Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Selain menjijikkan, kecoak ternyata bisa menularkan berbagai penyakit. Serangga kecil berwarna cokelat ini bisa menghasilkan alergen sehingga memicu reaksi alergi, bahkan asma. Hal itu terjadi karena kecoak memakan berbagai sampah yang membusuk, yang diyakini bahwa mereka menyebarkan sejumlah penyakit pada manusia.
Dikutip dari pestworld.org, jika seseorang tanpa sadar mengonsumsi makanan yang terkontaminasi kecoak, hal tersebut dapat membuatnya sakit parah. Secara total, kecoa diketahui menyebarkan 33 jenis bakteri, termasuk spesies E. coli dan Salmonella, enam jenis cacing parasit, dan tujuh jenis patogen manusia.
Merangkum berbagai sumber, berikut beberapa penyakit yang dapat ditularkan oleh kecoak, diantaranya:
1. Asma
Kecoa dan asma saling berhubungan. Alergi kecoa pertama kali dilaporkan pada 1943. Hal ini ditemukan ketika pasien mengalami ruam setelah kecoak merayapi kulit mereka. American College of Allergy, Asthma & Immunology melaporkan bahwa air liur, feses, dan kulit kecoak dapat memicu asma dan respons alergi lainnya.
Dikutip dari rentokilpestcontrolindia.com, kecoak dapat memicu penyakit asma karena terdapat protein tertentu dalam tubuhnya yang dapat menjadi alergen bagi orang-orang tertentu. Ketika partikel kecil dari tubuh kecoak menyebar melalui udara di dalam gedung, protein ini terhirup dan serangan asma dapat dipicu pada orang yang sensitif.
2. Salmonellosis
Bakteri Salmonella yang ditularkan oleh kecoak dapat menyebabkan salmonellosis, penyakit pada manusia dengan gejala mirip keracunan makanan. Kecoak diyakini mengakumulasi bakteri tersebut dengan memakan makanan yang terkontaminasi. Salmonella tetap berada dalam sistem pencernaan mereka selama satu bulan atau lebih dan disimpan melalui muntahan dan kotoran mereka.
Gejala pada manusia, yang biasanya muncul 12 hingga 72 jam setelah infeksi, termasuk diare, demam, dan muntah (dan masih banyak lagi). Pemulihan biasanya terjadi setelah empat hingga tujuh hari, dengan sedikit atau tanpa memerlukan perawatan medis, selain penambahan cairan.
3. Kolera
Kolera merupakan infeksi diare akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Hal ini paling umum terjadi di negara-negara berkembang dan wilayah yang pengelolaan lingkungannya atau sanitasinya tidak memadai. Penularan terjadi melalui konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri. Jika terkena bakteri, kecoa dapat menyebarkan organisme tersebut melalui kotoran dan muntahannya, sehingga mencemari permukaan dan makanan.
WHO memperkirakan bahwa terdapat sekitar 1,4 juta hingga 4,3 juta kasus kolera per tahun di dunia yang mengakibatkan 28.000 hingga 142.000 angka kematian.
4. Tifus
Demam tifoid atau yang biasa dikenal sebagai tifus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Bakteri jenis ini menjadi salah satu sumber penyakit yang dibawa oleh kecoak yang mengkontaminasi makanan atau minuman Anda.
Menurut UK National Health Services (NHS), tifus atau demam tifoid paling umum di negara-negara berkembang di mana terdapat sanitasi yang buruk dan terbatasnya akses air bersih. Risiko terjangkitnya demam tifoid ini lebih banyak terjadi pada anak-anak karena belum sempurnanya sistem kekebalan tubuh mereka.
5. Disentri
Disentri menjadi salah satu penyakit yang paling umum disebabkan oleh kecoak. Disentri adalah salah satu jenis gastroenteritis yang menyebabkan diare disertai darah. Umumnya, kebanyakan orang menderita gejala ringan dan pulih dalam waktu sekitar satu minggu tanpa perhatian medis. Ada dua penyebab disentri, yaitu Bacillary dysentery (shigellosis) disebabkan oleh bakteri Shigella dan Amoebic dysentery (amoebiasis) disebabkan oleh parasit bersel satu Entamoeba histolytica.
Disentri biasanya menyebar melalui kebersihan tangan yang buruk dan mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi organisme. Gejalanya adalah diare yang mengandung darah dan lendir, nyeri kram perut, mual dan muntah, serta suhu tubuh tinggi.
Pilihan Editor: Panik saat Bertemu Kecoak, Bisa Jadi Petanda Fobia Kecoak, Ini Gejalanya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini