INSTRUKTUR pria itu meneriakkan aba-aba. Lalu, para wanita
gembrot di depannya berlari-lari di dalam ruangan ber-AC.
Sebelum mereka sempat kehabisan napas, oleh instruktur mereka
diperintahkan agar memperlambat langkah. Setelah berhenti mereka
pun bersenam. Melakukan pusb-up atau duduk sambil menggerak
gerakkan kaki. Perut yang tambun-tambun itu membuat gerakan
mereka tersendat-sendat.
"Target kami, dalam tiga bulan berat badan mereka harus turun
duabelas kilogram. Jadi empat kilogram dalam sebulan," kata
Yusnalaini Y. Mukawi, yang memimpin latihan di lantai II gedung
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu. Ia juga kelihatan
berkeringat digenjot latihan tadi.
Latihan fisik untuk menurunkan bobot badan itu berlangsung
sejak 22 September yang lalu. Diselenggarakan oleh Kelompok
Studi Obesitas FKUI bekerjasama dengan South East Asia Ministry
Educational Organization (Seameo). Latihan berlangsung tiap
Senin, Rabu dan Jumat pagi selama tiga bulan untuk satu
angkatan.
Sayang para peserta latihan untuk melawan kegemukan ini
masih terbatas pada kaurn ibu di lingkungan FKUI, terutama pada
bagian gizi. Jumlah peserta 34 orang. Meliputi istri dokter dan
handai taulan mereka.
Maklumlah, program latihan ini masih merupakan penelitian
untuk mencari bentuk latihan yang tepat dan diit yang sepadan,
guna menyembuhkan kegemukan. Sebab, seperti dikatakan Dr. Walujo
Soerjodibroto yang mengepalai keIonlpok studi tersebut,
kegemukan tidak sclalu harus diatasi dengan diit. "Sebaliknya
mengurangi obesitas tidak selalu harus dilakukan dengan jalan
latihan jasmani saja," ucapnya.
Kegemukan disebabkan oleh energi tertimbun berupa lemak yang
tak tcrpakai karena kurang gerak. Tapi bisa juga karena seorang
penderita kekurangan enzim sodium kalium besi atpase yang
mengakibatkan tubuh lebih banyak menyimpan letnak daripada
membakarnya. Ini penemnuan terakhir para peneliti dari Rostonj
Amerika Serikat.
Latihan yang dilakukan oleh FKUI itu nampaknya dilaksanakan
dengan cermat. Selain tekanan darah dan pernapasan, kemampuan
metabolisme tubuh diperiksa juga. Hasil pemeriksaan akan
menunjukkan kedudukan seorang peserta. Ada yang hanya kegemukan
saja. Tapi ada juga yang sekaligus menderita tekanan darah
tinggi, kolesterol menimbun dan diabetes.
Dari 34 peserta tercatat 10 orang yang harus mengikuti
program lengkap, yaitu latihan jasmani plus diit ketat.
Limabelas diit longgar, tambah latihan jasmani. lima orang
hanya menjalani diit. Sedangkan selebihnya masih dalam tingkat
pemeriksaan. Selain latihan jasmani para peserta ikut pula
dalam konsultasi gizi yang dipimpin oleh para ahli gizi.
Disuguhkan pula film tentang bagaimana mendidik nafsu
makan.
Menurut Walujo Soerjodibroto, jika program angkatan pertama
ini menunjukkan hasil yang memuaskan, tahap berikutnya
masyarakat luas bisa ambil bagian. Kegemukan mungkin belum
menjadi masalah kesehatan masa kini. Tapi para penderita
kelebihan energi ini cukup banyak ternyata. "Angka yang pasti
belum ada. Tapi kira-kira 10 sampai 20% dari seluruh penduduk
Indonesia," ujar Walujo.
Jumlah itu temtama menumpuk di kota-kota besar. Tak heran
pusat-pusat kesegaran jasmani yang komersial maupun yang tidak
mendapat tamu yang cukup. Sekalipun terkadang ada pula yang
terjebak pada cara yang kurang tepat. Misalnya, dengan
menurunkan bobot tubuh dengan masuk salon kecantikan
yang menggunakan mesin pemijat. Dokter menyebutkan praktek ini
tidak benar. Sebab, dengan mesin itu, yang keluar adalah air
berupa keringat - bukan lemak.
Beberapa peserta merasa mantap berlatih di bawah pengawasan
kelompok studi obesitas FKUI itu. Biasanya dokter memang
menganjurkan mereka agar berolahraga. Tidak jelas berapa banyak.
Tapi, "di sini baik latihan jasmani maupun diitnya
diperhitungkan berdasarkan penelitian," kata Firmansyah, 23
tahun. Selain kegemukan (tinggi 166 cm, bobot 80,7 kg) anak muda
ini menderita tekanan darah tinggi 170/90. Ia senang di sini.
Lagi pula, latihan itu bisa mercka lakukan dengan bersemangat
karena adanya kelompok dan perhatian dokter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini