Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Coba-Kulit Tak Menolong ?

Untuk mencegah korban karena suntikan penisilin, dr. sunarto prawirosujanto, dirjen pom, menganjurkan skintest sebelumnya. reaksi positif pada pasien yang sensitif hanya 40% menurut dr. iwan darmansyah. (ksh)

28 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BULAN Agustus 1977 para pejabat tinggi Departemen Kesehatan telah membicarakan kemungkinan pencegahan jatuhnya lebih banyak korban karena suntikan penisilin. Pembicaraan ini agaknya lahir karena banyaknya laporan yang masuk tentang kematian yang terjadi beberapa saat setelah se orang pasien mendapat suntikan. Kabarnya dr Sunarto Prawirosujanto, direktur jenderal POM yang nlengajukan masalah tersebut, mengusulkan supaya para dokter diharuskan melakukan percobaan pendahuluan dalam bentuk skin test (coba di kulit) sebelum menyuntik pasien. Jika tidak, praktek mereka bisa ditutup. Tetapi usul yang datang dari Dirjen yang punya keahlian farmasi itu, ditolak oleh para koleganya yang bertitel dokter. Mereka menganggap keharusan semacam itu merupakan pekerjaan siasia, atau mungkin juga akan membikin repot dokter. Lagi pula tidak hanya penisilin yang bisa menimbulkan shock obat-obat lain pun bisa. Termasuk vitamin, seperti B kompleks. Jadi bagaimana jalan yang bisa ditempuh untuk mencegah kematian yang berpangkal dari kemauan baik untuk menyembuhkan itu? "Shock, malahan kematian, merupakan risiko dari suntikan penisilin. Jalan yang terbaik untuk mencegahnya ialah supaya dokter menemukan indikasi yang tepat mengenai penyakit yang diderita pasiennya. Dan masyarakat harus disadarkan untuk tidak menuntut suntikan dokter " ulas dr Iwan Darmansjah, kepala bagian farmakologi UI, di Jakarta. Info Menurut ceritanya dia sendiri kurang tahu secara persis bagaimana latar belakang hingga timbul keadaan di mana pasien berada dalam kedudukan lebih senang dan menuntut untuk disuntik. Tetapi para dokter yang memenuhi tuntutan itu, katanya, terpaksa melakukannya dengan alasan takut kalau-kalau pasiennya tak kembali lagi. "Satu sikap yang sebenarnya salah dari sudut kebaikan etik kedokteran," kata Iwan. Skin test atau coba kulit menurut dia tidak seratus prosen menjamin. Sebab menurut literatur, 30 sampai 40% saja pasien yang memberikan reaksi posilif, padahal sebenarnya mereka sangat sensitif terhadap penisilin. Jalan paling tepat dalam menggunakan suntikan penisilin menurut kepala bagian farmakologi UI ialah supaya dokter membuat indikasi penyakit yang tepat dan menanyakan dulu kepada si pasien apakah dia pernah mendapat suntikan penisilin dan mendapat reaksi. Tak lupa dia menunjukkan keheranannya mengapa para dokter kurang menggunakan benzatin penisilin, jenis penisilin yang efek sampingnya lebih kecil dibandingkan dengan procain penisilin yang banyak digunakan sekarang. "Kurangnya penggunaan jenis penisilin yang satu ini, saya kira tak ada hubungannya dengan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang penyediaan obat-obatan. Mungkin soalnya permintaan dari dokter kurang untuk jenis itu," kata Iwan. Mungkin juga karena dokter-dokter kita kurang info mengenai jenis penisilin tersebut. Mereka 'kan lebih banyak tergantung pada keterangan yang diberikan oleh detailmen?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus