Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sofyan mengaku hanya bisa tidur malam tak lebih dari empat jam sehari. Insomnia yang menyerang selama tiga tahun terakhir membuatnya baru bisa terlelap di atas pukul 02.00. Lalu dia mesti bangun pada pukul 06.00 karena harus segera berangkat ke kantor. Bisa ditebak, sepanjang siang, pria 34 tahun ini kerap mengantuk dan gampang capek. "Pingin tidur lagi, tapi kan harus kerja?" ujar warga Bekasi ini, Rabu pekan lalu.
Sofyan mesti hati-hati. Pola bobok semacam itu bisa mempengaruhi kesehatan jantungnya. Sebuah studi di Korea Selatan yang dirilis 10 September lalu menunjukkan tidur selama kurang dari 7 jam bisa menimbulkan risiko penyakit jantung. Lelap hanya 5 jam masuk kelompok rentan.
Penelitian yang digelar Rumah Sakit Kangbuk Samsung, Universitas Sungkyunkwan (Seoul), tersebut mencari kaitan lamanya tidur dengan risiko awal serangan jantung. Penelitian itu melibatkan 47 ribu peserta pria-wanita muda dan dewasa. Para peneliti meminta mereka mengisi kuesioner tentang kebiasaan tidur. Setelah itu, sebanyak 29 ribu peserta diukur kadar kalsiumnya, sementara 18 ribu sisanya dilihat kekakuan arterinya-pembuluh darah yang bertugas membawa darah beroksigen dari jantung ke semua organ tubuh.
Hasil kuesioner menunjukkan lama rata-rata tidur responden adalah 6,4 jam per malam. Sebanyak 84 persen menyatakan mutu tidurnya oke. Peneliti kemudian berfokus pada dua grup: kelompok "tidur singkat", yakni yang hanya tidur kurang dari 5 jam per malam, dan kelompok "tidur lama" (9 jam atau lebih).
Hasilnya, kelompok pertama memiliki 50 persen lebih banyak kalsium di arteri koroner daripada mereka yang tidur selama 7 jam. Sedangkan yang tidur 9 jam atau lebih hasilnya lebih buruk, karena timbunan kalsiumnya 70 persen lebih banyak daripada "kelompok 7 jam".
Kualitas tidur juga mempengaruhi. Mereka yang mutu tidurnya buruk menyimpan penumpukan kalsium di pembuluh darah 20 persen lebih banyak dibanding yang tidur enak. Semakin tinggi angka kalsium, risiko terkena serangan jantung di masa depan semakin meningkat. Sedangkan hasil kesehatan jantung terbaik diperoleh pada orang dewasa yang tidur rata-rata 7 jam semalam dengan kualitas tidur yang baik.
Dokter spesialis jantung Santoso Karo Karo mengatakan, pada mereka yang kurang tidur, elastisitas arterinya terganggu. Semakin kaku arteri, relaksasi tekanan darahnya akan berkurang. Akibatnya, fungsi diastolik terganggu. Diastolik adalah kemampuan salah satu bagian jantung untuk bersantai dan mengisikan darah sebelum berkontraksi dan memompanya ke tubuh. Ujung dari semua situasi ini adalah tekanan pada jantung meningkat. "Sehingga jantung lebih capek," kata ahli jantung Universitas Indonesia itu.
Bagaimana dengan yang kebanyakan tidur? Menurut praktisi kesehatan tidur, Dr Andreas Prasadja, RPSGT, banyak orang yang sudah tidur lama tapi masih tetap mengantuk. Salah satu penyebabnya, mereka mengalami sleep apnea atau henti napas ketika tidur.
Saat tidur mengorok, kata Andreas, kadang suara dengkuran tiba-tiba hilang dan orang yang mengalaminya seperti tersedak. Ini menandakan tak ada udara yang lewat dalam saluran pernapasan. Secara refleks, dia akan terbangun singkat mengambil napas.
Meski cuma sebentar, kejadian itu akan mengganggu kualitas tidur jika terjadi sepanjang malam. "Bangun jadi?enggak?segar," ujar dokter yang berpraktek di Sleep Disorder Clinic Rumah Sakit Mitra Kemayoran ini. Jika terus berlanjut, itu bahkan lebih berbahaya untuk kesehatan jantung ketimbang kolesterol tinggi, kebiasaan merokok, dan obesitas.
Jadi, untuk menjaga jantung tetap sehat, salah satu ikhtiarnya sederhana saja: usahakan tidur selama tujuh jam dengan lelap. Beres.
Nur Alfiyah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo