Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak hanya film tua, segala sesuatu yang klasik telah mempersatukan mereka. Seperti Komunitas Klasik Indonesia yang terbentuk melalui jejaring sosial Facebook, yang membuktikan bahwa kegiatan mereka bisa berkembang di dunia nyata. Sejak terbentuk pada 28 Juni 2009, berbagai rangkaian acara digelar. Misalnya jalan-jalan ke museum, kota tua, berburu makanan klasik, dan nonton film klasik. Benang merahnya adalah hal-hal klasik atau dibuat jauh sebelum mereka lahir.
Beberapa anggotanya me ngoleksi barang antik seperti tas, lemari dan perabotan, film, mainan anak, prangko, atau Vespa 90 cc buatan 1976. ”Kami mencintai hal-hal jadul, tapi bukan kolektor,” kata Citra Aisyah, 25 tahun, pendiri sekaligus ketua komunitas.
Berbagai alasan terlontar kenapa anak muda mencintai hal-hal tua, seperti keingintahuan, keunikan barang-barang klasik, hingga pesona dan karisma bangunan tua. Mereka juga tidak malu dicap tua oleh teman-teman sepermainan. ”Malah bangga satu selera sama nenek,” kata Citra.
Karena kesamaan itu, mereka gampang kompak. Ketika nongkrong bareng bersama Tempo beberapa waktu lalu, suasana ceria dan santai sangat kuat terasa. ”Saya bangga bawa bendera klasik di kampus,” kata Dewi, mahasiswi STIE Perbanas.
Rekrutmen lewat Facebook, dilanjutkan dengan tatap muka, menjadi metode Komunitas Klasik ini melebarkan sayap. ”Ternyata orang-orangnya asyik,” katanya. Namun, selain karena kesamaan hobi, ada juga yang bergabung dengan komunitas karena alasan lain. ”Saya ikut karena pacar saya ikut,” kata Iqbal, seorang mahasiswa.
Tito Sianipar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo