HARI demi hari dilalui begitu lama dan menegangkan. Sudah 2,5 bulan Suparti - bukan nama sebenarnya - terisolasi di sebuah ruangan khusus di Rumah Sakit Bojonegoro, Jawa Timur. Ibu muda berusia 18 tahun itu kini sedang menunggu detik-detik kelahiran anaknya yang pertama. Kelahiran bayi itu menjadi istimewa karena baru pertama kali ini seorang wanita yang mengidap virus HIV (human immunodeficiency virus) melahirkan di negeri ini. Suparti diketahui mengantongi virus HIV, penyebab penyakit AIDS (acquired immune deficiency syndrome), sejak Oktober tahun lalu. Dan saat itu pula ketahuan bahwa wanita ini sedang hamil muda. Terbongkarnya Suparti positif HIV itu berkat kerja Tim Penanggulangan AIDS Jawa Timur ketika melakukan tes darah terhadap penghuni kompleks pelacuran Bangunrejo, Surabaya. Berdasarkan hasil itu, Suparti kemudian dipulangkan ke desanya, dekat Bojonegoro, awal Januari lalu. Rupanya, Suparti tidak betah. Sebulan kemudian dia menghilang dari desanya. Tentu saja aparat di Bojonegoro dibuatnya panik. Ternyata, setelah dilacak, wanita ini kembali menggeluti profesi sebagai pelacur di Bangunrejo. Setelah terjaring lagi, Suparti kemudian ditempatkan di puskesmas di desanya dan mendapat modal untuk berjualan pecel lontong. Ternyata kehadiran Suparti mengusik ketenangan masyarakat setempat. Warga yang mengerti bahwa Suparti membawa bencana berupa penyakit AIDS buru-buru menyingkir. Bahkan tempat tinggal Suparti yang terbuat dari tripleks ditimpuki batu. Akhirnya, agar calon ibu muda ini aman, dia diungsikan di salah satu bilik Rumah Sakit Bojonegoro. Setiap hari anak bungsu dari tiga bersaudara keluarga petani ini dijaga oleh perawat dan familinya. Perjalanan Suparti mengidap virus HIV tampak cukup panjang. Gadis lulusan SD ini termasuk kembang desa di daerahnya. Ketika masih berusia 16 tahun, Suparti merantau ke Surabaya. Semula menjadi pembantu rumah tangga, tapi entah bagaimana ia kemudian terjerumus masuk kompleks pelacuran Bangunrejo, Surabaya. Semua itu menjadi kenangan kelabu. Yang jelas, kini wanita bertubuh mungil ini hanya tergolek di tempat tidur dan tak boleh diganggu. "Secara psikologis, dia belum siap," kata Direktur Rumah Sakit Bojonegoro, Pujo Guntoro. Selama ini Suparti berada di bawah pengawasan khusus tim medis rumah sakit itu. "Untuk menolong kelahiran bayinya, tim medis sudah siap," kata Pujo. Apakah tidak takut tertular? Tampaknya, tim medis sudah berjaga-jaga. Beberapa dokter dan bidan yang akan menangani Suparti sudah ditatar oleh dokter ahli AIDS Rumah Sakit Dokter Soetomo, Surabaya. Berbagai peralatan seperti masker, kacamata, dan sarung tangan juga disiagakan. "Supaya tidak kecipratan darah si ibu," kata Dokter Arthur Siregar, ahli kebidanan, yang menjadi salah satu anggota tim medis. Menurut pengamatan TEMPO, yang mengintip dari lubang bilik kamar Suparti, wanita setinggi 143 cm dengan berat badan 49 kg ini kondisi fisiknya baik. Keadaan janinnya, menurut Dokter Arthur Siregar, juga sehat. Untuk mengisi kesibukan, wanita berwajah manis ini tiap pagi jalan mondar-mandir di kamarnya. Bagaimana dengan janinnya? Apakah nanti tertular virus HIV dari ibunya? Inilah yang masih menjadi teka-teki. Berdasarkan penelitian, menurut Dokter Suriadi Gunawan, kemungkinan penularan sekitar 30 persen. Di negara Barat, kata Kepala Pusat Penelitian Penyakit Menular Departemen Kesehatan ini, risiko penularan lebih kecil, yaitu sekitar 15 persen. Sedangkan di Afrika kemungkinannya dapat mencapai 40 persen. "Hal ini tergantung kondisi plasenta dan tingkat infeksi yang terjadi pada ibunya," kata anggota Tim Penanggulangan AIDS Nasional ini. Kemungkinan terjadinya proses penularan dari ibu ke janin itu ada beberapa jalan. Menurut Dokter Alphinus Kambodji, kemungkinan pertama adalah ketika janin masih di dalam kandungan. Saat itu janin memperoleh makanan dari ibu yang disalurkan lewat plasenta. Sebenarnya, plasenta adalah filter yang melindungi janin agar terhindar dari penularan virus yang dibawa ibunya. Sayangnya, ukuran virus HIV sangat kecil, yaitu 150/1.000 mikron, sehingga ada kemungkinan virus itu masih bisa lolos walaupun sudah disaring. "Penularan cara ini merupakan kemungkinan yang paling besar," kata Ketua Yayasan Prospectiv (program sosial pencegahan penyakit akibat hubungan seksual) Surabaya itu kepada Widjajanto dari TEMPO Penularan lainnya adalah pada saat persalinan. Penularan ini terjadi ketika bayi keluar melewati pintu vagina ibunya. Nah, kalau terjadi trauma atau perlukaan, virus HIV yang melayang- layang di dalam darah si ibu dapat masuk lewat luka ini. Namun, cara penularan kedua ini sebenarnya dapat diakali dengan bedah caesar. Cara penularan berikutnya adalah lewat air susu yang diberikan ibunya (ASI) - karena virus HIV bisa mengalir masuk bersama ASI yang dikenyot bayi. Hingga kini di Jawa Timur telah tercatat sebanyak 19 orang pengidap virus HIV. Dari jumlah itu, lima orang di antaranya sudah terserang AIDS dan empat orang sudah meninggal. Dan yang mencemaskan, delapan orang dari 14 penderita HIV positif itu berprofesi sebagai pelacur. Di antaranya, ya itu tadi, si Suparti.Gatot Triyanto (Jakarta) dan Zed Abidien (Bojonegoro)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini