Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Tips Melatih Anak Berpuasa dari Psikolog

Sejumlah langkah perlu dilakukan untuk melatih anak mulai berpuasa, di antaranya dengan memberikan pemahaman terkait makna puasa Ramadan.

8 Maret 2024 | 20.22 WIB

Ilustrasi anak-anak menunggu berbuka puasa di Jakarta, Selasa 14 April 2020. TEMPO/Subekti.
Perbesar
Ilustrasi anak-anak menunggu berbuka puasa di Jakarta, Selasa 14 April 2020. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog dari Universitas Gadjah Mada, Novi Poespita Candra, menyebut langkah yang perlu dilakukan untuk melatih anak mulai berpuasa, di antaranya dengan memberikan pemahaman terkait makna puasa Ramadan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Cara mempersiapkan anak berpuasa adalah dengan mendiskusikan terlebih dulu dengan anak mengapa puasa itu harus dilakukan. Pemahaman pada anak akan terjadi bukan dengan menasihati atau mendoktrin," kata Novi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ia menjelaskan anak perlu diberikan pemahaman terkait makna puasa berikut keutamaan serta manfaat jika melakukan puasa, termasuk beberapa manfaat seperti kesehatan, mengendalikan diri, dan lainnya. Selain itu, anak diarahkan ke kesadaran bahwa momentum puasa Ramadan juga bermanfaat bagi orang lain, misalnya belajar melakukan kebaikan-kebaikan sederhana dengan bersedekah.

Kemudian, orang tua diimbau untuk membuka dialog dengan anak untuk membahas kesepakatan apakah mereka ingin mencoba puasa bersama hingga kesepakatan terkait waktu berpuasa, apakah penuh, setengah hari, atau yang lainnya.

"Ketika kesepakatan sudah terjalin, buat semacam perayaan sederhana dalam menyambut Ramadan agar anak-anak merasa bahwa ini adalah momentum yang menantang untuk dicoba," ujarnya.

Latih secara bertahap
Novi juga mengatakan orang tua dapat meminta pendapat atau kesan-kesan setelah anak berpuasa. Menurutnya, anak yang baru belajar berpuasa diberikan ruang untuk merefleksikan pengalaman, misalnya dengan menanyakan kapan waktu terberat bagi mereka, bagaimana bisa melalui, apa yang dirasakan, dan apakah ada hal luar biasa yang terjadi.

"Dari situ mereka akan merasa bahwa berpuasa memberi makna bukan hanya pada dirinya, juga orang lain," ujarnya.

Ia menambahkan orang tua juga disarankan untuk melatih anak puasa secara bertahap sesuai kemampuan masing-masing agar kesehatannya tetap terjaga. "Sebenarnya ada kaidah agamanya bahwa yang berpuasa penuh adalah yang akil baligh. Bagi anak-anak sifatnya belum wajib karena sedang belajar, apalagi kondisi kesehatannya sangat membutuhkan asupan air dan lain-lain," jelasnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus