Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERCAKAPAN itu berlangsung ketika Ketua Mahkamah Agung, Bagir Manan, meluncur ke kantornya. Di tengah arus lalu-lin-tas pagi Jakarta yang mulai ketat, Bagir berujar kepada ajudannya, yang duduk di kursi depan.
”Kalau saya tidak terpilih lagi, saya akan lebih senang bisa kembali meng-ajar di Bandung,” katanya. ”Tapi kalau ter-pilih, akan saya emban amanat itu.” Ro-pi’i, sang ajudan, hanya mengangguk-angguk seraya menyahut, ”Ya, Pak.” Selasa pekan lalu itu, para hakim agung -me-mang akan memilih Ketua Mahkamah- Agung.
Bagir, ternyata, tak harus pulang kampung. Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran itu terpilih kembali sebagai Ketua Mahkamah Agung (MA) periode 2006-2011. Dalam pemilihan lang-sung di Ruang Kusuma Atmaja Gedung MA, Bagir Manan, 65 tahun, merebut 44 dari 48 suara hakim agung.
Inilah untuk pertama kalinya seorang Ketua MA dipilih langsung oleh para ha-kim agung—yang juga punya hak sama untuk menjadi ketua. Sebelumnya, Ke-tua MA dipilih oleh DPR RI.
Tata cara pemilihan itu sederhana dan ringkas. Setiap hakim diberi selembar- surat suara berwarna kuning seukur-an telapak tangan. Di atas lembaran itu-lah—dalam tenggang waktu sepuluh menit—setiap hakim agung menuliskan nama calon pilihan mereka.
”Surat suara” itu kemudian dimasukkan ke kotak seukuran kaleng biskuit yang diedarkan panitia. Setelah semua terkumpul, penghitungan langsung di-mulai. Pada awalnya terasa juga ketegangan.
Pada surat suara pertama hingga ke-25, nama Bagir selalu muncul. Ketika su-rat suara ke-26 menyebut nama Bagir, te-puk tangan mulai bergemuruh. ”Sudah pasti Bagir jadi lagi. Ini sih sandiwara,” kata seorang karyawan MA, yang langsung meninggalkan ruangan.
Pada hitungan ke-30, terjadi sesuatu yang ganjil. Tiba-tiba muncul nama Gu-nanto Suryono, Ketua Muda Bidang Pe-ngawasan. Hakim Agung Arbijoto ber-tepuk tangan. Setelah nama Gunanto, terdengar nama Paulus Effendi Lotulung. Ketua Muda Bidang Tata Usaha Ne-gara itu terlihat kaget.
Bagir memang tak terbendung. Gunan-to mendapat dua suara, Paulus Effendi- Lotulung satu suara, dan satu suara di-nyatakan tidak sah. Wakil Ketua MA Bidang Yudisial, Mariana Sutadi, dan Wakil Ketua MA Non-Yudisial, Syamsu-hadi Irsyad, yang duduk mengapit Bagir,- spontan menyalami mantan Dirjen Hukum dan Perundang-Undangan Depar-temen Kehakiman itu.
”Saya bukan yang terbaik, tapi saya akan berbuat yang terbaik,” ujar Bagir, singkat, kepada wartawan yang menyer-bunya. Kepada Tempo, Gunanto meng-a-ku tak kecewa kalah telak dari Bagir. ”Pe-milihan ini demokratis, tidak ada rekayasa,” katanya.
Kendati Gunanto menyebut- tak ada -re-ka-yasa, ”bau re-ka-yasa” tetap juga meru-ap-. Sumber Tempo bercerita, beberapa- hari sebelum pemilihan, Ba-gir- telah meminta para hakim agung memilih di-ri-nya. Bahkan sumber itu menyebutkan ada 12 hakim agung yang sudah meng-ucapkan sumpah setia kepada Bagir.
Sumber Tempo lainnya menyatakan, sehari sebelum pe-mi-lihan, Wakil Ketua MA Bi-dang Yudisial, Mariana Su-ta-di, memanggil sejumlah hakim agung ke ruang kerjanya. Dalam pertemuan tertutup itu Mariana meminta mereka memilih Bagir Manan.
Menurut sumber itu, para ha-kim agung sepakat memilih Bagir karena Bagir dinilai selalu berpihak pada mereka dalam kasus apa pun. ”Lihat saja kasus suap Pro-bo-su-tedjo, atau ketika para hakim agung akan menggugat Komisi Yudisial,” kata sumber itu.
Juru bicara MA, Djoko Sarwoko, meng-akui ada pertemuan dengan Mariana Su-tadi sehari sebelum pemilihan. Tapi ia membantah jika dikatakan pertemuan itu untuk memuluskan terpilihnya Bagir. ”Saya juga hadir, tapi bukan membicarakan pemilihan Ketua MA,” kata-nya. ”Kami membicarakan agenda kerja Ikatan Hakim Indonesia.”
Menurut Ketua Ikahi ini, para hakim- agung memilih Bagir karena masih mem-percayainya, dan ingin memberi kesempatan melanjutkan program yang telah disusun dalam cetak biru MA. ”Juga untuk mempersiapkan pengganti Pak Bagir,” kata Djoko.
Bagir sebetulnya akan pensiun pada 1 November 2006. Na-mun, lewat rapat pleno, pen-siunnya diundur menjadi 1 November 2008. Jadi, pada 2008 Bagir akan meletakkan jabatannya di tengah jalan.
Ketua Konsorsium Reforma-si Hukum Nasional, Firman-syah Arifin, menyatakan kecewa atas terpilihnya kembali Bagir. Menurut Firmansyah, selama lima tahun memimpin MA, Bagir tidak bisa memberantas mafia peradilan yang bak berurat berakar di lemba-ga itu. ”Pemilihan ini seperti drama,” katanya. ”Bagir ha-nya mencari legitimasi untuk memperkukuh kekuatannya.”
Poernomo Gontha Ridho, Sutarto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo