Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tips Kesehatan

21 September 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Diet Perpanjang Umur

Telah diketahui bahwa diet bisa menunjang tubuh yang sehat. Dan di laboratorium juga sudah terbukti bahwa diet rendah kalori menambah panjang umur binatang percobaan. Namun, kini ditemukan fakta baru bahwa diet rendah kalori yang dipertahankan secara konsisten hingga usia menengah mampu memperpanjang usia binatang dua kali dari umur normal.

Seperti dimuat dalam jurnal Science baru-baru ini, efek tersebut ditemukan dalam sebuah penelitian pada lalat buah di laboratorium University of College London, Inggris. Menurut para peneliti, efek serupa bisa juga terjadi pada mamalia dan manusia. Dalam penelitian itu terbukti bahwa lalat buah, yang siklus umurnya hanya 40 hari, bisa berumur sampai 90 hari—dua kali umur normal. Caranya dengan memperpanjang diet rendah kalori mereka dari 12 hari menjadi 22 hari, atau separuh dari usia normal lalat buah.

Menurut Linda Partridge dari University of College London, pesan dari eksperimen itu—jika ini berlaku juga untuk manusia—tidak ada kata terlambat untuk diet. "Pada saat seseorang melakukan diet, ia akan berada pada kondisi yang sama dengan seseorang yang sudah berdiet pada usia itu. Peluang untuk hidup sama," ia menjelaskan. Hal serupa sudah terbukti untuk kera, tikus, dan lalat buah. "Sulit untuk mengelak bahwa hal ini tak juga bekerja pada manusia."

Namun, menurut James R. Carey dari University of Carolina Davis di Amerika Serikat, meski penelitian itu bermakna penting, kesimpulan tentang efek diet semata belum bisa ditarik. Masalahnya, pada lalat buah—termasuk mamalia betina—diet kalori rendah membuat proses reproduksi mereka berhenti. "Umur panjang mereka karena proses keras yang makan banyak energi dalam reproduksi berhenti," tuturnya.

Musik Menghilangkan Sakit Melahirkan

Bertambah lagi bukti manfaat mendengarkan musik. Dua rumah sakit di Thailand—tak disebutkan di rumah sakit mana—berhasil membuktikan bahwa alunan musik bisa meringankan sakit karena kesusahan dan stres akibat proses persalinan; sebuah kondisi yang umum dialami oleh wanita hamil pada saat-saat menjelang kelahiran bayi. Temuan ini dimuat dalam majalah Pain Management Nursing.

Penelitian itu dilakukan terhadap dua kelompok ibu hamil, berusia 20_30 tahun, dan masing-masing untuk kelahiran anak pertama. Pada kelompok pertama, diberikan pilihan lima musik ringan yang disajikan selama tiga jam di rumah sakit sesaat setelah kontraksi persalinan terjadi. Sedangkan kelompok kedua sepenuhnya diperlakukan sesuai dengan standar rumah sakit, tak diberi penghilang rasa sakit karena efek negatif pada bayi.

Hasilnya, ibu-ibu pada kelompok pertama mengaku rasa sakit dan stres mereka berkurang dalam tiga jam pertama. Dan mereka tak mengalami rasa sakit seperti kelompok wanita kedua.

Metode Penghancur HIV Ditemukan

Peneliti dari Institut AIDS University of California Los Angeles (UCLA) telah menemukan teknik baru mengaktifkan dan mendorong sel virus HIV yang tidur di tempat tersembunyi di dalam tubuh. Temuan ini, yang dimuat dalam jurnal Immunity edisi September, memberikan harapan ditemukannya terapi yang tepat untuk membunuh virus HIV yang tersembunyi.

"Temuan kami menunjukkan peluang untuk menghilangkan virus HIV yang tersembunyi," kata Dr. Jerome Zack, peneliti utama dari UCLA AIDS Institute. "Jika berhasil, terdapat peluang bagi penderita HIV untuk menyetop terapi antivirus (retroviral) yang kerap membawa efek serius." Masalahnya, selama ini sel yang sehat tak bisa membunuh virus HIV karena tak bisa mendeteksinya. Dengan teknik baru ini, sel yang terinfeksi virus HIV bisa dieliminasi sebelum berkembang lebih jauh.

Sejauh ini diketahui virus HIV yang tidur menunggu partikel asing untuk bisa merusak sistem kekebalan tubuh. Jika proses ini terjadi, seketika virus HIV berbiak kembali. Proses pengobatan selama ini memang memberi efek berat pada sel-sel yang sehat. Dengan mengaktifkan sel-sel tidur, peluang sel sehat terluka menjadi lebih kecil.

Kasus Rabies Melanda Ambon

Korban rabies berjatuhan di Kota Ambon, Maluku. Tercatat sejak Agustus 2003, terjadi 500 kasus rabies, 10 di antara penderita meninggal. Korban rabies tak hanya akibat gigitan anjing. Dua kasus tercatat karena gigitan kucing. Gejala ini jelas mengkhawatirkan. Sebab, di Ambon, menurut data terbaru Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Ambon, terdapat 32 ribu ekor anjing. Jumlah kucing diperkirakan lebih banyak lagi.

Wali Kota Ambon, Jopie Papilaya, memerintahkan tindakan darurat untuk menangani wabah rabies itu. Ironisnya, di tengah ledakan kasus penyakit yang lazim disebut anjing gila itu, pemerintah daerah kekurangan vaksin. Upaya mencari vaksin ke Makassar, Sulawesi Selatan, hanya mendapat 100 vial. Diperkirakan Ambon membutuhkan setidaknya 32 ribu vial—setara dengan jumlah anjing di kota yang telah reda dilanda konflik berdarah itu.

Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan H. Latupeirissa, pemerintah daerah sudah mengeluarkan edaran agar pemilik anjing, kucing, dan kera merantai binatang peliharaannya atau memasukkan ke kandang. Bila diketahui binatang-binatang itu mengidap rabies, menurut dia, tak ada cara lain kecuali dibunuh. "Karena diberi vaksin juga tak akan menolong," ia menegaskan.

Arif A. Kuswardono (dari berbagai sumber)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum