BULAN Agustus 1977 para pejabat tinggi Departemen Kesehatan
telah membicarakan kemungkinan pencegahan jatuhnya lebih banyak
korban karena suntikan penisilin. Pembicaraan ini agaknya lahir
karena banyaknya laporan yang masuk tentang kematian yang
terjadi beberapa saat setelah se orang pasien mendapat
suntikan. Kabarnya dr Sunarto Prawirosujanto, direktur jenderal
POM yang nlengajukan masalah tersebut, mengusulkan supaya para
dokter diharuskan melakukan percobaan pendahuluan dalam bentuk
skin test (coba di kulit) sebelum menyuntik pasien. Jika tidak,
praktek mereka bisa ditutup.
Tetapi usul yang datang dari Dirjen yang punya keahlian farmasi
itu, ditolak oleh para koleganya yang bertitel dokter. Mereka
menganggap keharusan semacam itu merupakan pekerjaan siasia,
atau mungkin juga akan membikin repot dokter. Lagi pula tidak
hanya penisilin yang bisa menimbulkan shock obat-obat lain pun
bisa. Termasuk vitamin, seperti B kompleks.
Jadi bagaimana jalan yang bisa ditempuh untuk mencegah kematian
yang berpangkal dari kemauan baik untuk menyembuhkan itu?
"Shock, malahan kematian, merupakan risiko dari suntikan
penisilin. Jalan yang terbaik untuk mencegahnya ialah supaya
dokter menemukan indikasi yang tepat mengenai penyakit yang
diderita pasiennya. Dan masyarakat harus disadarkan untuk tidak
menuntut suntikan dokter " ulas dr Iwan Darmansjah, kepala
bagian farmakologi UI, di Jakarta.
Info
Menurut ceritanya dia sendiri kurang tahu secara persis
bagaimana latar belakang hingga timbul keadaan di mana pasien
berada dalam kedudukan lebih senang dan menuntut untuk disuntik.
Tetapi para dokter yang memenuhi tuntutan itu, katanya, terpaksa
melakukannya dengan alasan takut kalau-kalau pasiennya tak
kembali lagi. "Satu sikap yang sebenarnya salah dari sudut
kebaikan etik kedokteran," kata Iwan.
Skin test atau coba kulit menurut dia tidak seratus prosen
menjamin. Sebab menurut literatur, 30 sampai 40% saja pasien
yang memberikan reaksi posilif, padahal sebenarnya mereka sangat
sensitif terhadap penisilin. Jalan paling tepat dalam
menggunakan suntikan penisilin menurut kepala bagian farmakologi
UI ialah supaya dokter membuat indikasi penyakit yang tepat dan
menanyakan dulu kepada si pasien apakah dia pernah mendapat
suntikan penisilin dan mendapat reaksi.
Tak lupa dia menunjukkan keheranannya mengapa para dokter kurang
menggunakan benzatin penisilin, jenis penisilin yang efek
sampingnya lebih kecil dibandingkan dengan procain penisilin
yang banyak digunakan sekarang. "Kurangnya penggunaan jenis
penisilin yang satu ini, saya kira tak ada hubungannya dengan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang penyediaan obat-obatan.
Mungkin soalnya permintaan dari dokter kurang untuk jenis itu,"
kata Iwan. Mungkin juga karena dokter-dokter kita kurang info
mengenai jenis penisilin tersebut. Mereka 'kan lebih banyak
tergantung pada keterangan yang diberikan oleh detailmen?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini