Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Yang Gemuk, Yang Sakit

Kelompok studi obesitas FKUI bekerjasama dengan seameo menyelenggarakan latihan fisik menurunkan berat badan. takaran diet juga diperhitungkan agar sepadan. program ini masih merupakan penelitian.

29 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INSTRUKTUR pria itu meneriakkan aba-aba. Lalu, para wanita gembrot di depannya berlari-lari di dalam ruangan ber-AC. Sebelum mereka sempat kehabisan napas, oleh instruktur mereka diperintahkan agar memperlambat langkah. Setelah berhenti mereka pun bersenam. Melakukan pusb-up atau duduk sambil menggerak gerakkan kaki. Perut yang tambun-tambun itu membuat gerakan mereka tersendat-sendat. "Target kami, dalam tiga bulan berat badan mereka harus turun duabelas kilogram. Jadi empat kilogram dalam sebulan," kata Yusnalaini Y. Mukawi, yang memimpin latihan di lantai II gedung Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu. Ia juga kelihatan berkeringat digenjot latihan tadi. Latihan fisik untuk menurunkan bobot badan itu berlangsung sejak 22 September yang lalu. Diselenggarakan oleh Kelompok Studi Obesitas FKUI bekerjasama dengan South East Asia Ministry Educational Organization (Seameo). Latihan berlangsung tiap Senin, Rabu dan Jumat pagi selama tiga bulan untuk satu angkatan. Sayang para peserta latihan untuk melawan kegemukan ini masih terbatas pada kaurn ibu di lingkungan FKUI, terutama pada bagian gizi. Jumlah peserta 34 orang. Meliputi istri dokter dan handai taulan mereka. Maklumlah, program latihan ini masih merupakan penelitian untuk mencari bentuk latihan yang tepat dan diit yang sepadan, guna menyembuhkan kegemukan. Sebab, seperti dikatakan Dr. Walujo Soerjodibroto yang mengepalai keIonlpok studi tersebut, kegemukan tidak sclalu harus diatasi dengan diit. "Sebaliknya mengurangi obesitas tidak selalu harus dilakukan dengan jalan latihan jasmani saja," ucapnya. Kegemukan disebabkan oleh energi tertimbun berupa lemak yang tak tcrpakai karena kurang gerak. Tapi bisa juga karena seorang penderita kekurangan enzim sodium kalium besi atpase yang mengakibatkan tubuh lebih banyak menyimpan letnak daripada membakarnya. Ini penemnuan terakhir para peneliti dari Rostonj Amerika Serikat. Latihan yang dilakukan oleh FKUI itu nampaknya dilaksanakan dengan cermat. Selain tekanan darah dan pernapasan, kemampuan metabolisme tubuh diperiksa juga. Hasil pemeriksaan akan menunjukkan kedudukan seorang peserta. Ada yang hanya kegemukan saja. Tapi ada juga yang sekaligus menderita tekanan darah tinggi, kolesterol menimbun dan diabetes. Dari 34 peserta tercatat 10 orang yang harus mengikuti program lengkap, yaitu latihan jasmani plus diit ketat. Limabelas diit longgar, tambah latihan jasmani. lima orang hanya menjalani diit. Sedangkan selebihnya masih dalam tingkat pemeriksaan. Selain latihan jasmani para peserta ikut pula dalam konsultasi gizi yang dipimpin oleh para ahli gizi. Disuguhkan pula film tentang bagaimana mendidik nafsu makan. Menurut Walujo Soerjodibroto, jika program angkatan pertama ini menunjukkan hasil yang memuaskan, tahap berikutnya masyarakat luas bisa ambil bagian. Kegemukan mungkin belum menjadi masalah kesehatan masa kini. Tapi para penderita kelebihan energi ini cukup banyak ternyata. "Angka yang pasti belum ada. Tapi kira-kira 10 sampai 20% dari seluruh penduduk Indonesia," ujar Walujo. Jumlah itu temtama menumpuk di kota-kota besar. Tak heran pusat-pusat kesegaran jasmani yang komersial maupun yang tidak mendapat tamu yang cukup. Sekalipun terkadang ada pula yang terjebak pada cara yang kurang tepat. Misalnya, dengan menurunkan bobot tubuh dengan masuk salon kecantikan yang menggunakan mesin pemijat. Dokter menyebutkan praktek ini tidak benar. Sebab, dengan mesin itu, yang keluar adalah air berupa keringat - bukan lemak. Beberapa peserta merasa mantap berlatih di bawah pengawasan kelompok studi obesitas FKUI itu. Biasanya dokter memang menganjurkan mereka agar berolahraga. Tidak jelas berapa banyak. Tapi, "di sini baik latihan jasmani maupun diitnya diperhitungkan berdasarkan penelitian," kata Firmansyah, 23 tahun. Selain kegemukan (tinggi 166 cm, bobot 80,7 kg) anak muda ini menderita tekanan darah tinggi 170/90. Ia senang di sini. Lagi pula, latihan itu bisa mercka lakukan dengan bersemangat karena adanya kelompok dan perhatian dokter.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus