambat 1-2 jam dari obat suntik. (ksh)

28 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKALI lagi TEMPO tanggal 21 Januari 1978 dan Kompas tanggal 20 Januari 1978 telah membawakan persoalan "suntikan maut" yang dialami seorang anak umur 10 tahun yang sebelumnya telah sakit parah karena dikeroyok kawan-kawannya. Terlepas daripada benar tidaknya anak ini meningal karena suntikan si dokter, pertanyaan tentang apakah dokter selalu harus menyuntik penderita, menarik untuk dibahas. Sebagaimana sudah sering dikemukakan dalam majalah profesi maupun mass media, semua obat memiliki efek yang tidak kita kehendaki. Istilahnya efek samping. Efek samping ini terdapat pada hampir semua obat, yang satu lebih berat dari yang lain dan yang satu lebih sering daripada yang lain. Ia bisa bersifat enteng sekali dan tidak mengganggu penderita terlalu banyak, tetapi bisa juga fatal. Karena frekwensi daripada efek samping tersebut mempunyai incidence rate, maka semakin banyak sesuatu obat tertentu digunakan, denan sendirinya jumlah absolut daripada kejadian efek samping akan meningkat. Bila seandainya efek samping terjadi pada 1% penderita yang diberi penisilin, maka ini berarti bahwa dari setiap 100 orang yang diberi penisilin satu orang akan mengalami efek samping. Tetapi bila 1000 orang menerima obat tersebut, maka seluruhnya akan terdapat 10 korban. Nah, dari 1% kejadian efek samping penisilin mungkin 0,02% bersifat berbahaya dan kira-kira 0,002% berakhir dengan kematian. Sehingga dari 50.000 penderita yang menerima penisilin, satu orang akan mati. Angka-angka tersebut di atas merupakan perkiraan dari perpustakaan barat. Ini mungkin merupakan kemungkinan yang cukup kecil jika dilihat dari segi statistik. Tetapi bila jumlah yang sedikit ini menyangkut sanak-keluarga sendiri, ia merupakan pengorbanan yang amat besar. Efek samping yang berakhir dengan kematian lebih sering disebabkan karena obat suntik daripada obat-obatan yang dimakan. Walaupun penisilin merupakan penyebab yang paling sering, namun semua obat suntik mungkin menimbulkan efek samping berbahaya, termasuk yang anda kira tidak apa-apa, seperti vitamin. Sekarang timbul pertanyaan, apakah memang perlu dokter selalu menyuntik penderita? Dengan pendek dapat dijawab: tidak. Dari setiap obat suntik biasanya tersedia formulasi untuk yang dimakan, walaupun tidak untuk semuanya. Karena itu, obat hanya perlu disuntik dalam keadaan tertentu. Seperti pada keadaan penderita gawat, di mana suntikan akan menolong jiwanya. Kemudian obat tersebut diperlukan dan tidak ada bentuk formulasi yang dimakan, karena kalaupun diberikan mungkin dirusak oleh lambung. Inilah kriteria dasar dan selebihnya tentu dokter mempunyai berbagai alasan untuk menyuntik atau tidak. Setiap kasus tentu perlu dipertimbangkan dengan masak tetapi salah satu dasar yang dipakai dokter ialah bahwa penyuntikan dikerjakan atas permintaan penderita, yang kadang-kadang bersifat penuntutan. Bila ini terjadi maka dokter dipaksa, dan dengan dalih bahwa pasiennya tidak akan kembali bila tidak disuntik, maka iapun akan mencoblos setiap penderita. Dari uraian di atas jelas, bahwa semakin banyak penderita diekspose terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh suntikan semakin banyak penderita yang mengalami efek samping dan anda sebagai pasien hanya menunggu giliran maut yang telah ditetapkan oleh incidence rate dari efek samping tersebut. Karena banyak penderita telah meninggal akibat suntikan - entah berapa - maka saya hendak menyerukan pada masyarakat untuk tidak selalu menuntut disuntik. Biarlah dokter yang menentukan apakah penyakit anda perlu obat suntik. Karena dalam pertimbangan ilmiah tidak banyak keadaan yang memerlukan tindakan seperti itu. Kebanyakan obat yang dimakan, hanya berbeda kerjanya dalam waktu kira-kira 1-2 jam lebih lambat dari obat suntik. Apalah artinya 1-2 jam, dibandingkan kematian yang harus anda pertaruhkan dengan sebuah jarum. dr Iwan Darmansjah Bagian Farmakologi FKUI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus