MASIH ada orang yang percaya akan keampuhan air mata duyung,
Ternyata makhluk itu tidak mencucurkan air mata. Buaya juga
tidak. Bahwa beredar luas pameo tentang air mata buaya, itu
hanya pertanda seseorang berpura-pura sedih. Tapi makhluk yang
diketahui menangis adalah manusia, gajah India dan penyu laut di
kala bertelur. Dan agaknya hanya manusialah yang melimpahkan air
mata karena rangsangan emosi dan iritasi.
Seorang ahli biokimia, William Frey baru-baru ini mengutarakan
suatu teori tentang gejala menangis itu. Dr. Frey dari Jurusan
Psikiatri, Pusat Medis St. Paul-Ramsey di Minnesota, AS,
berpendapat bahwa air mata berperanan melarutkan zat kimia
tertentu dari dalam tubuh. Zat ini yang bangkit akibat kondisi
tegang, bila tidak larut melalui cairan tubuh, bisa menyebabkan
berbagai penyakit seperti luka lambung.
"Sekarang sudah diketahui bahwa ketegangan mental mempengaruhi
keseimbangan zat kimiawi dalam tubuh," tegas Dr. Frey. Menurut
ahli biokimia ini, kebudayaan yang tidak membenarkan seorang
pria mencucurkan air mata -- seperti terdapat di Amerika --
sangat tidak menguntungkan bagi kesehatan laki-laki itu.
Mengandung Lisozime
Penelitian mendalam terhadap hubungan biokimiawi dengan emosi
manusia sudah sering dilakukan melalui analisa cairan darah dan
air seni. Tapi menurut Dr. Frey, komposisi kedua cairan ini
sangat kompleks dan mengandung zat dari berbagai organ dan
kondisi dalam tubuh. Menurutnya, air mata lebih memungkinkan
orang untuk mempelajari hubungan biokimiawi dengan emosi itu.
Kenyataan bahwa komposisi kimiawi air mata akibat iritasi
berbeda dengan komposisi air mata akibat emosi pertama kali
diungkapkan oleh Robert Brunish di tahun 1957. Ahli kimia bangsa
Amerika ini menemukan konsentrasi protein yang lebih rendah
dalam air mata akibat iritasi.
Kemajuan teknologi menghasilkan peralatan pengamat dan pengukur
yang lebih peka. Ini disertai pengetahuan lebih mendalam tentang
pengaruh zat kimia terhadap emosi, menyebabkan Dr. Frey yakin
dapat menemukan unsur yang membedakan antara air mata gembira,
tawa, cemas, depresi, duka dan marah.
Menangis sebetulnya suatu proses yang selalu berlangsung,
sebagai cara alamiah untuk membasahkan dan membersihkan bola
mata. Cairan mata ini dihasilkan oleh kelenjar lakrimal, yang
terletak di sudut luar atas rongga mata.
Cairan ini mengalir melalui permukaan bola mata dan kemudian ke
dalam saluran nasal. Bila terangsang oleh emosi atau iritasi,
kelenjar ini menghasilkan cairan yang berlebih, hingga air mata
tidak tertampung oleh saluran normal, lantas ia tercurah dari
sudut mata.
Berbagai sebab yang bisa merangsang kelenjar lakrimal itu. Bisa
karena emosi seperti duka, marah dan haru misalnya. Juga bisa
karena iritasi oleh debu, hawa dingin atau angin kencang. Dan
mungkin air mata bercucuran pula, misalnya, waktu mengupas
bawang.
Cairan mata itu ternyata mengandung garam kimiawi yang sama
komposisinya dengan yang terkandung dalam cairan plasma darah,
bahkan dengan konsentrasi yang sama pula. Juga terdapat sejumlah
protein, meskipun kurang dari 1%, berbeda dengan darah yang
mengandung protein sampai 8%.
Tapi protein dalam cairan mata mengandung lisozime, suatu asam
amino yang mampu menghancurkan berbagai jenis bakteri. Hal ini
sudah diketahui Sir Alexander Fleming, penemu penisilin.
Jadi peranan antiseptis cairan mata memang jelas -- juga jelas
peranannya sebagai pembasah bola mata. Tapi mengapa, pada ketika
tertentu, cairan ini berkelebihan hingga tercurah dari sudut
mata? Beberapa peneliti menduga karena di sini ada peranan air
mata yang lain lagi.
Tabung Kaca
Dugaan ini juga didasarkan teori selular, yang menyatakan bahwa
sel itu bukanlah suatu unsur yang selalu tetap komposisi, fungsi
dan bentuknya, tapi berubah menurut kondisi tertentu. Ini
menjelaskan mengapa terjadi pertukaran zat kimiawi yang berbeda
pada saat yang berbeda. Teori ini sekarang mendasari penelitian
mutakhir terhadap penyakit jiwa.
Sekarang Dr. Frey melakukan penelitiannya dengan sejumlah
sukarelawan. Ia bangkitkan rasa sedih mereka melalui pertunjukan
film yang mengharukan. Bagi tahap penelitian selanjutnya, ia
harus menggunakan cara lain untuk mengumpulkan air mata akibat
kondisi emosional dan psikologis lainnya. Dr. Frey bermaksud
membahas penelitiannya itu dalam majalah American Journal of
Opththalmology kelak.
Suatu cara baru untuk mengumpulkan air mata dikembangkan pula
oleh sejumlah peneliti dari College of Physicians and Surgeons
di Columbia University. Mereka meneliti kemungkinan melakukan
diagnosa berbagai penyakit melalui analisa air mata. Teknik ini,
menurut mereka, tidak menimbulkan nyeri seperti halnya cara
sekarang yang menggunakan potongan kertas filter. Mereka
mempergunakan tabung kaca yang amat halus.
Kini kaum wanita makin banyak bekerja sebagai buruh pegawai
atau pemberi jasa. Hal ini, menurut Dr. Frey, membuka
kemungkinan bagi mereka merljadi peka terhadap berbagai penyakit
akibat ketegangan bekerja. Bila wanita itu mempertahankan
kebiasaan mereka untuk mudah mencucurkan air mata, demikian
pendapatnya, mereka bisa terhindar dari risiko kepekaan semacam
itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini