Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tidak Sembarang Air Mata

Air mata berperan melaruntukan zat kimia tertentu dari dalam tubuh manusia. ada penelitian kemungkinan diagnosa melalui analisa air mata. (ksh)

29 Maret 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MASIH ada orang yang percaya akan keampuhan air mata duyung, Ternyata makhluk itu tidak mencucurkan air mata. Buaya juga tidak. Bahwa beredar luas pameo tentang air mata buaya, itu hanya pertanda seseorang berpura-pura sedih. Tapi makhluk yang diketahui menangis adalah manusia, gajah India dan penyu laut di kala bertelur. Dan agaknya hanya manusialah yang melimpahkan air mata karena rangsangan emosi dan iritasi. Seorang ahli biokimia, William Frey baru-baru ini mengutarakan suatu teori tentang gejala menangis itu. Dr. Frey dari Jurusan Psikiatri, Pusat Medis St. Paul-Ramsey di Minnesota, AS, berpendapat bahwa air mata berperanan melarutkan zat kimia tertentu dari dalam tubuh. Zat ini yang bangkit akibat kondisi tegang, bila tidak larut melalui cairan tubuh, bisa menyebabkan berbagai penyakit seperti luka lambung. "Sekarang sudah diketahui bahwa ketegangan mental mempengaruhi keseimbangan zat kimiawi dalam tubuh," tegas Dr. Frey. Menurut ahli biokimia ini, kebudayaan yang tidak membenarkan seorang pria mencucurkan air mata -- seperti terdapat di Amerika -- sangat tidak menguntungkan bagi kesehatan laki-laki itu. Mengandung Lisozime Penelitian mendalam terhadap hubungan biokimiawi dengan emosi manusia sudah sering dilakukan melalui analisa cairan darah dan air seni. Tapi menurut Dr. Frey, komposisi kedua cairan ini sangat kompleks dan mengandung zat dari berbagai organ dan kondisi dalam tubuh. Menurutnya, air mata lebih memungkinkan orang untuk mempelajari hubungan biokimiawi dengan emosi itu. Kenyataan bahwa komposisi kimiawi air mata akibat iritasi berbeda dengan komposisi air mata akibat emosi pertama kali diungkapkan oleh Robert Brunish di tahun 1957. Ahli kimia bangsa Amerika ini menemukan konsentrasi protein yang lebih rendah dalam air mata akibat iritasi. Kemajuan teknologi menghasilkan peralatan pengamat dan pengukur yang lebih peka. Ini disertai pengetahuan lebih mendalam tentang pengaruh zat kimia terhadap emosi, menyebabkan Dr. Frey yakin dapat menemukan unsur yang membedakan antara air mata gembira, tawa, cemas, depresi, duka dan marah. Menangis sebetulnya suatu proses yang selalu berlangsung, sebagai cara alamiah untuk membasahkan dan membersihkan bola mata. Cairan mata ini dihasilkan oleh kelenjar lakrimal, yang terletak di sudut luar atas rongga mata. Cairan ini mengalir melalui permukaan bola mata dan kemudian ke dalam saluran nasal. Bila terangsang oleh emosi atau iritasi, kelenjar ini menghasilkan cairan yang berlebih, hingga air mata tidak tertampung oleh saluran normal, lantas ia tercurah dari sudut mata. Berbagai sebab yang bisa merangsang kelenjar lakrimal itu. Bisa karena emosi seperti duka, marah dan haru misalnya. Juga bisa karena iritasi oleh debu, hawa dingin atau angin kencang. Dan mungkin air mata bercucuran pula, misalnya, waktu mengupas bawang. Cairan mata itu ternyata mengandung garam kimiawi yang sama komposisinya dengan yang terkandung dalam cairan plasma darah, bahkan dengan konsentrasi yang sama pula. Juga terdapat sejumlah protein, meskipun kurang dari 1%, berbeda dengan darah yang mengandung protein sampai 8%. Tapi protein dalam cairan mata mengandung lisozime, suatu asam amino yang mampu menghancurkan berbagai jenis bakteri. Hal ini sudah diketahui Sir Alexander Fleming, penemu penisilin. Jadi peranan antiseptis cairan mata memang jelas -- juga jelas peranannya sebagai pembasah bola mata. Tapi mengapa, pada ketika tertentu, cairan ini berkelebihan hingga tercurah dari sudut mata? Beberapa peneliti menduga karena di sini ada peranan air mata yang lain lagi. Tabung Kaca Dugaan ini juga didasarkan teori selular, yang menyatakan bahwa sel itu bukanlah suatu unsur yang selalu tetap komposisi, fungsi dan bentuknya, tapi berubah menurut kondisi tertentu. Ini menjelaskan mengapa terjadi pertukaran zat kimiawi yang berbeda pada saat yang berbeda. Teori ini sekarang mendasari penelitian mutakhir terhadap penyakit jiwa. Sekarang Dr. Frey melakukan penelitiannya dengan sejumlah sukarelawan. Ia bangkitkan rasa sedih mereka melalui pertunjukan film yang mengharukan. Bagi tahap penelitian selanjutnya, ia harus menggunakan cara lain untuk mengumpulkan air mata akibat kondisi emosional dan psikologis lainnya. Dr. Frey bermaksud membahas penelitiannya itu dalam majalah American Journal of Opththalmology kelak. Suatu cara baru untuk mengumpulkan air mata dikembangkan pula oleh sejumlah peneliti dari College of Physicians and Surgeons di Columbia University. Mereka meneliti kemungkinan melakukan diagnosa berbagai penyakit melalui analisa air mata. Teknik ini, menurut mereka, tidak menimbulkan nyeri seperti halnya cara sekarang yang menggunakan potongan kertas filter. Mereka mempergunakan tabung kaca yang amat halus. Kini kaum wanita makin banyak bekerja sebagai buruh pegawai atau pemberi jasa. Hal ini, menurut Dr. Frey, membuka kemungkinan bagi mereka merljadi peka terhadap berbagai penyakit akibat ketegangan bekerja. Bila wanita itu mempertahankan kebiasaan mereka untuk mudah mencucurkan air mata, demikian pendapatnya, mereka bisa terhindar dari risiko kepekaan semacam itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus