Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tips Kesehatan

12 Oktober 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tidur Membuat Cerdas Daya ingat tak perlu selalu diasah dengan menghafal. Tidur nyenyak terbukti bisa memperbaikinya. Orang yang melupakan sesuatu di sore hari bisa mengingatnya lagi setelah tidur malam yang lelap. Sejumlah peneliti dari University of Chicago memaparkan temuan mereka dalam jurnal Nature. Mereka meminta sejumlah relawan mengingat kata-kata sederhana. Karena kesibukan, banyak relawan yang melupakan kata-kata itu di pengujung hari. Tapi, esok harinya, mereka yang bisa tidur malam dengan nyenyak ternyata mengingat lebih banyak kata. Proses uji cobanya begini. Sebanyak 12 relawan dilibatkan dalam permainan kata-kata khusus. Pada tahap awal, mereka punya kesempatan melihat versi tertulis kata-kata itu. Setelah itu, para relawan diminta mengidentifikasi kata-kata itu hanya dari versi audionya. Hasil tes mengungkapkan, di pengujung hari, kemampuan menyebut kembali kata-kata itu berkurang drastis. Tapi, setelah malamnya tidur lelap, ketika pagi harinya dites kembali, para relawan bisa menyebutkan kata-kata tersebut, padahal mereka sempat lupa di sore hari sebelumnya. "Tidur bisa memulihkan daya ingat dan melindunginya dari gangguan atau kerusakan yang berantai," kata Daniel Margoliash, salah satu ilmuwan yang terlibat dalam penelitian ini, "Jika kinerja otak berkurang, tidur secara aktif bisa memulihkan ingatan yang pernah hilang." Karim Nader, pakar dari Jurusan Psikologi McGill University, Montreal, mengatakan penelitian tentang daya ingat memang terus mengalami pergeseran. Kesimpulan mutakhir, mengingat mirip dengan proses menyimpan dan kembali menyimpan. "Tidur membantu mematangkan sejumlah memori. Pada saat yang sama, tidur membabat habis memori tak penting," ujar Nader. Si Kecil Rawan Bengek Hindarilah asma sejak ayunan hingga menjelang liang lahad. Sebuah studi selama 15 tahun menyimpulkan, anak-anak paling rawan terserang asma ringan. Penyakit sesak napas itu semakin serius seiring dengan perjalanan usia. Direktur Peneliti Firestone Institute, McMaster University, Malcolm Sears, memulai studinya pada seribu anak berusia sembilan tahun (kelahiran 1972-1973) di Dunedin, Selandia Baru. Bersama koleganya, Sears memeriksa anak-anak itu secara berkala. Sekitar 600 di antaranya masih dalam penelitian hingga usia 26 tahun. Lebih dari separuh anak yang diteliti dilaporkan pernah mengalami bengek. Satu dari empat anak itu mengalaminya hingga dewasa. Separuh dari yang menderita asma pernah sembuh. Tapi, sebelum mereka berusia 26 tahun, asmanya kembali kambuh. Hasil studi itu selengkapnya diterbitkan The New England Journal of Medicine edisi 9 Oktober 2003. "Asma ringan bisa sembuh. Asma yang serius tidak," ujar Sears, "Semakin dini serangan asma, semakin besar kemungkinannya untuk kambuh." Gerald Teague, Direktur Pediatric Pulmonology di Emory Children's Center, Atlanta, mengatakan, untuk mengurangi risiko itu, selain menghindari rokok, anak-anak harus menghindari pemicu alergi, terutama debu. "Debu merupakan pemicu alergi terpenting. Debu selalu erat dengan asma yang menahun," katanya. Kontrasepsi Hormon bagi Pria Penelitian terbaru dari Australia membuktikan bahwa kontrasepsi hormonal bisa dipakai laki-laki ataupun perempuan. Penelitian itu menyimpulkan, kombinasi hormon testosteron dan hormon progestin terbukti 100 persen efektif dalam mencegah kehamilan pada 55 pasangan yang diteliti. Dalam penelitian, para relawan pria diberi injeksi progestin setiap tiga bulan. Mereka juga menerima testosteron dengan cara bedah cangkok setiap empat bulan. Setelah perhitungan spermanya menyentuh nol, mereka kemudian diawasi selama satu tahun dan diizinkan berhubungan seperti biasa. Hasilnya, tidak ada satu pun pasangan perempuan mereka yang hamil. Padahal mereka tak memakai metode pengendalian kelahiran lain. Anggota tim peneliti, David J. Handelsman, menuturkan, pendekatan kombinasi dipakai setelah percobaan hormon testosteron—dengan pendekatan tunggal—tidak manjur. Uji coba hormon testosteron juga tidak praktis karena memerlukan penyuntikan rutin setiap minggu. Kombinasi hormon laki-laki bekerja seperti pil pengendali kelahiran yang ditelan perempuan. Pil memperdaya tubuh perempuan dengan mencegah pengaruh hormon tertentu, sehingga mencegah kehamilan. Kombinasi hormon laki-laki memperdaya tubuh seolah-olah menghasilkan testosteron yang cukup, sehingga mencegah produksi sperma. Kapan metode itu bisa menembus pasaran? "Masih perlu waktu," ujar Handelsman. Studi pada 55 orang laki-laki baru menunjukkan bahwa secara prinsip metode itu bisa berjalan dan tidak ada kehamilan dalam grup yang diteliti. "Untuk menguji keandalan dan keamanannya, masih perlu ribuan lelaki yang diuji," katanya. Jajang Jamaludin (dari berbagai sumber)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus