Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Waspadai Sindrom Metabolik yang Jadi Jembatan Penyakit Kronis

Ada kondisi perantara sebelum seseorang menderita penyakit kronis seperti stroke dan jantung. Kondisi itu disebut sindrom metabolik. Apa cirinya?

17 Juni 2020 | 21.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi obesitas. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Certified Nutrition and Wellness Consultant Nutrifood, Aldis Ruslialdi mengatakan ada kondisi perantara sebelum seseorang menderita penyakit kronis seperti stroke dan jantung. Kondisi itu disebut sindrom metabolik. Sindrom itu bisa menjadi penanda dan gejalan bahwa seseorang semakin dekat dengan penyakit itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sindrom metabolik yang menjadi penanda berupa tingginya trigliserida yang merupakan salah satu jenis lemak yang banyak ditemukan di dalam darah. Kemudian, tekanan darah tinggi, lingkar perut besar atau perut buncitnya, gula darah, dan kolesterol baik yang rendah. "Kondisi ini harus dicegah sedini mungkin. Misal punya minimal 3 gejala, sudah masuk gangguan sindrom metabolik," ujarnya dalam diskusi online yang digelar Tropicana Slim dari Nutrifood, Selasa 16 Juni 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dari semua gangguan tersebut, menurutnya ada satu benang merah untuk bisa menjadi penanda masalah utamanya, yaitu obesitas atau kegemukan. "Dengan berat badan berlebih, bisa punya peluang yang besar untuk semua gangguan metabolik sindrom," katanya.

Apabila berat badan bisa dikontrol dengan baik, berpeluang memperbaiki semua gangguan metabolisme. Namun kata Aldis perlu diingat, berat badan ideal belum tentu bebas dari sindrom metabolik. Perlu dilihat dari proporsi lemak di tubuh masing-masing.

Ada yang disebut TOFI atau thin outside, fat inside. Seseorang tampak kurus di luar namun ternyata menimbun lemak di dalam tubuhnya. "Ini bisa berbahaya, banyak badan kurus tapi kalau makan tiga porsi," imbuhnya.

Untuk mengetahui apakah lemak di dalam tubuh ternyata berlebih, cukup mengukur lingkar perut. Cara mengukurnya bisa menggunakan telapak tangan atau alat ukur. Perut seseorang dikatakan buncit, apabila lingkar perut lebih dari 4 jengkal. Bila dihitung dengan alat ukur, standar lingkar perut pria adalah 90 centimeter, dan wanita 80 centimeter. Lebih dari standar itu, bisa disebut perut buncit.

Aldis menerangkan, faktor risiko sindrom metabolik ada yang tidak bisa diubah dan bisa dikendalikan. Faktor genetik tentu tidak bisa diubah, contohnya orang tua yang memiliki riwayat diabetes. Sementara itu, faktor yang bisa diubah yakni mengubah pola makan dan berolahraga. "Untuk makanan yang meningkatkan kolesterol harus mulai dibatasi," katanya menegaskan.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus