Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) kasus diabetes anak di Indonesia meningkat hingga 70 persen pada 2023 dengan lonjakan kasus tertinggi di daerah perkotaan. Selain itu, prevalensi diabetes di Indonesia secara keseluruhan juga terus meningkat. Indonesia bahkan tercatat sebagai salah satu negara dengan jumlah penderita diabetes tipe 2 terbesar di dunia dan proyeksi menunjukkan angka ini akan terus meningkat hingga 2045.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gaya hidup yang kurang sehat seperti pola makan tinggi gula dan kurangnya aktivitas fisik menjadi pemicu utama meningkatnya kasus diabetes tipe 2 pada anak. Sementara itu, diabetes tipe 1 lebih sering dipicu faktor genetik dan autoimun. Baik diabetes tipe 1 maupun tipe 2 tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisik tetapi juga kondisi psikologis dan sosial penderita.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anak-anak yang menderita diabetes sering kali menghadapi stigma dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari perlakuan yang berbeda hingga kesulitan menjalani kegiatan bersama teman-teman. Melihat kondisi tersebut, pendekatan preventif dan edukasi puni sangat penting.
Edukasi yang dimulai dari sekolah bertujuan tidak hanya untuk mencegah tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung penderita diabetes anak sehingga dapat merasa diterima dan didukung dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) menggelar pengabdian masyarakat (pengmas) dengan memberi edukasi kesadaran hidup sehat sejak dini untuk mencegah diabetes kepada siswa di Kota Depok.
"Kami meluncurkan program Pendampingan Sekolah Dasar dan Menengah untuk Menciptakan Ekologi Pendidikan Sadar (PENDAR) Diabetes," kata Ketua Pengmas FIK-UI, Yulia, di Depok, Senin, 11 November 2024.
Kesadaran hidup sehat sejak dini
Ia mengatakan program ini bertujuan untuk membentuk kesadaran hidup sehat sejak dini di lingkungan sekolah. Selain itu, program ini juga mendukung anak-anak dengan diabetes agar tetap semangat belajar dan berprestasi.
“Program PENDAR Diabetes ini dilaksanakan sejak Mei hingga Oktober 2024 dengan melibatkan lebih dari 200 siswa dari beberapa sekolah di Depok, seperti Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) dan Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Nurul Fikri,” ujar Yulia.
Yulia menjelaskan program ini tidak hanya berfokus pada kesehatan fisik anak-anak tetapi juga aspek psikologis dan sosial. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SDIT Nurul Fikri, Lilis Badriah, mengatakan pelatihan ini sangat membantu para guru untuk menjadi penggerak edukasi di dalam kelas. Sementara Dekan FIK-UI, Agus Setiawan, menyatakan dukungannya terhadap program PENDAR Diabetes dan pentingnya pendidikan kesehatan bagi generasi muda.
“Anak-anak yang sehat dan pintar merupakan investasi terbesar bagi masa depan bangsa. Melalui program PENDAR Diabetes kami berharap tidak hanya dapat mendidik mereka tentang pentingnya kesehatan tetapi juga menginspirasi untuk menjadi agen perubahan yang mampu menyebarkan semangat hidup sehat di lingkungan,” ujar Agus.
Pilihan Editor: Mitos dan Fakta Seputar Diabetes, Benarkah Tak Boleh Makan Gula?