PERCAYA atau tidak, semakin lama orang dirawat di rumah sakit, semakin besar pula kemungkinannya terkena infeksi. Terutama infeksi nosokomial, yaitu sejenis infeksi yang muncul di rumah sakit. Malah infeksi ini pernah masuk menjadi sepuluh besar penyebab kematian di Amerika Serikat. Di Indonesia, memang belum diteliti seberapa besar bahaya infeksi rumah sakit itu, walau sudah punya rumah sakit infeksi, sejak 21 April lalu. Dan rumah sakit megah yang diresmikan Menteri Kesehatan Sujudi di Jakarta Utara itu bahkan terbilang yang pertama dan paling lengkap untuk menangani infeksi di Indonesia. Hadirnya rumah sakit yang diberi nama Prof. Dr. Sulianti Saroso ini paling tidak mampu meredam menyebarnya infeksi nosokomial, karena di rumah sakit ini tersedia 24 kamar isolasi ketat. Di sini pengunjung hanya diizinkan melihat pasien dari balik jendela kaca. Kalaupun ingin masuk, mereka harus memakai pakaian khusus seperti masker, sarung tangan, dan sepatu bot. Ruangan ini mampu merawat penderita infeksi yang parah, AIDS. Dan yang lebih penting, rumah sakit seluas 9.500 meter persegi berlantai tiga itu merupakan tempat khusus bagi penderita yang mengidap berbagai macam penyakit infeksi dan yang rawan penularan, seperti infeksi saluran pernapasan dan infeksi saluran pencernaan (seperti diare, muntaber, TBC, sampai rabies, hepatitis, dan AIDS). Karena kelengkapannya, rumah sakit yang dikembangkan dari Rumah Sakit Karantina di Tanjungpriok ini dijadikan rumah sakit rujukan nasional dalam pelatihan, penelitian, dan penatalaksanaan. Bagi rumah sakit lain yang punya pasien dengan infeksi berat, dan mereka sudah angkat tangan, maka Rumah Sakit Sulianti Saroso bisa menjadi pintu gerbang terakhir - sebelum diterbangkan ke luar negeri. Di samping itu, rumah sakit tersebut juga punya tugas tambahan. "Rumah sakit ini juga melakukan penelitian dan pengembangan yang hasilnya bisa digunakan secara nasional, bahkan internasional," kata Menteri Suyudi. Sebagai contoh, menurut Direktur Rumah Sakit Sulianti Saroso, dr. Sutoto, adalah bagaimana mencegah infeksi nosokomial dari seorang penderita ke pasien lain. "Di sini diperlukan teknik merawat dan meletakkan pasien secara benar," kata Sutoto, yang juga menjabat Kepala Subdirektorat Diare Departemen Kesehatan. Untuk diare, misalnya, kemampuan tenaga medis di rumah sakit itu tampaknya tak diragukan lagi. Hadirnya rumah sakit yang mengkhususkan diri pada masalah infeksi tampaknya sudah ditunggu-tunggu, mengingat selama ini penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia yang belum terpecahkan secara tuntas. Dua tahun lalu, 44% penyebab kematian adalah akibat penyakit infeksi seperti TBC, pneumonia, diare, atau tetanus. Di rumah sakit pemerintah yang mempunyai kapasitas 140 tempat tidur itu kini sudah ada beberapa pasien yang sedang dirawat. Mengingat sebagian besar penghuni rumah sakit ini adalah golongan ekonomi menengah ke bawah, tarif rawat nginapnya juga relatif murah, dari Rp 2.500 hingga Rp 11.000 per hari. Seperti yang dialami Iin, salah seorang pasien yang sedang terbaring di lantai I. Ibu muda ini wajahnya pucat dan tubuhnya lunglai. Penderita muntaber ini tergeletak di tempat tidur khusus yang mempunyai lubang untuk buang air besar. "Pelayanan di sini cukup baik," katanya.Gatot Triyanto dan Diah Purnomowati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini