Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dokter hewan Lucky Diba G. membagi tips memilih hewan kurban, baik sapi maupun kambing, yang sehat, mulai dari pemeriksaan sebelum hingga setelah pemotongan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Lakukan pemeriksaan antemortem atau sebelum pemotongan. Tujuannya agar dapat memastikan hewan dalam keadaan cukup istirahat, menghindari pemotongan hewan yang sakit (penyakit menular dan zoonosis), dan sebagai bahan informasi untuk keperluan pemeriksaan postmortem,” kata lulusan Universitas Airlangga itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat melakukan pemeriksaan antemortem, ada sejumlah hal yang harus dilakukan terhadap hewan kurban yang ingin dibeli. Pertama, periksa hewan dalam posisi berdiri dan bergerak untuk memudahkan pemeriksaan gerakan serta keaktifan hewan.
Kedua, perhatikan jenis kelamin, umur, keadaan abnormal, tanda-tanda penyakit atau patognomonis, sikap, tingkah laku, dan kebersihan hewan untuk meminimalisasi risiko penyakit yang mungkin terdapat pada hewan kurban. Ketiga, amati hewan dari sisi kanan, kiri, depan, dan belakang.
Lakukan juga pemeriksaan gigi, kuku, bulu, lubang tubuh, dan mata serta cobalah memberikan pakan pada hewan untuk mengetahui nafsu makan dan respons saat menelan. Setelah memeriksa kondisi hewan kurban, ketahui juga beberapa ciri hewan tersebut sehat dan layak untuk dijadikan kurban.
“Cirinya, kepala tegak dan sigap, tidak menunduk, matanya bening bersinar, hidung basah memperlihatkan bahwa terhidrasi dengan baik dan tidak meludah atau berliur berlebihan,” kata dokter di Klinik SmileVet Jakarta itu.
Pastikan aman dikonsumsi
Selanjutnya, ciri hewan kurban yang sehat adalah kotoran memiliki konsistensi yang baik dan tidak ada darah, urine berwarna kuning jerami, tidak menampakkan masalah saat bergerak, serta bernapas normal dan tidak bersuara. Jangan lupa untuk memastikan hewan kurban dalam keadaan sehat jika dapat berinteraksi dan beraktivitas dengan baik di lingkungan.
Pastikan juga hewan memiliki gusi berwarna merah dan mukosa yang sehat (tidak ada sariawan), tidak suka bersuara berlebih, kejang, melengkungkan punggung, tidak ada tanda kesakitan, abses, luka, memar, patah tulang, serta tidak ada tanda stres karena kepanasan maupun kedinginan.
“Setelah itu, lakukan pemeriksaan postmortem atau setelah pemotongan hewan. Tujuannya untuk mendeteksi dan mengeliminasi kelainan pada karkas, daging, serta jeroan hewan,” jelas Lucky.
Pemeriksaan postmortem juga dilakukan untuk memastikan apakah daging kurban aman dan layak dikonsumsi. Selain itu, pemeriksaan ini dilakukan untuk menjamin pemotongan daging telah sesuai aturan Islam (halal) dan higienis, serta memeriksa kualitas karkas, daging, dan jeroan pada hewan kurban.
“Prinsip pemeriksaan postmortem sendiri adalah dengan pengamatan visual, perabaan, dan juga sayatan,” tutur Lucky.