Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tips Kesehatan

21 Desember 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kurangi Garam, Selamatlah Nyawa

Mengurangi konsumsi garam bisa mengurangi risiko terkena stroke dan serangan jantung. Di Inggris, misalnya, jika penduduknya bersedia mengurangi konsumsi garam dari sekitar 12 gram menjadi sekitar 3 gram per hari, diperkirakan lebih dari 52 ribu jiwa bisa diselamatkan setiap tahun.

Menulis di jurnal Hypertension, tim peneliti dari St. George's Hospital Medical School, London, mengungkapkan bahwa terlalu banyak memakan garam bisa menaikkan tekanan darah—faktor yang paling berisiko terhadap stroke dan serangan jantung. "Penelitian kami menunjukkan, semakin berkurang konsumsi garam, semakin berkurang tekanan darah," ujar Feng He, satu dari penulis makalah di jurnal itu.

Menurut tim peneliti, sedikit pengurangan konsumsi garam, sekitar 10 persen atau satu gram per hari saja, bisa menyelamatkan sekitar 6 ribu jiwa per tahun. Jika orang dewasa mengurangi konsumsi garam hingga 6 gram per hari—jumlah yang disarankan pemerintah setempat—lebih dari 35 ribu jiwa bisa diselamatkan per tahunnya. Jika pengurangan itu sampai 3 gram per hari, lebih dari 52 ribu nyawa bisa diselamatkan.

Kelompok kampanye yang terlibat dalam penelitian, Consensus Action on Salt and Health (CASH), mendesak industri makanan mengurangi kadar garam dalam produknya. Menurut mereka, ini cara termudah mengurangi konsumsi garam tanpa disadari penduduk Inggris. Maklum, sekitar 80 persen konsumsi garam berasal dari makanan olahan.

Juru bicara CASH, Graham MacGregor, mengatakan bahwa penurunan konsumsi garam harus secara maksimal sesuai dengan tuntutan kesehatan. Jadi, ukurannya bukan selera lidah konsumen atau keinginan produsen makanan. Target 6 gram per hari seperti dianjurkan Scientific Advisory Committee on Nutrition, komisi nasional Inggris yang menangani urusan gizi, masih bisa ditekan hingga 3 gram per hari. "Ini bisa mengurangi sepertiga kasus stroke dan seperempat kasus serangan jantung di Inggris," kata MacGregor.

Polusi Udara Lebih Merusak Jantung

Menghirup udara kotor dalam waktu lama bukan hanya membahayakan paru-paru dan organ pernapasan seperti diketahui awam selama ini. Yang lebih mengerikan, kebiasaan itu ternyata lebih sering menjadi penyebab kematian akibat kegagalan jantung.

Penelitian efek negatif polusi di kota-kota besar Amerika Serikat menemukan, sekitar 45,1 persen lebih kematian berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler. Hanya sekitar 8,2 persen yang berhubungan dengan penyakit pernapasan. "Polusi udara merangsang peradangan jantung dan meningkatkan penyakit aterosklerosis (pengerasan pembuluh nadi)," kata C. Arden Pope III, juru bicara tim peneliti dari Brigham Young University di Provo, Utah.

Temuan baru itu dimuat jurnal terbitan Asosiasi Jantung Amerika, Circulation, edisi 16 Desember. Kesimpulan penelitian diambil berdasarkan analisis data kematian menurut sebab-sebab khusus, setelah dikombinasikan dengan data polusi udara dari 116 kota di Amerika. Penelitian berlangsung selama 16 tahun, dari 1982 sampai 1998, dilakukan terhadap catatan kesehatan sekitar setengah juta warga kota.

Penelitian itu mengungkapkan, setiap peningkatan satu unit pengukur pencemar (polutan), risiko kematian akibat penyakit jantung meningkat 8 persen sampai 18 persen. Selama penelitian, sekitar 22,5 persen relawan yang diamati meninggal dunia. Sekitar 45 persen kasusnya disebabkan penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung, gagal jantung, atau berhentinya jantung secara tiba-tiba. Sedangkan kematian akibat penyakit pernapasan tak lebih dari 8 persennya.

Menurut penelitian itu, kebiasaan merokok memang lebih sering berhubungan dengan kematian akibat gagal jantung ketimbang kebiasaan menghirup udara yang tercemar. Ketika dua kebiasaan itu terjadi bersamaan, kemungkinan kegagalan jantung lebih besar. "Belum jelas bagaimana dua kebiasaan itu berhubungan. Yang pasti, keduanya bersifat komplementer," ujar Pope. n

Air Putih Kurangi Bobot Badan

Ini satu cara menurunkan berat badan yang murah dan gampang. Ilmuwan dari Jerman menyingkap rahasianya. Menurut mereka, cara menurunkan berat badan ternyata sederhana: perbanyaklah meminum air putih.

Sebuah penelitian di Charite University menyimpulkan, orang-orang yang meminum air putih sesuai dengan volume yang disarankan, sekitar dua liter per hari, mampu membakar kelebihan kalori dalam tubuhnya. Kelebihan kalori yang terbakar rata-rata 150 kalori per hari.

Ketua tim peneliti, Michael Boschmann, mengatakan bahwa konsumsi air menurut anjuran itu merangsang kinerja sistem saraf pengatur metabolisme tubuh. Proses selanjutnya, peningkatan metabolisme tubuh itulah yang bisa membakar kelebihan kalori.

Dalam laporan yang dimuat Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, tim peneliti mengingatkan, hanya orang yang meminum air putih yang bisa merasakan "efek pelangsingan" itu. Sebaliknya, orang yang terlalu banyak minum air berkarbonat dan minuman ringan lainnya malah bisa merasakan efek negatif yang tidak terduga.

Jajang Jamaludin (berbagai sumber)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus