Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tips Kesehatan

10 Oktober 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANDA sering terserang diare? Cobalah minum susu asam atau yang biasa disebut yoghurt. Hanya dengan delapan ons yoghurt vanili per hari, Anda bisa mengurangi risiko diare. Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ripudaman S. Beniwal dan koleganya di University of Pittsburgh Medical Center-McKeesport Hospital di Pennsylvania. Hasil itu diumumkannya pada pertemuan ilmiah tahunan ke-64 American College of Gastroenterology, dan dilaporkan oleh kantor berita Reuters.

Beniwal dan kawan-kawan meneliti 105 pasien yang diberi yoghurt pada waktu makan siang dan malam selama delapan hari, dan 97 pasien yang tidak mendapatkannya. Usia responden rata-rata 70 tahun, dan 43 persen di antaranya pria. Beniwal mendefinisikan diare sebagai aktivitas buang air besar lebih dari dua kali dalam sehari.

Hasil penelitian menunjukkan, 12 persen pasien yang diberi yoghurt tetap menderita diare. Sebaliknya, 24 persen pasien yang tidak mendapat asupan minuman yang sama mengalami diare. Pasien yang meminum yoghurt juga dilaporkan lebih sedikit buang air besar. Beniwal menambahkan, terapi dengan susu asam lebih baik ketimbang menggunakan antibiotik. Alasannya, lebih murah dan tidak menyebabkan radang pada usus besar.


Mitos Keliru tentang Kanker

KANKER memang merupakan salah satu penyakit berbahaya. Tapi—tak seperti anggapan banyak orang—bukan berarti penyakit ini menular dengan gampang atau bahkan tidak bisa disembuhkan. Percaya atau tidak, mitos menyesatkan semacam itu ternyata banyak dipercaya publik Inggris, yang prevalensi kankernya cukup tinggi. Karena itu, sebuah lembaga riset kanker pun sampai merasa perlu meluruskan berbagai mitos keliru tentang kanker yang membuat orang terjebak pada fobia mengada-ada dan tidak berguna.

Survei yang dilakukan Cancer Research Campaign, Inggris, membuktikan lebih dari setengah responden pria di Inggris dan 30 persen wanita punya pemahaman yang salah kaprah mengenai kanker. Kesalahkaprahan itu menghinggapi satu di antara tiga orang, yang mengira perceraian atau putus hubungan cinta dapat menyebabkan kanker.

Lebih dari 40 persen dari 1.000 orang responden yang ditanya pun punya persepsi salah tentang pria yang disunat. Mereka menganggap pria yang disunat atau wanita yang dioperasi payudaranya akan membuat mereka terkena serangan kanker. Selain itu, lebih dari setengah responden juga menyangka, tinggal di bawah kabel jaringan listrik akan meningkatkan risiko kanker.

Profesor Gordon McVie, Direktur Umum Cancer Research Campaign, mengatakan, "Banyaknya mitos tentang kanker sangat mengkhawatirkan, mengingat ketika kita sedang menjelang fajar milenium baru, masih ada orang yang berada pada zaman kegelapan."

Mitos salah kaprah tentang kanker bisa dirunut jauh ke belakang, pada masa ketika masih banyak orang takut mengunjungi penderita kanker di rumah sakit. "Kita perlu menghapus mitos ini dan mengabarkan fakta sesungguhnya tentang kanker," ujar profesor McVie kepada Reuters.


Tahu Baik bagi Jantung

INI kabar baik untuk mereka yang suka mengonsumsi makanan dari kedelai. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika (FDA) kini memberi lampu hijau bagi produk-produk yang mengandung protein kedelai, misalnya kecap, untuk dipromosikan sebagai makanan bermanfaat bagi jantung.

Makanan yang sedikitnya mengandung 6,25 gram protein kedelai pada setiap takaran pemakaian—atau seperempat dari jumlah yang dianjurkan, sebesar 25 gram per hari—diperbolehkan menyertakan informasi bahwa kedelai dapat mengurangi risiko jantung koroner pada labelnya.

Menurut pernyataan yang dikeluarkan FDA pekan lalu, rekomendasi itu berdasarkan bukti bahwa sejumlah kecil protein kedelai dalam lemak jenuh dan kolesterol kemungkinan besar berperan dalam meminimalisasi risiko serangan jantung. Rekomendasi itu juga diberikan kepada sejumlah produk makanan seperti minuman dari kedelai (misalnya susu kedelai), tahu, saus kedelai pengganti saus daging, dan beberapa makanan olahan yang dibakar lainnya.

"Karena protein kedelai dapat ditambahkan ke pelbagai jenis makanan, konsumen mungkin saja mengonsumsi makanan mengandung bahan tersebut pada tiga kali kesempatan makan," kata salah seorang pejabat FDA kepada Reuters.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum