Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebuah pesawat televisi dan la-yar proyektor menjadi jendela ba-gi pasangan Surachmat dan Lilis Siti Maesaroh melihat perjuang-an putri bungsu mereka, Dini Setia Utami, 13 tahun. Sabtu dua pekan lalu itu, mereka berada di Ruang Kuliah Bedah Sentral, Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung.
Nun di Ruang Instalasi Bedah Sentral, Dini sedang menjalani operasi rekonstruksi total wajahnya yang rusak berat akibat kebakaran 10 tahun lalu. Surachmat, 49 tahun, dan Lilis, 39 tahun, tak bertahan lama berada di ruangan. Sambil berurai air mata, Lilis keluar dan memilih duduk bersila di lantai lorong rumah sakit. ”Saya nggak tega melihatnya,” kata Lilis.
Pagi menjelang operasi, kata Lilis, Dini bangun pukul lima dan mengajak ibunya meminta dokter segera memulai- operasi. Dini begitu antusias. Hari isti-mewa yang lama dinantinya itu ia la-koni dengan mengenakan kaus pemberian Andhika, personel grup band Peter-pan yang sempat menemuinya.
Semangat Dini bisa dimengerti. Sepuluh tahun terakhir ia tak bisa mengecap keceriaan masa kanak-kanak dan remaja karena bekas luka bakar di tubuhnya. ”Dia menghabiskan waktu membaca- bu-ku dan menonton TV di rumah,” kata Li-lis. Di usia tiga tahun, rumah Dini dan orang tuanya yang saat itu men-ja-di- transmigran di Sulawesi Tenggara di-lalap api. Akibatnya, Dini menderita luka bakar hebat. Kakaknya, Ajat Sudrajat yang berusia 5 tahun, meninggal.
Dini sempat dibawa ke Puskesmas Tem-bokkole, Sulawesi Tenggara. Lan-tar-an- fasilitas kurang memadai, ia lalu di-rujuk ke Rumah Sakit Provinsi Kendari dan dirawat selama 6 bulan. ”Tiga bulan dia koma,” kata Surachmat. Pada 1998, keluarga Surachmat pindah ke Ban-dung.- Selama tinggal di Bandung, Dini sempat dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, selama 6 bulan dan menjalani 4 kali operasi.
Kondisi Dini pascakebakaran sungguh- memprihatinkan. Hampir seluruh- otot wajahnya mengalami kontraktur- atau pemendekan, terutama di bagi-an- bibir bagian bawah yang tertarik ke- bawah. Bentuk tulang bagian dagu bawah gadis juga lebih kecil dari dagu nor-mal akibat kulit dagu menyatu de-ngan leher-. Kelainan itu juga menyebab-kan pemen-dekan tulang leher Dini. Ke-dua kelopak matanya pun tak bisa terpejam sem-purna.
Kondisi seperti inilah yang ingin diperbaiki oleh tim dokter dari RS Hasan Sadikin. Operasi Dini berlangsung sela-ma 12 jam, melibatkan enam dokter, be-berapa perawat, dan dokter residen. Li-ma ahli bedah plastik terlibat dalam tim itu. Pihak rumah sakit juga menyiapkan beberapa dokter spesialis dari bagian anak, radiologi, ortopedi, hingga psikolog. Operasi akan dilakukan secara bertahap.
”Operasi itu rumit karena hampir di seluruh tubuh Dini terdapat bekas luka bakar,” kata Hardisiswo Soedjana, ke-tua tim dokter. Luka-luka bakar itu menyebabkan kontraktur dan mengubah fung-si organ tubuhnya. Tim dokter ju-ga kesulitan mencari donor dari kulit Dini yang masih bagus. ”Karena sudah sering mengalami operasi, jaringan kulit donornya habis,” ujar Hardisiswo.
Masalah lain, gadis remaja itu begitu- kurus. Beratnya yang hanya 28 kilogram- dikhawatirkan akan berpengaruh pada daya tahan saat operasi berlangsung hing-ga proses pemulihannya. Bobotnya- yang di bawah normal itu membuat pembiusan harus dihitung cermat.
Menurut salah satu anggota tim, dr Gwendi Aniko yang juga ikut dalam operasi rekonstruksi wajah Lisa di Su-rabaya,- operasi yang dilakukan terha-dap Dini berbeda dengan operasi Lisa, korban penyiraman air keras asal Surabaya.- Meski kedua operasi itu sama-sama menggunakan teknik free flap atau pe-nanaman jaringan kulit hidup sekali-gus penyambungan pembuluh darah de-ngan- teknik bedah mikro.
Lisa menjalani pencangkokan kulit- untuk mengganti kulit yang rusak di se-luruh wajah, sementara Dini hanya menjalani penanaman jaringan kulit pada bagian lehernya saja. Sementara di bagian wajah, tim dokter hanya akan membebaskan seluruh tarikan jaringan otot akibat luka bakar.
Tim dokter memperkirakan biaya ope-ra-si mencapai ratusan juta. Pembiaya-an se-bagian ditanggung pihak rumah sa-kit-. Ada pula sumbangan dari Wali Ko-ta Bandung Dada Rosada, atas nama Pemerintah Kota Bandung, sebesar Rp 50 juta. Biaya sebesar itu sebagian digunakan untuk membeli peralatan baru seperti electric dermatom guna meng-ambil jaringan kulit setebal 1-3 milimeter.
Selain membeli electric dermatom dari Singapura, pihak rumah sakit juga membeli beberapa tissue expander- atau pengembang jaringan. Alat itu ber-fungsi- menyiasati kekurangan donor ku-lit untuk- mengganti kulit Dini yang ru-s-ak-. Tissue expander mirip kantong infus dengan bahan yang lebih tebal dan kenyal.
Gwendi yang mendapat tugas me-masang tissue expander mengatakan, alat itu ditanam di celah yang disiapkan- di antara daging dan jaringan kulit. Alat itu akan ditanam di bawah kulit perut serta kulit punggung Dini. Secara bertahap, cairan natrium klorida disun-tik-kan ke dalam alat ini. Volumenya untuk- perut 400 cc dan untuk punggung 470 cc. Begitu tissue expander terisi, ja-ringan- kulit akan ikut tumbuh melebar. ”Setelah tiga bulan akan dipanen dan siap menjadi donor kulit yang baru,” kata Gwendi, dokter dari RS Cipto Ma-ngunkusumo, Jakarta.
Setelah operasi yang hanya menghabis-kan tiga labu darah, Dini dibawa- ke Ruang- Perawatan Intensif (ICU). -Sela-ma- proses itu Dini berbaring dalam po-sisi setengah duduk dan setengah- -mi-ring agar tak menekan luka di punggung-nya.
Dua hari pascaoperasi, tim dokter mengizinkan keluarga menemui Dini. ”Dia marah. Sakit, katanya,” ujar Lilis. Tapi sepekan setelah operasi kemarah-an Dini telah memudar. ”Kondisi flap atau jaringan kulit yang dikembangkan di punggung bawah hingga panggul berkembang seperti harapan,” kata Gwendi pada Tempo, Jumat pekan lalu.
Dini akan diamati 2-3 hari lagi sebelum tim dokter melakukan tindakan penipisan jaringan kulit dan mengapli-kasikannya ke lehernya. Namun, jalan Dini untuk memiliki kulit mulus seperti- teman-teman sebayanya jelas masih sangat panjang.
Utami Widowati, Ahmad Fikri, Rana Akbari Fitriawan (Bandung)
Merombak Wajah dalam Setengah Hari
08.00 Pembiusan dimulai di Ruang Instalasi Bedah Sentral Lantai III Rumah Sakit dr Hasan Sadikin, Bandung.
08.39 Dr Hardisiswo Soedjana menyuntikkan cairan adrenalin dan analgesik di beberapa tempat di tepi bawah leher untuk mengurangi perdarahan. Pisau bedah digoreskan untuk mengangkat jaringan kulit yang mengalami luka bakar di leher bagian bawah, dari sisi kiri ke kanan di bekas suntikan. Kulit yang dikelupas dibasahi dengan cairan koagulasi untuk mencegah rembesan darah. Pada saat bersamaan dokter menyayat perut pasien di bawah pusar untuk memasukkan tissue expander di antara daging dan jaringan kulit.
09.01 Dokter menyayat kulit di antara tulang hidung dan pipi kanan lalu menjahitnya. Hal serupa dilakukan di bagian kiri hidung. Dokter mencabut tiga gigi bawah pasien yang tumbuh keluar.
10.27 Pengelupasan kulit leher selesai. Dokter menjahit kulit tepi dagu bagian bawah sekaligus membentuknya. Posisi tubuh pasien dihadapkan ke kanan.
11.16 Kulit di bagian punggung kiri diambil untuk pengganti. Pada saat bersamaan tim dokter juga mengambil jaringan kulit tipis yang ada di paha kanan bagian dalam.
12.55 Jaringan kulit punggung berikut pembuluh darah rampung diambil. Kondisi jaringan kulit dan pembuluh darah diamati dengan mikroskop, serta mengurainya untuk persiapan penyambungan.
13.20 Pembuluh darah di leher kiri, sekitar dua sentimeter di bawah daun telinga, dan pembuluh darah jaringan kulit punggung disambung dengan bedah mikro. Agar tak mengganggu penyam-bungan pembuluh darah, sebagian kulit punggung yang ditanam dijahit pada bagian leher.
14.45 Menyayat batas daging dan kulit punggung sampai batas pinggul, menyisipkan tissue expander, lalu dijahit.
15.40 Skin grafting atau pema-sangan jaringan kulit tanpa penyambungan pembuluh darah. Pemasangan dilakukan di bagian kulit punggung yang diambil jaringan kulitnya. Jaringan yang digunakan adalah kulit tipis di kulit paha kanan bagian dalam dengan dengan pisau electric dermatograph.
17.00 Dokter menjahit sisa kulit punggung yang ditanam di leher yang belum tersambung sekaligus melepaskan kontraktur pada kelopak mata bagian atas dan bawah. Sesekali mata pasien dibasahi air karena selama operasi mata harus terbuka.
17.30 Tim dokter melepaskan kontraktur di siku kanan pasien yang tak bisa diluruskan karena kulit menempel. Kulit disayat lalu kembali dijahit setelah diluruskan untuk mencoba fungsi siku.
20.30 Operasi selesai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo