Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pelarian, Gaya Surakarta

Penjara kebobolan, 9 napi lepas, 3 tertangkap kembali. umar yang jadi biang keladi belum tertangkap menurut pejabat penjara, semua itu karena kelalaian petugas.

29 Maret 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PADA ronda terakhir, jam 4 pagi, tak terlihat gelagat yang mencurigakan. Tapi belum sejam kemudian, dari seorang yang berolahraga pagi di luar tembok, petugas keamanan menerima laporan: terlihat beberapa orang gugup di depan penjara, di Jalan Slamet Riyadi, lalu lari berpencaran. Baru setelah agak siang, Minggu 9 Maret, terjadi kehebohan. Petugas penjara bergerak. Mereka, dengan senapan terkokang, masih sempat menggertak puluhan narapidana dan tahanan yang sudah berkumpul di sebuah sudut tembok, agar segera kembali ke kamar masing-masing. Tak terjadi huru-hara. Tapi ternyata ada 9 orang penghuni yang absen. Mereka itu ialah Ujang Ashari (22 tahun), Bambang Drajad (23), Ibnu Suud (32), Slamet Widodo (26), Umar (31), Joko Bayan (28), Fuad (26), Dragon (27) dan Darjo (29). Semuanya bukan orang-orang baru dalam dunia kejahatan (alias residivis) di Sala dan sekitarnya. Ujang, misalnya, tercatat mempunyai 17 perkara berbagai kejahatan seperti pemerasan, pencurian dan perampokan. Terakhir, Desember lalu, ia tertembak ketika merampok di Kampungsewu. Petugas keamanan yang dinas pagi itu diusut siapa yang bertanggungjawab atas 9 orang yang lari itu. Hasilnya: "Okey, penilaian sementara, karena kelalaian petugas," kata Kepala LP (Lembaga Pemasyarakatan) Sala, Ajar Pamungkas. Yaitu, katanya lagi, pos penjagaan nomor 3 pagi itu memang dibiarkan kosong melompong. Nyatanya penghuni memang melarikan diri dengan melompati tembok dekat pos jaga yang kosong tersebut. Tanda-tanda kesengajaan petugas "bermain" melepaskan para pelarian, menurut Pamungkas, belum ada bukti. Soal lebih penting adalah mengubar yang kabur. Pengejaran sia-sia. Dua hari kemudian baru ada petunjuk. Kepolisian Klaten, 30 km dari Sala, mendapat laporan dari seorang penduduk Desa Gayamprit tentang dua orang tamu yang menginap di sana. Mulai jam 11 malam polisi bergerak. Jam 5 pagi keesokan harinya polisi menggerebek rumah D. Ada perlawanan, tapi tak berarti Ujang Ashari dan Bambang Drajad dapat diringkus. Hari itu juga, 12 Maret, dua buronan yang kuyu dan muka lebam tersebut sudah berada di kepolisian Sala. Lebih Hebat Dari Kasdut Dua hari berikutnya kepolisian Sragen, 25 km dari Sala, mendapat giliran. Seorang pelacur melaporkan: ada orang mabuk memaksanya "ngamar" sambil menyisipkan uang Rp 15 ribu ke kutangnya. Orang itu, katanya, berada di kamarnya dan ngomong yang tidak-tidak. "Saya lebih hebat dari Kusni Kasdut . . . dapat lolos dari LP . . . kalau polisi ke mari saya tembak!" Untuk bandit mabuk yang mengaku sehebat Kusni itu kepolisian cukup mengirim Sersan Munin untuk menelikungnya. Dengan bantuan penduduk Dragon tertangkap. Dari tiga orang yang tertangkap kembali itu, sementara diperoleh cerita. Mereka melemparkan kesalahan utama kepada seorang narapidana bernama Umar yang belum tertangkap. Ketika ronda terakhir 9 Maret itu, katanya, mereka sudah siap. Umar berhasil menggergaji jeruji kamarnya. Ia lolos dari kamar nomor 10. Lalu, entah bagaimana caranya, ia berhasil membuka gembok pengunci kamar nomor 11 dan 12. Jalan pertama bagi puluhan tahanan dan narapidana terbuka -- setiap kamar berisi sekitar 50 orang. Rombongan pertama, 9 orang, menyelinap ke kamar mandi. Di sana, menurut cerita ketiga orang yang telah tertangkap tadi, mereka membuat tali dari selimut. Selesai, mereka bersama menuju tembok dekat pos jaga nomor 3, yang sebelumnya diketahui tak berpenjaga. Seorang berjongkok dan yang lain naik ke punggung untuk mencapai tembok berketinggian 5-6 meter. Yang terakhir bisa dilanting dengan tali oleh temannya yang sudah berada di atas. Selanjutnya dengan mudah mereka turun dari tembok ke luar penjara. Berunding sebentar, lalu mereka lari berpencar. Ujang dan Drajad, misalnya, langsung mencegat dan naik bis jurusan Yogya dan turun di Klaten. Mereka, menurut polisi kemudian, merencanakan perampokan. Tapi Ujang, yang masih menanggung luka di pantatnya -- tertembak waktu merampok di Kampungsewu, perlu istirahat. Mereka bersembunyi di Gayamptit, 10 km dari Klaten, sampai tertangkap kembali. Dragon lain lagi. Begitu lolos ia menghimpun dana dari teman-temannya di luar. Dari "kolekte" tersebut di kantungnya ada sekitar Rp 24 ribu sebagai modalnya untuk beroperasi keluar kota. Dan dia terjebak di pelukan pelacur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus