Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Permak Rupa, Permak Aura

21 September 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARI Cina, dari masa berabad-abad silam, lahirlah satu ujaran lama perihal kerupawanan manusia: kecantikan hanyalah setipis kulit ari. Tzu-Hsi—kaisar wanita dari dinasti Qing yang masyhur oleh kecantikan, serta Joan Chen, aktris jelita nan sohor kelahiran Shanghai, adalah dua dari jutaan wanita di atas jagat yang meyakini pepatah itu. Tapi kecantikan bisa pula dilihat sebagai elemen yang jauh melampaui sel-sel kulit—setidaknya ini cara pandang Haji Djeje Hidayatullah, 59 tahun. Mengklaim dirinya sebagai maestro kecantikan internasional, begini kata Djeje kepada TEMPO sekali waktu: "Aura harus dibuka agar kecantikan terpancar dari dalam tubuh."

Membuka aura memang salah satu keahlian Djeje. Tak main-main dengan usaha ini, dia menerbitkan tabloid Cantik di bawah naungan Djeje Enterprise. Di sejumlah halaman tabloid, Djeje memaparkan aneka hasil karyanya lengkap dengan foto. Di halaman belakang Cantik, di pojok kanan atas, dia mencantumkan gelar profesor doktor—yang dia peroleh dari Jakarta Institute of Management Studies (JIMS).

Di klinik kecantikannya di bilangan Manggarai, Jakarta Selatan, TEMPO menyaksikan bagaimana profesor manajemen ini "me-manage" cacat-cela di wajah pasiennya. Mula-mula Pak Haji—begitu dia biasa disebut—mengusap muka pasien yang penuh noda hitam bekas jerawat. Lalu krim putih kekuningan dia oleskan ke seluruh kulit wajah. Sejenak berlalu. Pasien diminta duduk menatap cermin. "Lihat, sudah terjadi perubahan. Auranya keluar," kata Djeje sembari tersenyum.

Entah apa persisnya perubahan tersebut karena wajah si pasien masih tertutup krim ramuan. Selain memoles wajah, Djeje mengaku piawai memermak wajah dan tubuh. Modelnya adalah dirinya sendiri. Dia terus bereksperimen mengubah bentuk dagu, hidung, bibir, atau kelopak matanya. Hasilnya tampak nyata dalam foto Djeje saat berumur 30, 40, 50, yang tercantum dalam brosur-brosur di ruang prakteknya.

Hidungnya kini lebih bangir ketimbang 20 tahun silam. Dagunya dilengkapi belahan seperti Elvis Presley. Konon, dia juga mahir menurunkan dan menaikkan berat badan serta mengobati aneka penyakit kulit. Layanan khusus untuk keperluan pribadi para wanita pun tersedia—urusan ini menjadi tanggung jawab Euis Amalia, istrinya.

Segenap keahlian ini, menurut Djeje, adalah hasil dia berguru pada Muhammad Matpaing, ayahnya, seorang ahli pengobatan tradisional di daerah asalnya. Sejauh ini belum ada uji ilmiah untuk mengukur khasiat ramuan serta kesahihan metode Pak Haji. Seluk-beluk isi ramuan yang dia gunakan pun tetap menjadi "rahasia perusahaan".

Tapi satu hal, Djeje telah mendapat tempat di hati publik yang gandrung kecantikan lahiriah. Ongkos permak di sana Rp 3 juta (untuk membuat hidung bangir) sampai Rp 6 juta (untuk perawatan aura). Toh pelanggan tetap antre, seperti yang disaksikan TEMPO saat berkunjung ke sana pekan lalu.

Siapa saja mereka? Merentang dari orang biasa, artis, pengusaha, hingga istri para pejabat. Tabloid Cantik milik Djeje, edisi 22 September 2003, memajang foto penyanyi dangdut Annisa Bahar. Di situ ditulis, dari pemilik klinik di Manggarai itu, Anissa menuai kecantikan sekaligus pengetahuan di bidang entertainment. Eh, pengakuan Anissa malah sebaliknya. "Takut mencobanya," ujarnya kepada Listi Fitria dari Tempo News Room.

Foto artis dangdut lainnya, Ratna Listy, juga dipajang di dinding ruang tamu klinik tersebut sebagai salah satu pelanggan. Namun kepada TEMPO Ratna mengaku kecantikannya dia peroleh dari olahraga dan minum jamu. Bagaimana Djeje menebarkan kecantikan ini kepada para pasiennya?

Sejatinya, amat sederhana. Untuk membuat hidung bangir, misalnya, Djeje hanya perlu menjepitkan jepit rambut yang dibalut perban di hidung si pasien. Lalu, dengan tangannya, Djeje akan membentuk hidung menurut kemauan. Sekitar dua menit kemudian, jepitan dilepas dan Djeje akan mengoleskan cairan ramuan rahasia. Kadang kala, cairan disuntikkan ke hidung pasien. Ajaib! Lima menit berikutnya, jadilah hidung lebih mancung dari sebelumnya. Tak perlu operasi, tak perlu pisau bedah. "Ini yang saya sukai dari berobat di sini, enggak ribet," kata Ellen, bukan nama sebenarnya, 32 tahun, yang hidungnya pernah dibentuk oleh Djeje.

Ada satu catatan dari Ellen. "Saya kok merasa, pasien Pak Haji hasilnya mirip-mirip." Mungkin lantaran tak ada standar baku seperti halnya di dunia medis. Karena itu, ukuran pemancungan hidung, pelebaran kelopak mata, pemanjangan dagu, contohnya, sepenuhnya terserah selera Djeje.

Walhasil, jadilah hasilnya sedikit banyak ada kemiripan.

Mardiyah Chamim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus